I'll Let You Go
.
.
.
"Ada pembengkakan di jantung." Renjun memberitahu Jeno saat di perjalanan. Mau tidak mau, Renjun memang harus memberitahu Jeno tentang ini. "Mark hyung mengatakan itu dan memintaku untuk memberitahumu."
Pikiran Jeno kosong seketika. Ia tidak tahu kemana kakinya melangkah, ia juga tidak tahu ini di ruangan mana. Jeno hanya mengikuti Renjun yang setengah berlari.
Dan ketika sampai di ruangan yang di tuju, matanya sudah melihat semua ada disana. Ayahnya, kakak laki-lakinya, dan juga Jaemin... matanya bergulir untuk melihat ibunya yang berbaring dengan mata terpejam, juga semua alat yang sudah terpasang di tubuhnya.
Air mata Jeno kembali turun. Dirinya―sebagai seorang anak yang di lahirkan oleh Kim Doyoung, yang tumbuh besar dengan kedua tangan Kim Doyoung, yang selalu di manja dan di berikan kasih sayang dari Kim Doyoung... tidak bisa melihat ini semua.
"Wae, eomma?" Ia terisak, lirih. Tangisnya tidak seberapa, tapi terdengar dari suaranya, semua juga tahu seberapa terlukanya Jeno saat ini. "Kemarin eomma masih di rumah, tersenyum padaku, dan appa juga bilang kalau eomma sudah membaik... kenapa sekarang eomma disini, huh?"
Bisa Jeno lihat ada elektrokardiogram disana, memperlihatkan detakan jantung ibunya yang kian melemah detik per detiknya.
"Jeno-ya..." Mark mengulurkan tangan, menyentuh pundak Jeno.
Jaemin dan Renjun bahkan sudah menangis dalam diam. Mereka berdiri bersampingan, saling menguatkan satu sama lain.
Berbeda dengan Jaehyun, sosok ayah yang kini hanya diam tidak berkata apa-apa. Raut wajahnya juga terlihat biasa... tapi hati seseorang siapa yang tahu. Karena justru, dialah orang yang paling terluka saat ini.
Semua berubah menjadi panik saat layar EKG itu menunjukkan garis frekuensi yang tidak teratur, juga dengan suaranya yang menakutkan membuat semua yang ada disana menahan nafas.
Mark dan Jeno menyingkir dari sisi ibunya, membiarkan dokter dan suster yang sejak tadi ada disana memeriksa keadaannya.
Tangan Jeno sudah dingin, ia mencari tangan Mark untuk di genggam. Ia membutuhkan pegangan... dan yang ada di dekatnya adalah Mark. Melihat ibunya yang seperti itu... membuat Jeno merasa sakit yang luar biasa di hatinya.
Ibunya... Sang ratu dalam hatinya...
Beberapa saat, dokter berhenti memeriksa. Jeno melihat dokter itu menggelengkan kepala dan membungkuk penuh penyesalan. Sebelum dokter dan suster itu kembali mundur dan mempersilahkan keluarga pasien untuk mendekat.
Jeno tidak mengerti arti gelengan kepala itu, raut wajah dokter itu tidak bisa Jeno baca.
Tapi kemudian, ayahnya angkat bicara. "Jeno-ya... kau harus melepaskannya..."
Melepaskan? Melepaskan siapa maksudmu?
"Jeno, katakan padaku kau ikhlas! Katakan padaku kau tidak apa-apa jika eomma pergi..." Mark membawa bahu Jeno untuk menghadapnya, meneriakinya dengan tidak terlalu lantang. "Katakan Jeno-ya!"
Jeno berhenti menangis. Dahinya berkerut menatap kakak laki-lakinya. Beralih pada wajah Renjun dan Jaemin yang mengangguk padanya. Terakhir, pada ayahnya yang tersenyum hangat meskipun Jeno tahu ayahnya lebih terluka daripada siapapun.
Sesaat ia tahu... bahwa ibunya bukanlah miliknya, bukan milik ayahnya, bukan milik siapapun. Ibunya adalah milik Tuhan, dan mungkin Tuhan lebih ingin ibunya berada di surga.
Dengan berani setelah menguatkan dirinya sendiri, Jeno melangkah mendekat. Ia berbisik di telinga ibunya dengan tangan yang menggenggam tangan ibunya yang telah terasa semakin dingin. "Eomma... eomma ingin pulang, ya?" Meskipun menahan tangis dan isakan, Jeno mencoba untuk tersenyum. "Iya, eomma boleh pulang. Aku tidak apa-apa, eomma. Eomma boleh pulang sekarang..."
Maka tiga detik setelahnya, garis lurus terlihat di layar EKG dengan suara nyaring yang membuat hati siapapun terluka.
Jeno tidak menangis lagi. Tapi ketika ia berbalik, ia langsung menghamburkan diri memeluk sang ayah. Menangis, tapi tetap menggumam '...ratuku sudah pulang ke surga'.
.
.
.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Let You Go || JaeDo
Fanfiction"...bagaimana kehidupanku nanti jika aku kehilangan salah satu di antara kalian...?"