Breakfast
.
.
.
Pagi harinya, Doyoung di kejutkan dengan kedatangan Renjun. Padahal ini hari minggu, kuliah juga libur. Tapi Renjun datang pagi sekali bahkan sebelum Jeno bangun.
"Jeno memberitahuku semalam kalau eomma terlihat sakit. Jadi, aku datang pagi-pagi untuk melihat keadaan eomma."
"Eiyy~ anak itu. Eomma tidak apa-apa, kau lihat sendiri eomma sesehat ini." Doyoung tertawa, namun dengan sedikit rutukan untuk putra bungsunya yang sudah mengatakan yang tidak-tidak pada Renjun.
"Tapi Jeno bilang eomma batuk-batuk."
"Hanya batuk, jangan melebihkan."
Renjun mengerutkan dahi. "Jangan meremehkan batuk, eomma." Ujarnya khawatir. Meskipun matanya melihat ibu dari Jeno itu baik-baik saja, tapi perasaan khawatir itu tetap ada. "Eomma sudah ke dokter? Mau aku antar?"
Tapi, Doyoung tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Ia mengajak Renjun untuk ke meja makan, yang disana ternyata sudah ada Jaehyun yang duduk di kursinya sendiri.
"Wah, Renjunie. Selamat pagi..." Jaehyun menyapa. Senyuman yang sama persis dengan milik Jeno itu terlukis di wajahnya yang masih sangat tampan.
"Selamat pagi juga, appa..."
"Jeno masih tidur. Kalian ada acara pergi bersama?"
"Tidak. Aku hanya ingin melihat keadaan eomma karena semalam Jeno bilang eomma terlihat sakit."
Jaehyun tertawa pelan. Ia menatap lekat mata Renjun. "Dia baik-baik saja, mungkin hanya kelelahan. Kau tidak usah khawatir, ibumu ini sudah minum obat dan istirahat dengan baik semalam."
Mendengar Jaehyun yang mengatakan hal yang sama seperti yang Doyoung katakan membuat Renjun yakin jika calon ibu mertuanya itu memang baik-baik saja. Percaya jika orang yang paling di cintai Jeno itu hanya kelelahan dan telah membaik setelah minum obat dan beristirahat semalam.
"Oh, ya... Renjunie sayang..."
"Ya, eomma?"
"Eomma boleh minta tolong?"
Renjun mengangguk. Tentu saja, ia akan melakukannya jika memang ia bisa.
"Siapkan sarapan untuk kami, ya? Tidak apa-apa, kan?"
Renjun awalnya terdiam. Di atas meja makan, matanya melihat berlembar-lembar roti, mentega, dan beberapa jenis selai. Apa maksud ibunya itu―ia ingin di oleskan selai pada roti untuk sarapannya?
"Besok-besok mana bisa kau melakukan ini untuk eomma... kan?"
Sekali lagi Renjun merengut. "Eomma..."
"Nanti, kau akan melakukannya untuk Jeno. Hanya untuk Jeno." Doyoung mengulas senyum untuk Renjun. "Eomma tidak bermaksud apa-apa dengan mengatakan hal itu. Hanya saja... eomma ingin kau yang menyiapkan sarapan untuk kami pagi ini―sebelum si nakal itu bangun. Keberatan?"
Ah, Renjun lupa bahwa dalam beberapa bulan ke depan―setelah bayinya Jaemin lahir, ia akan menikah dengan Jeno. Tentu saja, semua yang ia lakukan adalah untuk Jeno.
Kenapa Renjun malah berpikir yang macam-macam, sih? Haha!
Tanpa banyak bicara, Renjun memenuhi keinginan Doyoung. Ia mengoleskan selai kesukaan calon ayah dan ibu mertuanya dengan sopan. Tidak lupa, ia juga menyiapkan sarapan untuk Jeno sebelum membangunkan lelaki itu.
.
.
.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Let You Go || JaeDo
Fanfiction"...bagaimana kehidupanku nanti jika aku kehilangan salah satu di antara kalian...?"