PART 1

2.9K 277 37
                                    

Hai perkenalkan namaku Khanza Maharani. Keluargaku memanggil dengan nama Rani tetapi teman-temanku biasa memanggil dengan nama Khanza. Terserah mereka mau memanggil dengan nama apa yang penting panggilannya enak didengar.

Oh ya kata orang-orang sih aku anaknya supel, suka menolong dan gemar menabung. Terdengar seperti anak baik ya!  Tapi ga salah juga sih mereka, cuma ada juga lah sisi-sisi yang mungkin bisa dibilang jadi kurang pas klo dibilang anak baik seratus persen. Contohnya aku suka kok bergosip dengan teman-teman perempuanku. Habis gimana ya kalau sudah ngumpul dengan sahabat kurang sedap rasanya kalau ga ditambah bumbu gosip yang makin digosok makin sip.

Teman-temanku bilang aku juga anak yang cukup modis. Bahkan beberapa dari gaya hijabku ada yang mengikuti. Seharusnya aku jadi selebgram saja ya, lumayan kalau sampai ada yang endorse. Siapa yang ga mau kalau sudah dapat barang gratisan dibayar pula. Padahal menurutku aku ini biasa-biasa saja. Pakaianku bahkan tidak banyak pilihannya, karena aku memang bukan dari keluarga kaya. Jadi ya kadang aku berkreasi saja sendiri. Jangan lupakan youtube sebagai guru terbaikku. Kebanyakan temanku memang baru mengenakan hijab akhir-akhir ini. Entah sedang tren atau memang mereka dapat hidayah. Mudah-mudahan alasan kedua yang mereka pilih. Sedangkan aku? Aku sudah mengenakan hijab sejak masih di sekolah lanjutan tingkat pertama alias SMP. Dan alhamdulillah sampai sekarang diusiaku yang sudah menginjak dua puluh satu tahun, aku masih komit untuk memakainya.

"Za sudah liat pengumuman?" Tanya Bella saat aku masih asyik mengunyah somay di kantin kampus.

"Pengumuman yang mana?"

"Pengumuman beasiswa itu loh." Bella mengambil gelas es teh manisku dan menyeruputnya dengan khidmat.

Aku menatap sahabat baikku ini dengan pandangan takjub. Bagaimana tidak, dia meminum semua es teh manisku tanpa permisi. Ga tau apa itu minuman hasil dari nyari sisa-sisa ongkos yang nyelip dikantong tas. Asem!

"Eh sorry sorry Za, jadi abis deh es lo. Tenang jangan keluar dulu biji mata lo. Gue pesenin lagi ya." Ucap Bella yang langsung melesat menuju penjual minuman sebelum aku berubah jadi medusa.

Aku menatapnya sambil geleng-geleng kepala.

Eh tadi apa kata Bella? Pengumuman beasiswa? Wah kok aku ga tau ya ada pengumuman itu. Padahal sudah lama aku tungguin beritanya. Mana lagi nih si Bella, lama banget beli es teh doang.

"Sabar ya Za nanti dianterin sama ibu nya." Bella nyengir dan kembali duduk disampingku.

Aku suka saat Bella sedang nyengir seperti itu. Karena cengirannya sudah pasti menular padaku. Bella ini sahabat aku sejak SMP, kami selalu memilih sekolahan yang sama sejak saat itu. Bahkan kampus dan jurusannya pun sama. Bella termasuk siswi yang paling cantik di kelas, yah beda tipis sih sama aku. Kalau liatnya dari pelabuhan Merak dan aku berdiri di pelabuhan Bakauheni! 

Jangan dikira aku sedang merasa minder ya. Engga kok!  Justru aku mau meyombongkan diri secara terselubung. Kalau kata orang-orang aku ini cantik. Apalagi kata ibu dan bapakku. Aku yang paling cantik se-kelurahan. Tolong jangan disorakin apalagi muntah, karena aku sedang bicara jujur dan apa adanya. Mereka bilang alisku rapih ga usah banyak dibentuk apalagi disulam atau yang lebih extreme di tato. Karena pada dasarnya alisku sudah memiliki bentuk yang pas dengan bulu yang tebal. Jadi say goodbye deh buat pensil alis. Nah kalau bentuk mata, mereka bilang mataku seperti boneka. Bener loh ya mereka bilang begitu aku ga mengada-ada. Karena bentuk mataku yang bulat besar dengan bulu mata yang lentik. Bahkan dulu saat aku masih balita lebih sering dipanggil Barbie daripada Khanza. Untung bukan Annabelle apalagi Chucky!

Dan ohh ini yang paling termahsyur dari keseluruhan wajahku. Yaitu bibir! Iya bibir,  mereka bilang bibir aku seksi. Kecil, tipis diatas dan agak tebal dibagian bawah yang sedikit berbelah. Nah! Karena belahan yang sedikit itu lah mereka bilang bibirku seksi. Padahal sih kalau aku ngaca ya bener juga apa yang mereka bilang.

My Story Of Middle EastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang