PART 11

977 151 58
                                    

Halllooooooo gengssssssss ada yang merindukanku? 🙈

------------------------------------------------------------
“APA? MR. RAYYAN YANG GANTENGNYA KEBANGETAN ITU?!”

Aku menutup telinga ketika Bella berteriak sesaat aku selesai bercerita tentang penawaran Mr. Rayyan tadi siang. Akhirnya setelah aku berpikir dengan tempo sesingkat-singkatnya aku menerima lamarannya, mmhhh maksudku tawarannya untuk menjadi asistennya di kerajaan Ajmar. Kapan lagi aku bisa mendapatkan kesempatan sebagus ini kan? Soal pangeran Rashid bisa dipikiran nanti. Lagipula belum tentu aku bertemu dengannya.

“Biasa aja donk Bel enggak usah ngegas gitu juga kali. Lo kayak baru denger berita gue dilamar pangeran Ajmar aja.” Aku mendengus, mataku kembali fokus dengan ponsel dan meneruskan membalas pesan ibu yang menanyakan kabar.

Aku kangen ibu, kangen bapak dan adik-adikku. Selalu seperti ini ketika malam hari. Aku berubah jadi melow dan penyakit home sick ku kambuh.

“Dilamar pangeran Ajmar? NGAREP!” Bella menekankan kata terakhirnya, membuatku memutar mata malas. “Tapi gue heran deh Za, kok bisa Mr. Rayyan milih lo buat jadi asistennya. Emang ga ada yang lain apa?”

Aku mendongak dari layar ponselku, mengambil bantal dan melemparkan ke arah Bella. Dia mendelik ketika bantal yang aku lempar pas mengenai wajahnya yang sedang dia beri serum. Mata Bella melotot memperingatiku, yang aku balas dengan cengiran lebar.

“Makanya biasa aja donk nada ngomong lo, doi dapet rekomendasi dari Prof Abdul.”

“Prof Abdul yang dosen etika dan hukum kesehatan itu?” tanya Bella yang aku balas dengan anggukan.

“Pantesan aja!!”

“Pantesan kenapa?” tanyaku bingung dengan kerinyitan didahi.

“Emang lo belum denger gosip di fakultas yang pada bilang lo anak kesayangan Prof Abdul?” Bella bangkit dari duduknya setelah serangkaian ritual kecantikannya sudah selesai. Dan membaringkan tubuhnya disampingku.

“Belum, emang ada gosip begitu? Lagian kok bisa sih ada gosip gue anak emas.” Kali ini aku menaruh ponsel di nakas dan memusatkan perhatianku pada Bella.

“Ya, lo tau kan kalau Prof Abdul itu terkenal pelit nilai. Nah kalau sama lo dia kayak gak segan-segan gitu kasih nilah A.”

Aku mendengus kasar. “Ck! Belajar keulesssss biar nilai bagus. Masa mau dapet nilai bagus tapi bikin tugas asal-asalan.” Aku mendadak menjadi kesal mendengar penjelasan Bella.

“Hahahaha oh iya bener juga ya Za, kok gue ga kepikiran ya. Udah santai aja ga usah manyun gitu. Mereka yang gosipin elo cuma iri.” Bella terkikik membuatku jadi makin keki saja.

“Tapi Bel, kalau gue ketemu pangeran Rashid gimana?”

“Ya ajak ngobrol aja kayak ketemu temen lama.” Ucap Bella santai tapi bikin aku gak santai.

“Lo belum tidur tapi udah ngigo!” aku mendengus kesal.

“Lo aneh sih Za, apa coba yang bikin lo takut ketemu dia?”

“Gue bukannya takut, gue itu malu. Masih inget tragedi ayam panggang kan?”

“Itu kan udah lama, lagian dia kayak gak ada hal lain aja yang harus dipikirin selain tragedi ayam panggang itu.” Kali ini Bella menepuk-nepuk bantalnya dan mulai mencari posisi nyaman untuk tidur.

Aku merenung memikirkan ucapan Bella barusan. “Bener juga ya, belum tentu dia masih inget sama gue.”

*****

Aku berjalan mondar mandir didepan ruang dosen. Berpikir apakah harus masuk atau menunggu saja didepan pintu sambil meneruskan mondar-mandir. Tadi pagi aku hampir saja membanting ponsel saat sebuah pesan masuk dari Mr. Rayyan. Pesannya bukan ajakan keluar makan malam atau sejenisnya memang. Dia hanya memberi tahuku bahwa siang ini setelah jam kelas berakhir aku pergi ke istana untuk memulai hari pertamaku menjadi asistennya.

Jangan tanya bagaimana perasaanku saat membaca pesannya. Aku hampir saja menghubungi nomernya dan membatalkan kesepakatan kami kemarin. Tapi Bella lebih cepat bertindak dengan merebut ponselku dan membalas pesan Mr. Rayyan dengan dua huruf “OK” dan saat pesan itu terkirim kakiku berubah menjadi jely.

Dan berita baiknya Bella sahabat baikku yang menjerumuskan itu memilih kabur ketempat kerja part time nya dan meninggalkan aku sendiri berjalan mondar-mandir di depan ruang dosen. Asem!!

“Khanza? Sudah lama menunggu.” Suara berat itu berhasil menghentikan kegiatan yang sudah aku lakukan sejak sepuluh menit yang lalu.

“Enggak Pak, kebetulan saya baru sampai.” Jawabku sesantai mungkin tidak lupa memberikan senyum manis biar jawabanku meyakinkan.

Dan senyumanku tidak sia-sia karena Mr. Rayyan membalas dengan senyuman yang tidak kalah manisnya. Alamak!! Gak kuat jantungku kalau lama-lama disodorin pemandangan indah macam ini. Cepat-cepat aku menunduk menyembunyikan wajahku yang mungkin sudah semerah tomat.

“Kita berangkat sekarang?” tanya Mr. Rayyan dengan senyum manis yang belum luntur dari bibirnya.

Kita?? Kita? Aduh aku denger kata kita keluar dari dosen ganteng ini aja udah merinding. Norak bener aku ini, kalau saja Bella tahu kelakuan norakku ini sudah pasti aku akan jadi bahan bully makhluk itu selama tujuh hari berturut-turut.

“Khanza?” Mr. Rayyan memanggil karena aku tak kunjung menjawab.

“Eh…iya Pak, kita berangkat sekarang.” Aku mengulum senyum menyembunyikan tawa saat kata kita keluar dari mulutku.

My Story Of Middle EastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang