Kenapa harus aku yang terpilih menyerahkan souvenir? Aku termasuk orang yang demam panggung, tidak suka menjadi sorotan orang banyak. Aku lebih senang menjadi orang dibalik layar."B-baik, Pak." senyum Pak Ismail langsung mengembang saat aku menyetujui permintaannya.
"Baik kalau begitu akan saya beritahu pada pihak panitia." lalu dia melesat menuju bagian pinggir panggung bertemu dengan bu Nyoman. Sedangkan aku kembali duduk dengan wajah pias.
"Za!!" Bella mengguncang bahuku dengan keras, aku tau dia ingin protes. Kenapa bukan dia yang terpilih! Ya, pasti itu yang akan dia sampaikan.
"Hmmm."
"Kenapa lo sih Za yang ngasih souvenir, kenapa bukan gue?" nah!! Benar kan tebakkanku.
Aku menoleh padanya, memandang wajahnya yang kesal bercampur iri. Bisa kalian bayangkan seperti apa wajah Bella sekarang? Aku menarik nafas perlahan membuat diriku senyaman mungkin untuk menghadapi Bella yang sedang dalam mode ngambek. "Bel kalau lo mau, kejar aja tuh Pak Ismail mumpung acara belum dimulai nih." ucapku dengan sedikit nada antusias.
"Ya ga enak lah gue ngomongnya." Bella semakin cemberut. Membuatku hampir tertawa.
Tahan dulu Za tawamu itu kalau ga mau ada perang saudara.
"Ya masa gue yang ngomong lebih ga enak lagi kan."
"Lo semalem mimpi apa sih? Kok beruntung banget!" beneran aku tak tahan ingin tertawa melihat Bella yang bersikap seperti anak umur lima tahun.
"Mimpi ketiban duren sepohon Bel." jawabku asal lalu tertawa, membuat Bella semakin cemberut. "Tenang Bel nanti gue salamin buat pangeran ya. Mau salam apa? Salam sayang? Salam rindu? Atau salam Cinta?" lanjutku setelah tawaku mereda.
Ruang auditorium berubah riuh saat para narasumber pengisi kuliah umum masuk satu persatu. Dan dari lima orang yang masuk aku hanya tau mentri kesehatan saja selebihnya aku tidak tau. Tapi tunggu dulu, dimana sang pangeran yang kedatangannya tadi digadang-gadangkan? Sepertinya Bella yang duduk disampingku pun mencari keberadaannya.
"Za, mana pangerannya?" bisik Bella setelah semua narasumber telah duduk.
"Mana gue tau. Emang gue dayangnya." aku mendengus. Dan memilih mengalihkan perhatian pada ponselku. Membalas chat dari ibu yang menanyakan apakah aku makan dengan teratur. Namun baru dua kali membalas pesan, suasana ruangan kembali riuh. Kali ini Bella bahkan berteriak histeris disampingku sampai membuatku kaget. Seriusan!! Kalau di film kartun mungkin jantungku bisa tiba-tiba keluar.
Berdiri mengikuti hampir seluruh isi ruangan ini aku pun melihat sosok yang aku yakini sebagai pangeran Ajmar. Aku tebak dia yang berjalan paling depan. Agak sedikit membingungkan sih karena beberapa rombongan mengenakan baju semacam gamis berwarna putih yang sama, aku tidak tau apa namanya dan akan segera aku cari tau.
"Akhirnya Za, ya ampun Subhanallah Allahuakbar. Gue bisa liat pangeran Ajmar. Dan aslinya jauh lebih ganteng dari foto-fotonya yang ada di instagram. Masya Allah!!!" Bella benar-benar harus diselamatkan. Dia jadi terlihat pemuja pangeran Ajmar sekarang. Padahal sama idola Korea nya aja ga sampe segitunya. Mungkin sahabatku ini punya mimpi menjadi Putri. Duh!! Berat Bel lo ga akan kuat biar gue aja. Aku terkikik saat ingat gombalan Dilan itu.
"Kenapa lo malah ketawa ngikik gitu. Kesambet lo ya."
"Yang kesambet itu elo!! Sini gue sembur dulu." aku bergerak mengambil botol minum yang tadi diberikan panitia. Tapi belum juga tanganku menggapai, Bella yang lebih dulu mengambilnya.
"Jangan coba-coba lo Za!!" Bella melotot.
"Masa buat anak coba-coba sih Bel." aku menggodanya dengan semboyan iklan. Hari ini Bella benar-benar menghiburku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Story Of Middle East
RomanceHai perkenalkan namaku Khanza Maharani. Keluargaku memanggil dengan nama Rani tetapi teman-temanku biasa memanggil dengan nama Khanza. Terserah mereka mau memanggil dengan nama apa yang penting panggilannya enak didengar. Oh ya ini ceritaku tentang...