Udara sejuk di kawasan Ubud, sedikit banyaknya membuat Kayla sejenak melupakan kepenatan yang selama ini dirasakannya. Rasa sesak dan lelahnya yang teraduk menjadi satu, kini menguap begitu saja saat matanya melihat secara nyata betapa indahnya Surga yang ada di hadapannya.
"Kayaknya gue bakalan mempertimbangkan untuk tinggal di sini beberapa bulan gitu deh," kata Kayla memecah keheningan yang sempat hadir di antara mereka. “Atau selamanya?” cetusnya sumringah.
"Maksudnya lo mau pindah ke sini, Kay?"
Kayla menoleh ke arah Puspa. "Iya, Pa. Untuk sementara waktu doang, sih. Semacam survival tinggal di suatu tempat gitu, deh. Dan Ubud adalah salah satu yang gue pilih untuk dijadikan tempat tinggal."
Perempuan itu mendesah panjang. Kedua tangannya ke belakang menumpu badannya, wajah Kayla menengadah, menghidu hawa sejuk yang sulit dijumpainya selama ia tinggal di Jakarta.
Sementara Puspa mengangguk setuju. “Iya juga, sih.”
"Lo bayangin deh, Pa. Kita nggak mungkin selama-lamanya tinggal di Jakarta yang kejam itu, kan? Ini Jakarta, Men. Lebih kejam dibandingkan ibu tiri," kata Kayla dengan tenang.
"Terus rencana lo apa, Kay?" tanya Puspa penasaran.
Kayla mengedikkan bahunya dengan santai. "Ya itu tadi, stay di sini. Kali aja nanti gue punya suami yang kaya raya dan sukses gitu, kan? Terus gue ajak deh stay di Ubud. Menikmati masa tua, terus anak-anak gue terserah deh, mau ngerantau kayak Aksara atau mau menetap di Bali. Kita juga butuh perencanaan masa depan kan, Pa?"
Aksara yang sejak tadi diam di samping Kayla, memilih untuk tidak menanggapi ucapannya. Meskipun telinganya sudah awas sejak tadi untuk sekadar merekam apa yang baru saja dikatakan oleh perempuan itu.
"Menurut lo gimana, Sa?" Kayla menolehkan wajahnya ke arah Aksara yang sejak tadi diam di sebelahnya.
"Mana yang bikin bahagia lo, deh Kay," kata Aksara pasrah, dan hal itu membuat Puspa yang ada di samping Kayla sedikit heran.
"Pasrah amat jawaban lo, Sa!" sengal Kayla tak terima. "Marah lo ya sama gue?" tambahnya mencoba mencairkan suasana.
Pasca kejadian semalam, Kayla sendiri juga heran dengan dirinya. Entah mengapa ia bisa bertindak sememalukan seperti semalam padahal kenyataannya, ia sudah biasa dekat dan seintens itu saat bersama Aksara.
Maka dari itu, Kayla berusaha untuk mengenyahkan rasa canggung yang sempat hadir di antara mereka. Memilih untuk menekan rasa malunya demi mencairkan suasana yang sempat menghadirkan rasa tak nyaman di antara mereka.
Sementara Aksara? Tentu saja lelaki itu merasa bersalah. Bahkan ia sama sekali tak banyak bicara seperti biasanya.
"Tinggal di sini kayaknya emang menyenangkan sih, Kay. Mana kita masih bisa menghirup udara segar begini sambil sepedaan begini pula. Halo, apa kabar Jakarta?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Traveler's Diary
RomanceKayla Tabita Salsabila, seorang perempuan yang selalu suka dengan kopi dan traveling. Pada pertemuannya dengan Aksara Jenggala-seorang lelaki tampan, dan terkenal playboy membuat Kayla pada akhirnya bersahabat dengannya. Jatuh cinta kepada Aksara Je...