Pagi ini Dinda berangkat sekolah dengan wajah yang murung. Riri yang tahu apa yang terjadi pun hanya bisa menepuk bahu Dinda dan berusaha menyemangati Dinda. Dia juga kaget saat ibunya menceritakan tentang pernikahan Dinda yang dilandasi ikatan bisnis. Tapi, Riri juga tidak bisa berbuat apa-apa.
"Kamu yang sabar ya Dinda." Ucap Riri sebelum mereka keluar dari rumah. Dinda menyunggingkan sebuah senyum kecil sebagai balasan.
"Ayo berangkat." Ajak Riri. Dia menarik tangan Dinda dan memasuki mobil. Mereka duduk dibelakang bersama adik perempuan mereka yang masih duduk dibangku kelas 6 SD. Sedangkan adik laki-laki mereka yang berusia 14 tahun duduk didepan disamping ayahnya.
"Dinda, kamu baik-baik saja?" Tanya Johan menatap Dinda lewat spion tengah. Dinda menatap keluar jendela dan tak menatap Johan.
"Baik." Jawab Dinda dengan singkat. Johan menghembuskan nafas pelan. Rasa bersalah merambati hatinya. Dia tahu kalau Dinda kecewa karena dia tidak mengatakan yang sebenarnya. Tapi, Johan memang sengaja tidak mengatakannya karena Johan ingin Dinda tahu yang sebenarnya langsung dari Dhanni.
Selama diperjalanan, suasana mobil ramai diisi oleh candaan Riri, Ivan dan Fanny. Johan hanya menimpali sesekali. Sedangkan Dinda bungkam dan tak bersuara. Hingga sampai disekolah pun Dinda tetap diam membuat Riri merasa kasihan.
"Dinda, sebenarnya aku penasaran. Apa yang membuatmu terlihat sangat kecewa pada Ayah dan Ibu?" Tanya Riri yang sudah tidak bisa menahan rasa penasarannya. Karena dia hanya tahu Dinda akan menikah karena bisnis.
Dinda diam dan menghembuskan nafas lesu. Mereka sudah berada dikelas dan sudah duduk dikursi masing-masing. Guru belum datang hingga Riri mendapatkan waktu untuk bertanya.
"Bukankah Ibu sudah menceritakannya padamu?" Tanya Dinda tanpa menatap Riri.
"Iya memang. Tapi, Ibu bilang kau menerima pernikahan itu dengan suka rela. Dan aku bingung kenapa kau malah terlihat kecewa." Jawab Riri. Dinda menatap Riri sesaat dan kembali menatap bangku didepannya dengan tatapan kosong dan hampa.
"Aku memang menerima pernikahan ini dengan suka rela. Tapi, aku tidak menyangka jika aku akan menjadi istri kedua." Ujar Dinda dengan lirih. Mata Riri membelalak kaget mendengarnya.
"Istri kedua? Jangan bercanda Dinda! Ini tidak lucu!" Ucap Riri. Dia mengibaskan tangannya dan tersenyum remeh. Dia yakin Dinda hanya bercanda.
"Untuk apa aku bercanda? Tidak ada gunanya. Karena hal itu juga aku merasa kecewa karena Ayah dan Ibu tidak mengatakan hal ini padaku." Balas Dinda. Riri menatap Dinda tak percaya. Dia juga tak menyangka jika orangtuanya akan menyuruh Dinda menikah dengan seorang pria yang sudah beristri.
"Dinda..." Lirih Riri. Dia mendekati Dinda dan langsung memeluk Dinda dengan erat. Dinda hanya diam saja. Dia mencoba menenangkan hatinya yang selalu saja mencoba menolak pernikahan ini.
"Cukup aku yang harus mengalami ini. Kau jangan sampai mengalaminya." Ucap Dinda. Riri menatap Dinda dan mengangguk.
"Kamu yang sabar Dinda. Aku yakin, ini semua adalah awal kebahagiaan mu."
***
2 minggu kemudian.
Dinda duduk didepan meja rias dan menatap pantulan dirinya yang sudah dirias sedemikian rupa. Dinda mendesah pelan. Dia merasa berat menjalani pernikahan ini.
Dhanni juga sudah bilang kepada Dinda kalau pernikahan mereka diadakan biasa saja. Tidak mewah tapi tetap ada resepsi. Tamu yang diundang pun tidak terlalu banyak.
Dinda tak peduli dengan konsep pernikahannya. Dia tidak mau tahu dan dia menyerahkan sepenuhnya pada Dhanni. Dinda tidak berminat untuk turun tangan karena pernikahan ini bukan pernikahan yang dia inginkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Wife [END]
Romance✨Highest Rank : 1 in Romance✨ Sudah dihapus sebagian. Nasib seorang Dinda Gleanna yang harus menikah atas perintah orangtua angkatnya sebagai perjanjian bisnis. Dinda tidak bisa menolak karena ibu angkatnya mengungkit pengasuhan mereka terhadap Dind...