10

210 23 15
                                    

-
Happy Reading
💕💕



Tiga hari sudah berlalu. Fara, gadis itu tidak pernah hadir di sekolah. Namanya menjadi bincangan banyak orang. Semua murid bingung ke mana gadis itu.

Seakan sudah direncanakan, semua guru yang mengajar di kelas Fara juga seolah sudah tahu alasan kenapa gadis itu tidak pernah berangkat. Nama gadis itu tidak pernah dipanggil saat mengabsen.

Tidak terkecuali dua sahabat gadis itu. Mereka khawatir dengan keadaan Fara dan bingung di mana gadis itu sekarang.

Dua hari yang lalu mereka mendatangi rumah Fara, bermaksud menanyakannya langsung pada Fara kenapa gadis itu tidak berangkat sekolah dan kenapa ponselnya tidak aktif. Namun, gadis itu tidak di rumah. Mereka hanya mendapat informasi dari Mbok Sarmi kalau Fara sedang berada di rumah neneknya, Yogyakarta.

"Gimana?" tanya Citra pada Jihan yang mencoba menghubungi Fara lagi.

Jihan menggeleng lesu. "Nggak aktif."

Citra menunduk, "Dia di Jogja ngapain aja sih?" lalu mendongak, menatap Jihan dengan kening mengerut. "Apa di sana nggak ada sinyal ya. Terus dia matiin Handphone-nya deh."

"Gue juga nggak tau." Jihan membalas. "Besok kalau Fara masih nggak berangkat, kita tanya Kak Gery. Dia pasti tau."

● ● ●

"Kak Rival?!"

Sudah tiga kali Dara memanggil cowok yang duduk di hadapannya itu. Namun tidak ada jawaban. Cowok itu sedang melamun sepertinya.

"Iya apa?" sahut Rival. Menatap Dara dengan alis terangkat satu.

"Ngelamun mulu." celetuk Dara.

Rival nyengir. Ditatapnya gadis di hadapannya itu lekat. Ditatap seperti itu, Dara jadi salah tingkah. Gadis itu memilih menikmati mie ayamnya-guna menghindari tatapan Rival. Ya, saat ini mereka ada di kantin. Banyak siswi yang menatap mereka dengan berbagai tatapan. Bagaimana tidak? Ini Rival-sang idola siswi Haiden tengah duduk berdua dengan seorang gadis di tengah kantin. Padahal baru tiga hari kemarin cowok itu bersama Darrel duduk di meja yang sama dengan Fara dan sahabatnya. Sudah pasti mereka menarik perhatian semua murid.

Sudah dua hari ini Rival dekat dengan Dara. Semenjak dia membantu gadis itu, takdir selalu mempertemukan mereka. Mulai dari mereka bertemu di ekskul musik. Dan ketika Rival bertemu gadis itu di Cafe Fairist. Namun kenapa dia tidak merasa tertarik pada gadis itu. Dara cantik, meski dia memakai kacamata, namun penampilannya tidak cupu.

Rival seperti melihat sosok adiknya ketika bersama Dara. Tidak seperti saat pertama kali dia bertemu Fara. Fara? Entah di mana gadis itu. Sudah tiga hari dia tidak berangkat sekolah. Setiap hari Rival akan ke kelas gadis itu hanya untuk memastikan apakah gadis itu berangkat atau tidak. Namun nihil. Gadis itu tidak berangkat. Setidaknya Rival sekarang sudah cukup lega, pasalnya dia kemarin mendapat informasi dari Citra bahwa Fara sedang berada di rumah neneknya, di Yogyakarta. Jadi dia tidak perlu khawatir dengan keadaan gadis itu. Dia kemarin sempat berpikir jika Fara sakit.

"Kak Rival nggak makan?" suara Dara terdengar membuyarkan lamunan Rival. Dara akhirnya membuka suara karena tidak tahan dengan tatapan Rival padanya.

"Gue udah kenyang." Rival membalas.

Dara mengernyit, "Pesan aja belum, Kak. Masa udah kenyang."

"Weisss... Pacaran mulu lo." Tiba-tiba Darrel datang dan duduk di samping Rival.

"Dari mana lo?" tanya Rival tak menghiraukan ucapan Darrel barusan.

"Biasa." Darrel membalas sembari melirik meja di seberang mereka.

DiamondsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang