18

177 16 6
                                    

——
Happy Reading
💕💕







Mentari mulai menyingsing. Cahaya kuning kemerahan mulai nampak. Mempercantik langit sore. Dia senja, Mahakarya Tuhan yang begitu indah, mempesona jutaan pasang mata yang menyaksikan.

Senja hadir hanya sekejap. Namun kehadirannya selalu ditunggu dan kepergiannya tak diinginkan. Berbeda dengan Fara, kehadiran Fara tidak dinginkan dan kepergiannya diharapkan banyak orang. Fara tertawa miris.

Tapi Fara bersyukur karena dia masih bisa menyaksikan salah satu keindahan yang Tuhan ciptakan itu. Fara bahagia, di antara jutaan manusia dia termasuk orang yang beruntung.

Semilir angin sore menerbangkan beberapa helai rambut Fara. Sesekali ia memejamkan mata menikmati angin yang membelai pipinya juga menghalau bias cahaya yang mejangkau wajahnya. Saat ini Fara sedang berada di taman dekat sekolahnya. Fara tidak ingin sampai di rumah itu dan menghabiskan waktunya dengan mengurung diri di dalam kamar. Lebih baik ia menikmati senja walau hanya sesaat di taman ini.

Helaan napas dari mulut gadis itu terdengar, kepalanya mendongak menatap langit yang begitu indah. Meski silau Fara tidak mengalihkan pandangannya. Dia hanya diam dengan senyum tersungging di bibirnya. Tiba-tiba Fara menunduk, meringis pelan dengan mata terpejam. Rasa sakit itu datang lagi.

"Senja selalu datang bersama kehangatan sang Jingga. Mereka hadir membawa keindahan. Namun hanya sesaat sampai akhirnya cahaya itu hilang ditelan gelapnya langit malam." suara yang terdengar familiar itu mengalun di telinga Fara.

Fara menengadah memastikan siapa cowok yang berdiri menjulang—menghalangi silau yang menerpa wajah Fara—di hadapannya. Fara mendapati Rival tersenyum manis padanya.

Kenapa cowok itu selalu muncul dimana-mana?

Fara memalingkan wajahnya, menatap taman yang mulai sepi karena sebentar lagi gelap. Dia bisa merasakan Rival duduk di sampingnya dengan jarak yang cukup dekat.

"Lo ngapain di sini?" Rival membuka pembicaraan.

"Kenapa diam? Lo ngapain di sini, hem?" ulang Rival karena Fara tidak menjawab.

"Lo nggak lihat gue lagi duduk," ketus Fara.

Rival mengulum senyum, dia sudah biasa dengan jawaban ketus Fara.

"Iya tau, maksudnya ngapain duduk sendirian di sini? Tadi nggak lamgsung pulang?" tanyanya beruntun. Dia mengernyit melihat Fara yang masih memakai seragam lengkap dengan ransel di punggungnya.

"Lo yang ngapain di sini?" Kebiasaan, Fara selalu bertanya balik.

"Nggak boleh emang? Lagipula ini kan tempat umum." jawab Rival santai. Rival bahkan menyandarkan punggungnya dan menyangga kepalanya dengan tangan yang terlipat di belakang.

Fara mendengus. Dia juga tahu ini tempat umum. Tapi masalahnya, kenapa selalu Rival yang muncul di saat Fara lagi sendiri?

"Iya... tapi lo sadar nggak sih, lo selalu muncul disaat gue lagi ... sendiri kayak gini," Fara menoleh sekilas, kemudian matanya memicing. "Atau jangan-jangan lo ngikutin gue ya?"

Rival tersenyum, dia memang sengaja mengikuti Fara kemarin. Tapi hari ini dia tidak sengaja melihat Fara. Dia memang sering ke taman ini ketika sore. Biasanya dia pergi bersama Diandra, sepupunya yang baru usia lima tahun. Gadis imut itu yang selalu memintanya pergi ke taman karena ingin membeli es krim di dekat taman. Tapi kali ini Rival sendirian. Dia tadi hanya merasa ingin ke taman. Mungkin itu feeling karena Rival akan bertemu Fara.

Rival berjanji akan membelikan Diandra es krim kesukaannya sebagai rasa berterimakasih Rival pada Diandra karena telah mengenalkannya pada taman ini.

DiamondsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang