11

203 31 8
                                    

Happy Reading

💕💕









Gery memandang gadis yang sedang terbaring lemah dengan alat bantu pernapasan, menutupi hidung dan mulutnya. Bola mata hitam arang yang selalu menatapnya dengan binar kini tak terlihat, tertutupi oleh kelopak yang masih setia terpejam.

Gery menghela napas panjang. Kentara sekali cowok itu tidak tidur, matanya memerah dan tatapannya sayu. Bagaimana Gery bisa tidur? Sepupu kesayangannya tengah berada dalam masa kritis. Bahkan dia tidak mandi sejak kemarin. Lengan kemeja cowok itu sudah terlipat hingga siku.

Gery melirik jam tangannya. Dia mengernyit, sudah jam empat sore sekarang, berarti sejak dua jam yang lalu dia hanya memandangi Fara. Dan sekarang dia harus pulang karena Mamanya sudah menelepon. Katanya di rumah akan ada tamu penting. Mau tidak mau Gery harus meninggalkan Fara sendirian di ruangan serba putih ini. Gery tidak mau Mamanya memberitahu keadaan Fara yang sebenarnya pada keluarga Fara jika Gery tidak menuruti perintah Mamanya.

Selain Gery, orang tua Gery yang tak lain adalah Tante dan Om Fara juga mengetahui keadaan Fara sebenarnya. Sebenarnya orang tua Gery pernah ingin memberitahu keluarga Fara tentang keadaan Fara namun Fara melarang. Akhirnya mereka menuruti keinginan Fara, asalkan Fara tidak akan pernah mencoba melukai dirinya sendiri lagi. Ya, Fara pernah mencoba menyayat pergelangan tangannya dengan pisau buah. Beruntung Gery datang dan merebut pisau itu dari tangan Fara lalu membuangnya.

Itu terjadi sudah sangat lama. Di mana saat itu suatu kejadian yang begitu berpengaruh bagi Fara terjadi. Fara shock, dan lebih parahnya Fara hampir stres karena peristiwa itu. Beruntung Gery dengan cepat membawa Fara ke Psikolog. Enam bulan setelahnya Fara kembali seperti dulu lagi.

Tidak ada yang tahu jika Fara sempat mengalami stres, keluarganya sekali pun. Hanya Gery yang tahu. Fara merasa sangat beruntung memiliki Kakak seperti Gery. Fara sangat berterimakasih pada Gery. Ah, tidak, rasa terimakasih saja rasanya tidak cukup. Terlalu sering Fara menyusahkan Gery. Gery lah saksi hidup Fara sejak kecil. Gery lah seseorang yang menyimpan semua rahasia Fara. Only one, and he's Gery.

Getaran yang berasal dari benda persegi panjang digenggamannya membuat lamunan Gery buyar. Gery melihat layar handphone-nya yang terpampang dengan jelas
Mama is Calling.

Gery menghela napas sebelum akhirnya menggeser layarnya guna menerima panggilan sang Mama.

"Gery, kamu di mana?!" Suara sang Mama langsung terdengar tanpa mengucap salam.

"Iya, ini udah di jalan." Gery menjawab dengan berbohong. Biarlah. Kalau nanti dia jujur, yang ada Mamanya tidak berhenti mengoceh di telepon.

"Ya sudah. Kamu hati-hati."

"Iya, Ma. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Gery memasukkan handphone-nya ke dalam saku celananya. Ditatapnya kembali gadis yang masih setia memejamkan mata itu, tangannya bergerak menyingkirkan rambut yang menutupi kening Fara lalu Gery menunduk, mencium kening Fara lama.

"Cepat sembuh, Sayang." bisiknya sambil mengelus kepala Fara dengan sayang. Kemudian Gery keluar dari ruang rawat Fara.

Tiga menit setelah Gery keluar, Fara membuka mata pelan-pelan. Matanya mengerjap tiga kali, berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya setelah beberapa hari tidak terbuka. Satu tangan gadis itu menekan bagian sisi kanan kepalanya.

DiamondsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang