Chapter 8

1.6K 134 10
                                    

Setelah hari pertemuan itu, gue udah libur. Kerjaan gue selama tiga bulan ini? Kerjaan gue adalah, yang pertama dan harus itu ngehubungin Cam bisa berjam-jam ngomongin tentang hal macem-macem dan juga cerita macem-macem.

Tepat hari ini juga, gue bakalan ke Amerika lagi. Bedanya kali ini gue sama temen-temen.

Chiara Bones: I'm on my way!!

Cameron Dallas: Where r you going?

Chiara Bones: Meet you, maybe? :p

Cameron Dallas: Give me a clue!

Chiara Bones: Tempat yang penuh sama kenangan seseorang, bisa sedih, bisa bahagia, bisa terharu juga. Semuanya deh.

Cameron Dallas: Airport?

Chiara Bones: I'll meet you there! Miss you.

Setelah itu gue gak ngeread lagi apa yang Cam ucapin.

"Chi," kata Valen tiba-tiba.

"Lu udah jadian ya sama Cam?" tanyanya.

"Gak kok," kata gue mengelak.

"Terus yang gandengan itu apa, Chi?"

"Ya sebatas fans sama idolanya gimana sih, Len?"

"Kasih tau aja kali, Chi. Gak usah di tutup-tutupin gitu," kata Delia.

"Iya-iya. Gue jadian, puas lo semua?" tanya gue.

"Terus semua novel Rainbow Rowell, John Green, Nicholas Sparks, dan seriesnya Mortal Instrument, sama Divergent dari dia?" intrograsi Clarissa.

"Iya dari dia semua," kata gue.

"Anjir! Sweet banget, terus lu dikasih apa lagi sama dia?" tanya Valen penasaran.

"Pas ditembak dikasih 52 Things gitu, udah gitu doang. Pacaran baru 2 hari udah disuruh pulang sama emak bapak," gue menjelaskan.

"Tapi kan kita sekarang sebulan, seneng dong pasti?" tanya Clarissa.

"Haha, jadi kalo gue pergi sama Cam terus kalian gue tinggal, gapapa ya?"

"Asalkan lo seneng kita gapapa, kok, Chi," kata Delia.

"Asik nih asik."

***

Setelah seharian di pesawat, belum mandi juga akhirnya gue sampe di Amerika. Gue menyiapkan diri gue semaksimal mungkin buat gak terlalu excited ketemu Cam. Tapi gak bisa, gue bingung kenapa gak bisa.

Waktunya tiba, gue harus menatap Cam lagi, meluk dia, terus pasti dia nyium gue didepan mereka. Pastinya gue malu banget, tapi-- mereka juga udah tau.

"Chi," kata Cameron.

"Iya, Cam," kata gue sambil narik koper gue buat ke mobil Cam.

"Kenalin dong, gak enak kalo gak dikenalin," katanya.

"Ah iya! Nanti aja ya pas dimobil hehe," kata gue. Pas dia bantuin narik koper juga tangannya selalu melingkar dipinggul gue dan menandakan kalo gue itu milik dia.

Dengan muka yang masih memerah gue mencoba menutupinya. Tapi, yang jelas itu semua gak bisa gue tutupin.

"Gak usah malu, orang udah pacaran juga," kata Cam.

"Ih!" kata gue mukul pelan perutnya Cam. Terus, kita lanjut jalan lagi.

Sampe dimobil, mereka bertiga cekikikan dibelakang dan gue cuman bisa ngeluarin hape terus buka Camera dan gue natap sinis ke mereka.

VineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang