Chapter 12

1.8K 128 9
                                    

Semuanya udah gue laluin bareng-bareng sama Cam. Umur Cam udah 25 dan gue udah 20 kita udah tunangan, masalah Madison dan Skoliosis itu udah kayak lama banget. Madison udah punya yang lain dan gue sama Cam decided untuk menikah. Terlalu muda, untuk orang Indonesia dan pas untuk orang Bule. Vine yang kesehariannya Cam terus dijalani olehnya, sekarang dia sudah sangat terkenal. Dimana-mana tahu namanya, dimana-mana terpampang wajahnya. Gue bangga.

Kita ngerayain pernikahan ini di dua tempat, bukan untuk menghabiskan duit Cam. Tapi, ini emang dia yang mau. Pake tema Pastel dan semua warna yang kita pake berhubungan dengan Pastel. Jadi ada dua acara, satu pagi dan satu malem. 

Pagi itu buat pemberkatan dan malam buat dinnernya di Amerika. Cukup satu acara aja kita selenggarain di Indonesia. Acaranya gak jauh beda, masih sama pake tema Pastel tapi warna-warna yang disusun emang beda. Kalo di Amerika kita pake pink, biru sama crem kalau di Indonesia kita pake ungu, peach sama kuning. 

Di Amerika, gue pake dress Pink dan Cam pake Tuxedo hitam dan dalemnya kemeja Biru Pastel. Pengiring kita juga pake baju yang warna-warna Pastel. Rasanya gue gak sabar, tinggal menghitung hari sebelum akhirnya gue dan Cam resmi jadi suami istri. Tinggal ngitung hari sebelum gue tinggal sama Cam.

Semuanya terasa cepat, disaat dia ngamuk ke gue karna gue jalan sama Jack G. Disaat sesek nafas gue kambuh ketika gue mau ngomong, "kita putus." Semua itu berjalan dengan cepat, rasanya baru kemarin gue jadian sama Cam. Nyatanya? Udah 5 tahun yang lalu, disaat gue masih labil. Pas pemilihan SMA, Cam nemenin gue milih SMA mana yang akhirnya nerima gue. Waktu pemilihan kuliah, Cam juga nemenin gue, dia kasih support buat gue supaya lebih semangat. Semuanya ditemenin sama dia.

Mungkin, dari kata, "will you be my girlfriend?" menjadi kata, "will you marry me?" Semua terasa singkat. 

***

Saat itu, udah sore di London. Cam dan gue pergi ke London, sebenernya Cam ngikut aja karena gue sendirian di London. Hari ini hari biasa, maka jalanan agak sepi daripada biasanya. Cam ngajak gue ke Westminster Chatedral di London. Gue bingung, kenapa dia ngajak gue kesini? Buat ngaku dosa? Tapi kan ini bukan hari Natal atau juga Pra-paskah. Dia ngajak gue ke depan altar, pas banget didepan altar.

Dia berlutut dihapadapan gue dan ngeluarin sekotak cincin. "Hari ini, didepan Tuhan, aku mau kamu jadi istri aku. Ibu dari anak-anakku, will you marry me?" tanya Cam. Mata gue berkaca-kaca bahagia.

"I'll do," kata gue dan langsung meluk dia sebentar. Terus dia masangin cincin itu kejari gue. Setelah itu, gue diajak dia ke halaman Gereja itu dan tiba-tiba aja ada proyektor dan ada suaranya Cam.

"Halo, Pertambangan Minyak dan Emas Gondora. Ada yang bisa dibantu?" suara asisten bokap....

"Bisa sambungkan dengan Adam?" tanya Cam. 

"Bilang ini Cameron." Sang Asisten langsung menyambunkan telfon itu ke bokap.

"Hei." Sapa bokap.

"Hei, Mr. Adam ini Cameron." Cam sopan banget.

"Ya, kenapa, Cam?" 

"Aku mau menanyakan kepada anak anda untuk menikah dengan saya, dan aku butuh persetujuan darimu." Pantes... kompromi dia sama bokap.

"Haha, do it," kata bokap. Gue malu banget, disaat kita ketemu pertama kali, divideo-in sama Cam. Semuanya, gue meluk dia erat banget. Gue sayang banget sama dia, gak mau kehilangan dia....

***

"Cameron, will you take Chiara as your wife in healt and sickness, in rich and in poor?" 

"Yes, I do." 

"Chiara, will you take Cameron as your husband in healt and sickness, in rich and in poor?"

"Yes, I do."

"Amen. God will bless your marriage."

"So, Cameron you may kiss Chiara as your wife." Cam nyium gue, dan gue tersenyum.

Kadang, emang kita gak sempurna, kadang emang kita benci banget sama tubuh kita. Tapi, semua itu harus disyukuri, apapun yang ada. Semua itu pasti ada yang nerima, sebengkok apapun tulang belakang lo, segendut apapun lo, sejelek apapun lo, tapi lo semua punya kelebihan yang gak dipunyain sama orang perfect

VineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang