Untuk pertama kali ini aku merutuki sebuah halte bus. Kenapa letaknya sangat jauh dari sekolah? Duh Gusti, aku harus berjalan sekitar satu kilometer lebih agar sampai di halte bus terdekat. Jika harus berjalan sejauh itu, aku berharap ada Doraemon di dunia nyata, meminjam pintu kemana-mana agar bisa langsung sampai di rumah. Tidak hanya itu, aku juga ingin pergi ke Korea Selatan supaya bisa bertemu dengan oppa-oppa berwajah tampan.
"Aku pergi dulu ya, Aeris."
"Iya," ucapku malas, mendengkus sebal melihat motor Kyungsoo semakin menjauh. Dasar Kyungsoo tidak berperipertemanan! Ada teman lagi jalan sendirian malah disapa doang. Tawarin buat diantar pulang, kek? Dasar. Mau minta tolong sama Chanyeol, doi lagi ada jadwal latihan basket. Lagi pula dia dilarang terlalu dekat lagi denganku oleh Alanis. Huufff ... ya nasib, ya nasib. Mengapa engkau begini?
Ah, kenapa juga sekolah harus mengikuti program full day school? Aku lebih suka jika sekolah berjalan normal seperti biasa. Masuk dari hari Senin sampai Sabtu, lalu pulang jam dua siang. Aku merasa sangat lelah jika pulang jam empat sore.
"Eits..." Aku langsung duduk di kursi kosong yang tersisa di halte bus. "Hehehe, gue udah duluan yang duduk sini."
Luhan mengurucutkan bibirnya kesal karena tidak kebagian tempat duduk. Aku tidak pernah tahu jika dia naik bus.
"Sialan lo!" Luhan berdiri tidak jauh dariku, bersandar pada tiang besi menunggu bus datang.
"Gue kan, cewek. Sebagai cowok sejati, lo tuh harus ngalah sama cewek."
Luhan melirikku malas.
"Ups!" Aku memukul mulut pelan. "Gue lupa, lo kan bukan cowok sejati, hahaha!"
"Enak saja!" Bibir Luhan semakin mengerucut. Sebenarnya Luhan tampan, tapi sayang, dia tidak tertarik dengan perempuan. Ah, tanda-tanda kiamat sudah semakin dekat.
Sudah jam lima kurang lima belas menit, tapi bus yang kami tunggu tidak juga datang.
"Busnya kemana sih, Ai?" tanya Luhan. Sepertinya dia sudah mulai bosan menunggu bus datang, sama sepertiku.
"Nggak tahu." Aku juga heran. Kenapa bus-nya tidak kunjung datang. Aku tidak mungkin meminta tolong pada Pak Udin, supir di rumah untuk menjemput karena beliau sedang pulang kampung. Mau pesan ojek online pun juga tidak mungkin karena aku tidak mempunyai aplikasinya.
Sebuah motor sport berwarna merah berhenti tepat di depanku. Motornya mirip sekali dengan motor yang dipakai Steven William di film Anak Jalanan. Aku dan Luhan menatapnya bingung.
"Mau bareng nggak?" Cowok itu melepas helmnya. Dan jeng ... jeng ... ternyata dia....
"Sehun?" teriak Luhan senang. Ternyata Sehun membawa motor ke sekolah. Motor sport lagi, tidak seperti Chanyeol yang membawa scooter. Pasti harga motor itu mehong, alias mahal.
"Oke. Gue mau bareng sama lo." Luhan pun segera menghampiri Sehun.
"Ish, pergi lo! Jauh-jauh dari gue!" usir Sehun ketus.
Wajah Luhan seketika berubah sendu. "Kenapa? Lo kan, nawarin gue bareng?" tanyanya tidak mengerti.
Sehun memutar bola mata. "Gue nawarin Aeris, bukan nawarin elo."
Luhan sontak menatapku, wajahnya tampak sangat kecewa. Aduh, aku ingin tertawa melihat wajahnya, tapi harus kutahan, kasihan juga Luhan jika ditertawakan.
Luhan kembali ke tempatnya semula. Dia tidak lagi bersandar, malah menempelkan keningnya di tiang, menundukan kepala menyembunyikan wajah sedihnya. Aduh, Sehun tega sekali. Anak orang dibuat patah hati sampai seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Teacher
FanfictionDewasa 21+ [Jangan lupa follow authornya] "Kamu benar-benar berengsek, Pak!" ~Aeris Ariana~ Apa jadinya jika seorang murid menyukai gurunya sendiri? [C O M P L E T E] Start, on 6 July 2018 End, 20 January 2019 Cover by @alousaury (Jangan lupa follo...