Jadian?

8.3K 370 13
                                    

Mobil Pak Baekhyun terus melaju menuju kawasan luar kota Jakarta. Karena terlalu senang, aku sampai tidak sadar jika sudah duduk di dalam mobilnya sudah lebih dari satu jam.

Mobil berjenis sport ini melaju sedikit kencang di jalan tol menuju ... mataku seketika membelalak lebar saat melihat papan jalan berwarna hijau yang terpasang di sisi kanan jalan. What? Bogor? Apa aku tidak salah lihat? Pak Baekhyun ingin membawaku ke Bogor? Ya Tuhan, jauh sekali.

"Pak?"

"Hmm," sahutnya datar seperti biasa.

"Kita mau ke...?"

Aku kehilangan kata-kata karena Pak Baekhyun tiba-tiba menatapku. Sumpah demi apa? Pak Baekhyun terlihat semakin tampan karena memakai kaca mata hitam. Kenapa aku baru sadar jika dia memakai kaca mata?

Pak Baekhyun mengembuskan napas panjang. "Lain kali kamu jangan langsung mau kalau dibawa orang pergi sembarang," ucapnya sambil fokus melihat jalan.

Aku mengerutkan dahi, tidak mengerti dengan maksud ucapannya.

"Kamu tidak paham maksudku?"

Aku tidak sadar mengangguk.

"Aku heran sama kamu. Kamu nurut aja waktu aku bawa masuk ke mobil dan pergi keluar kota. Bagaimana jika orang lain yang membawamu. Apa kamu juga akan nurut seperti ini?"

Aku langsung menggeleng. "Tentu saja tidak. Bapak kan orang spesial. Ups!" Aku refleks memukul mulut pelan. Kenapa aku selalu mempermalukan diri sendiri? Ya Tuhan.

Pak Baekhyun tersenyum tipis, tapi aku masih bisa melihatnya. "Syukurlah. Aku ingatkan sekali lagi, jangan langsung mau kalau diajak pergi orang lain. Ingat itu!"

"Iya, iya Bapak. Kita mau pergi ke mana?"

"Kenapa kamu selalu bertanya jika sudah tahu jawabannya?" desahnya menahan kesal.

Aku terkekeh pelan. Kalau ke Bogor tujuannya paling tidak jauh-jauh dari Puncak. Puncak kan, udaranya dingin. Pak Baekhyun memakai celana jeans dan jaket denim. Bajunya sudah sangat cocok jika dipakai ke Puncak. Sementara aku masih memakai seragam sekolah.

Jika aku berjalan di samping Pak Baekhyun, orang-orang pasti mengira aku adiknya. Aku tidak mau dianggap sebagai adiknya. Tidak mau.

Pak Baekhyun tiba-tiba menghentikan mobilnya di depan sebuah toko.

"Turun?"

Karena terlalu asyik memerhatikan sekitar, aku sampai tidak sadar jika Pak Baekhyun sudah membukakan pintu mobil untukku.

"Kenapa berhenti di sini? Puncak kan, masih jauh?"

"Memangnya kamu mau pakai seragam terus?"

Wajahku memanas. Ya Tuhan, aku terbang. Tanpa perlu memberitahu, Pak Baekhyun sudah tahu apa yang kubutuhkan. Dia sangat perhatian.

Jantung seketika berdetak tidak karuan saat Pak Baekhyun menggenggam tanganku. Kami masuk ke salah satu butik yang ada di sana. Dia menyuruh memilih baju sesuai dengan keinginanku, tapi aku malah berputar-putar terus sedari tadi, bingung memilih baju yang mana karena harga baju yang dijual di butik ini mahal.

Semua dari brand ternama di dunia. Seperti, Gucci, Chanel, LV, dan lain-lain. Aku tidak mungkin menyebut semua merk-nya pada kalian.

"Pakai saja ini, aku pusing melihatmu berputar-putar terus." Pak Baekhyun memberi dua buah baju. Sweater putih dan celana jeans berwarna biru navy.

"Cepat ganti baju. Aku tunggu lima menit lagi."

Aku segera menuju ruang ganti, lalu memerhatikan penampilan di depan cermin. Baju yang diberikan Pak Baekhyun ukurannya sangat pas. Aku terlihat manis sekali memakai baju ini. Ternyata Pak Baekhyun pintar sekali memilih pakaian yang cocok untukku.

My Lovely TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang