Tubuh gemetar hebat. Aku seperti tertarik ke dalam sebuah ruangan yang sangat sempit dan gelap sendirian. Aku kesulitan bernapas. Bibir pun mulai bergumam tidak jelas, sementara air mata tak mau berhenti keluar. Dalam keadaan gelap, waktu seolah berjalan sangat lambat. Aku takut.
Keringat dingin keluar membasahi tubuh. Napas pun mulai satu-satu. Aku mencoba menarik napas panjang untuk mengisi paru-paru yang mendadak kosong. Dadaku sesak. Tuhan, rasanya sakit sekali.
"Ah..."
Aku meremas rambut kuat. Kejadian malam itu kembali berputar di dalam otakku seperti kaset rusak. Tiap potongan adegannya terlihat begitu jelas dan nyata. Tubuhku menggigil ketakutan. Aku takut jika dia kembali datang dan mengulangi perbuatannya lagi. Ya Tuhan, kenapa aku menjadi seperti ini? Bagaimana jika Mama dan Papa tahu? Mereka pasti sangat kecewa padaku.
Ponsel di nakas bergetar.
[Kenapa kamu tidak mengangkat teleponku? Apa terjadi sesuatu?]
[Angkat teleponku, Aeris]
[Perasaanku mendadak tidak enak. Kamu baik-baik saja? Penyakitmu tidak kambuh, kan?]
[Angkat teleponku, Aeris. Atau setidaknya balas pesanku agar aku tidak khawatir]
[Ah, kamu membuatku ingin segera kembali ke Jakarta]
Aku mengusap air mata yang tidak mau berhenti keluar. Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak percaya jika orang yang kucintai tega melakukan itu kepadaku. Ya Tuhan, kenapa dia tega menghancurkan hidupku?
Ponsel bergetar, Sehun kembali mengirim pesan.
[Aku pulang. Sekarang!]
Ya Tuhan, anak ayam itu sangat mengkhawatirkanku. Kenapa harus Sehun? Dan kenapa diri ini malah mengharap dia yang mengkhawatirkanku?
Aku menggeleng cepat. Sehun tidak boleh kembali sekarang karena hari ini ulang tahun ayahnya. Jika Sehun kembali sekarang, ayahnya pasti sangat kecewa.
Ponsel kembali bergetar. Nama Sehun tertera di sana. Aku mengigit bibir bagian bawah. Haruskah aku terima teleponnya?
"Ah, akhirnya kamu angkat teleponku juga...." Kudengar Sehun menghela napas panjang.
"Kamu baik-baik saja, kan?" Aku menutup mulut dengan tangan agar Sehun tidak tahu jika aku sedang menangis.
"Kenapa kamu hanya diam Aeris? Apa terjadi sesuatu?" Nada bicaranya terdengar panik.
Tanpa sadar aku menggelengkan kepala cepat.
"Bicaralah. Aku ingin mendengar suaramu."
"Hiks...!" Isakan itu lolos begitu saja dari bibirku. Padahal aku sudah berusaha menahan agar tidak keluar.
"Kamu menangis?"
Dadaku rasanya semakin sesak. Aku tidak sanggup menjawab pertanyaan Sehun. Yang bisa kulakukan hanyalah menangis. Aku telah mengecewakan orang-orang yang ada di dekatku. Terutama Mama dan Papa.
"Ya Tuhan, apa yang terjadi? Apa penyakitmu kambuh lagi?" Suara Sehun terdengar semakin panik.
Aku menarik napas panjang. "Ti-tidak," jawabku masih terisak
"Kenapa kamu menangis?" Kudekap ponsel di dada dengan erat. Bingung harus mengatakan apa. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Sehun jika mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Aku takut membuatnya kecewa.
"Aku tidak apa-apa."
"Jangan berbohong!" desisnya tajam. Aku semakin terisak.
"Aku pulang. Sekarang!" Setelah itu telepon terputus.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Teacher
FanfictionDewasa 21+ [Jangan lupa follow authornya] "Kamu benar-benar berengsek, Pak!" ~Aeris Ariana~ Apa jadinya jika seorang murid menyukai gurunya sendiri? [C O M P L E T E] Start, on 6 July 2018 End, 20 January 2019 Cover by @alousaury (Jangan lupa follo...