Dua jam sudah mereka berempat di rumah Arifa. Arif benar-benar tak bercanda ingin bertemu orangtua Arifa untuk menanyakan namanya. Hari sudah menunjukkan pukul 04.00 dan mereka baru saja menyelesaikan solat ashar tapi orangtua Arifa seperti belum ada tanda-tanda akan pulang.
“umi abi masih lama ya Fa ?” Arif yang sepertinya mulai tak sabar pergi ke dapur membuka kulkas dan membawa beberapa camilan ke ruang tv dimana sahabatnya sedang menonton.
“gak tahu sih, tadi pagi katanya jam empat pulang” jawabnya sambil melihat jam yang sudah menunjukkan pukul setengah lima.
“mungkin masih di jalan, sabar dong Rif” ucap Angga yang tengah ayik menonton drama Korea bersama Sani itu. Dia memang lelaki penyuka drakor.
Tepat jam lima sore terdengar suara mobil dari luar yang menandakan orangtua Arifa baru saja sampai. Mereka berempat pun berlari ke pintu untuk menyambut dua orangtua yang juga sudah seperti umi dan abi mereka itu.
“eh ada kalian rupanya udah lama ?” ucap umi pada mereka yang tengah menyalaminya satu persatu.
“iya umi udah dari jam dua” gak janjian tapi mereka serentak menjawab pertanyaan umi tadi.
“hahahaha kompak banget sih kalian.. sudah solat gak ni ?” ucap abi terkekeh melihat anak dan teman-temannya ini dan umi juga tertawa yang dijawab dengan anggukan mereka berempat.
“ini mi si Arif aneh banget dari tadi pengen ketemu umi sama abi” ucap Arifa saat mereka sudah duduk di meja makan karena kebetulan umi membeli banyak kue tadi.
“emang kenapa Rif” tanya abi yang baru muncul di tengah mereka setelah berganti pakaian di kamarnya.
“Arif Cuma mau nanya aja arti nama Arifa itu apa sih bi ? abi gak ada niat buat ganti namanya ?” tanya Arif santai tanpa beban namun teman-temannya sudah menatap padanya sedangkan abi dan umi malah merasa sedikit aneh dengan pertanyaan Arif itu.
“apaan sih lu Rif, lu serius pengen Arifa ganti nama ?” ucap Angga tak percaya temannya itu dapat berkata seperti itu pada abi Arifa.
“emang ada apa dengan nama Arifa Rif ?”kali ini umi yang dari tadi hanya memperhatikan tingkah lucu mereka juga bertanya pada Arif.
“gak ada apa-apa sih mi, Cuma Arif baru ngeh aja kalau nama kami sama.. tadi juga pak Ali ketawa gara-gara manggil Arif Arifa.. terus dibilang cocok jadi ketua dan wakil ketua” ucap Arif santai yang mengundang tawa semua orang kecuali dirinya dan Arif.
“oh gara-gara itu toh.. abi pikir kenapa minta abi ngubah nama Arifa..lucu juga kamu becandanya” abi benar-benar tertawa karena tingkah Arif baru saja.
“Arif gak bercanda kok bi Arif serius mintak abi ganti nama Arifa” sontak semua berhenti tertawa dan menatap Arif yang tampak serius dan kemudian Angga menjitak kepalanya.
“lu mau potongin kambing lagi buat gua ? lu kira ngubah nama itu mudah.. ribet tahu mesti sidang juga di pengadilan.. lu mau nguru……” ucap Arifa cepat namun terhenti oleh tawa tanpa dosa Arif.
“hahhahahahaha.. kok lu jadi serius sih Fa gua main aja kali..hahaha” ucapnya tanpa dosa dan tertawa tanpa beban padahal semua orang menatapnya horror saat ini.
Sadar di tatap dengan tatapan seperti itu Arif langsung diam dan berdehem.
“ehmmm… hehe maaf ya abi umi Arif becanda kok.. jadi boleh dong Arif tahu arti nama Arifa” ucapnya hati-hati sambil menaikkan dua jari seperti huruf V tanda perdamaian.
“hahaha humor kamu boleh juga ternyata..” setelah diam cukup lama menatap Arif yang mulai takut dan merasa bersalah abi akhirnya tertawa dan mengatakan itu lucu. Dan yang lain mulai tidak menatap Arif dengan tatapan horror lagi.
“jadi pada mau tahu arti nama Arifa ya… oke sini abi kasih tahu deh” kata abi menyuruh mereka semua untuk mendekat dan mereka pun mendekat.
“Arifa di ambil dari kata arif yang artinya bijaksana, Auliani dari kata aulia itu baik dan hakim itu adil itu juga di ambil dari nama abi Arifan Hakim sedangkan aulia itu nama umi.. jadi kami berharap Arifa akan menjadi wanita baik yang bijaksana serta adil” selama abi menjelaskan itu dia terus menatap Arifa dengan penuh kasih sayang serta tatapan sedih yang tak dapat di artikan oleh Arifa. Umi pun terus memeluk Arifa sejak tadi.
“Arifa satu-satunya anak kami.. satu-satunya keinginan abi padanya hanyalah kelak yang akan menihkankannya dengan laki-laki yang dapat abi percaya untuk menjaganya adalah abi. Abi yang akan menjabat tangan pria itu dan dari tangan abilah berpindah tanggung jawab abi padanya untuk menjaga dan membimbing putri abi satu-satunya” abi menangis, umi menangis, Arifa pun menangis di dalam pelukan sang umi, bahkan ketiga sahabatnya itu pun juga menangis.
Entah mengapa semua jadi begitu sedih, melihat abi dan umi membuat mereka sedih ada rasa takut kehilangan pada dua sosok yang bagi Arif, Sani, dan Angga juga seperti orangtua sendiri. Seperti ada sesuatu hal yang mereka rasakan namun mereka tak dapat ungkapkan hal itu.
“Abiiii… kenapa mengatakan itu” dengan tersedu Arifa bertanya pada sang abi yang begitu di cintainya.
“abi hanya takut tak sempat melakukannya untuk kamu nak” ucap abi yang setelah itu benar-benar tak mampu untuk menahan sedihnya. Abi memeluk Arifa dengan sangat kuat dan sesekali mencium kepalanya.
Setelah solat maghrib bersama Arif dan Angga berpamitan untuk pulang sedangkan Sani memilih untuk menginap setelah meminta izin pada orangtuanya. Setelah itu semua orang diam. Benar-benar tak ada yang berbicara kecuali hanya kata kecil saja dari umi dan abi yang menyuruh Arifa dan Sani untuk makan, tidur dan istirahat. Hingga Arifa dan Sani sampai di kamar pun lebih memilih diam sampai mereka tertidur dengan posisi saling memunggungi.
TBC
Terima kasih yang
Sudah membaca ^^Maaf typo bertebaran
KAMU SEDANG MEMBACA
ARIF & ARIFA
Teen FictionArif dan Arifa dua sahabat yang harus menikah karena suatu hal saat masih sma dan berusia 17 tahun tanpa di ketahui oleh keluarga Arif. Perlahan rasa sayang sebagai sahabat berubah menjadi cinta tanpa mampu mereka cegah. Saat mereka saling mencintai...