Praaaang...
Sebuah Guci mahal berserakan di lantai. Guci itu tidak jatuh dengan sendirinya. Namun sengaja dihempaskan oleh seseorang.
"Mika..." panggil Vera dengan wajah pucat pasi, terkejut.
"Bagus. jadi gini kelakuan kalian di belakang gue?" Mika bertepuk tangan.
"Mika, aku bisa jelasin semuanya." Vera bangkit dari ranjang, membalut tubuhnya sekenanya dengan selimut tipis. Menghempas Rafa yang tak kalah terkejutnya.
Mika mengibaskan tangannya. "Gue nggak butuh penjelasan apa-apa dari kalian berdua, penghianat! Mata gue nggak rabun buat liat kelakuan kalian barusan. Gue kasi waktu dua jam buat loe ngosongin apartemen ini. Atau bakal gue bakar habis semua barang-barang loe." Mika berganti menatap Rafael. "Dan loe, manusia nggak tau diri, jangan pernah dateng lagi ke kantor. Mulai hari ini, loe gue pecat."
"Mika ini gak kaya yang kamu bayangin." Vera berusaha membela diri. "Aku dijebak!" Vera merengek memyadari hubungannya saat ini ada diujung tanduk.
"Nggak usah sentuh gue!" Mika menampik tangan Vera yang akan menyentuhnya. "Jangan pernah berani-berani nunjukkin muka kalian di depan mata gue!" Mika memutar tubuhnya dan pergi meninggalkan mantan kekasih dan mantan sahabatnya.
Mika menginjak pedal gas mobilnya dengan sekuat tenaga. Emosinya sedang tidak terkontrol. Semua umpatan dan caci maki terlontar dari bibirnya.
Mika menghentikan mobilnya di tepi pantai.
Hatinya hancur. Perkiraannya selama ini salah besar. Ia menyangka Vera sudah berubah, meninggalkan pekerjaan lamanya, meninggalkan kebiasaan lamanya mengobral tubuhnya pada sembarang lelaki.
Mika sengaja merahasiakan kepulangannya yang dipercepat dari Jepang. Ia ingin memberi kejutan pada Vera. Namun ternyata juatru dia yang terkejut melihat kenyataan. Perselingkuhan Vera dengan Rafael, sahabatnya sejak duduk di bangku SMA.
***
Mika melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Hari sudah larut malam dan jalanan begitu lengang.
Mika harus menginjak pedal rem secara mendadak ketika tiba-tiba ada sesosok perempuan menghadang mobilnya. Tanpa membuang waktu, perempuan itu mengetuk-ngetuk kaca jendela mobil Mika ketika mobil itu sudah tidak melaju.
Mika tidak langsung menekan tombol power window. Dari balik kaca ia mengamati kaki perempuan itu. Kakinya menapak di tanah.
'Oke, dia manusia beneran. Semoga bukan komplotan begal.' ujar hati kecil Mika.
"Ada apa mbak?" Mika menurunkan sedikir kaca jendelanya.
"Tolong saya, Mas. Saya dikejar-kejar orang." jawab perempuan itu dengan terengah-engah.
Mika membuka kunci pintu sebelah kiri mobilnya. "Masuk."
Mika melajukan mobilnya sesaat setelah perempuan itu duduk di sebelah kirinya. Ia membiarkan perempuan itu mengatur nafasnya yang masih terengah-engah.
"Makasi banyak, Mas. Saya Vera." Perempuan itu memperkenalkan diri.
"Gue Mika." Mika menyahut tanpa menoleh.
Vera memperhatikan sosok di sebelahnya. Keningnya berkerut berusaha keras mengingat siapa sosok di sampingnya. Ia merasa tidak asing dengan sosok yang telah menolongnya itu.
Tak sampai dua menit, Vera ingat dia pernah melihat wajah laki-laki ini di sampul majalah bisnis. Mikael Wijaya. Putra semata wayang Dirga Wijaya, pemilik perusahaan raksasa di negeri ini yang sudah pasti kaya raya.
"Gue harus nurunin loe dimana?" Pertanyaan Mika membuyarkan analisa singkat Vera.
"Disini aja nggak apa-apa, mas. Nanti saya terusin pakai taxi. rumah saya masih jauh."
"Gue anterin sampe rumah loe."
"Nggak usah, mas. Nanti malah merepotkan."
"Udah kepalang tanggung. Berbuat baik itu nggak boleh setengah-setengah." Vera mengangguk. Sepertinya percuma membantah laki-laki itu.
"Ngapain loe malem-malem lari-larian di pinggir jalan? Syuting film india? Atau latihan lari marathon? Untung loe gak ketabrak."
"Saya dikejar-kejar orang, Mas. Suruhan istri pacar saya."
Mika mengernyitkan dahi. Heran.
"Iya, saya pacar rahasia seseorang. Dan sialnya istri pacar saya tau. Dia bayar orang buat ngehabisin saya. Makanya saya lari."
"Kenapa loe berani cerita sejujur itu sama gue?" Mika heran.
"Karena saya tau, mas orang baik."
Sejak saat itu Mika mengenal Vera. Dia salut pada kejujuran gadis itu, namun ia tidak membenarkan kelakuannya menjadi pacar rahasia seorang laki-laki beristri.
Tak butuh waktu lama, dengan kelihaian Vera, Mika menjatuhkan hatinya di pangkuan Vera.
Vera yang awalnya tinggal di sebuah kamar kost di pinggiran kota, kemudian pindah ke sebuah apartemen mewah milik Mika. Tentu saja Mika tidak tinggal disana. Ia hanya ingin memberi kenyamanan pada Vera dan memudahkannya mengunjungi Vera.
Credit card, barang-barang mahal bahkan mobil mewah juga dihadiahkan oleh Mika pada kekasihnya itu.
Kehidupan Vera berbanding terbalik setelah mengenal Mika. Hidupnya tak lagi susah. Ia tak perlu lagi menjadi pacar gelap laki-laki beristri hanya untuk bertahan hidup. Apapun yang ia butuhkan, semua dipenuhi oleh Mika, kekasihnya yang kaya raya.
"Jadi kapan kita nikah, sayang." Vera bergelanyut manja pada Mika yang sedang sibuk merapikan dasinya.
"Sepulang dari Jepang nanti, aku ajak kamu ke rumah." jawab Mika sambil menatap sepasang mata manja milik Vera. "Lusa aku berangkat ke Jepang."
"Berapa lama?" tanya Vera manja.
"Dua minggu. Bisa juga lebih. Kamu baik-baik disini." Mika mencium puncak kepala Vera.
"Aku pasti kangen kamu." Vera memeluk tubuh sempurna Mika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever
RomanceRana diam-diam mengagumi cucu dari majikannya. Meskipun laki-laki itu begitu dingin, namun pesonanya terpancar kuat dan mampu membuat siapa saja mendadak jatuh cinta padanya. Termasuk Rana, gadis biasa saja. Rana sering berkhayal berada dalam peluka...