#Chapter 5

444 23 0
                                    


Membawakan makan siang ke kantor Mika sudah menjadi tugas wajib Rana yang diminta langsung oleh Mika. Mika tak pernah menjelaskan secara langsung alasan mengapa setiap hari Rana harus membawakan masakannya kekantor padahal ada koki andalah yang dibayar mahal oleh keluarga wijaya untuk mengolah makanan bagi keluarga mereka.

Siang ini Rana sedikit terburu-buru mengantarkan makan siang Mika karena ada insiden kecil di rumah. Oma mulai bertingkah, ia tidak mau diurus oleh siapapun selain Rana. Jadilah jadwal memasak makan siang untuk Mika harus meleset dari biasanya. Untungnya Rana bisa mengandalkan seorang asisten rumah tangga di rumah itu untuk berbelanja bahan.

Kedengarannya memang merepotkan harus berbelanja setiap hari ke supermarket, tapi Rana memang lebih suka seperti itu. Selain memastikan semua bahan selalu fresh, ia juga butuh refreshing.

Rana masuk ke dalam gedung kantor milik suaminya. Ia masuk ke dalam lift dan menuju lantai dua belas dimana ruangan suaminya berada.

Sebelum masuk ke ruangan Mika, Sarah, sekretaris Mika memberi tahunya bahwa Mika sedang menerima tamu. Rana yang kebetulan ingin ke toilet, menitipkan lunch bag yang dibawanya di meja Sarah.

Rana berada di salah satu bilik toilet ketika didengarnya beberapa orang perempuan masuk ke dalam toilet sambil berbincang.

"Gila ya, itu perempuan bisa dapetin si boss ganteng padahal tampangnya biasa-biasa aja. Pake pelet kali ya?" ujar salah satu suara.

Deg... Jantung Rana seakan berhenti berdetak. Dialah yang sedang mereka bicarakan. Ia memilih bertahan dalam bilik untuk mendengarkan obrolan mereka.

"Iya gue juga heran. Padahal gue dua tahun full tebar pesona sama si boss, dilirik aja kagak. Laaahh ini malah jadi bininya. Padahal kan ya dibandingin kuku jari gue juga dia itu gak ada apa-apanya." Yang satu menimpali. "Denger-denger dia itu pembantunya Pak Dirga lho."

"Masa sih?" Suara lain terdengar penasaran.

"Iya gue juga dnger gitu sih. Makin yakin deh gue kalo tu cewek main pelet gitu." Kata suara pertama.

Rana sudah tidak tahan. Ia keluar dari dalam biliknya disambut tatapan kaget bercampur malu tiga perempuan yang tadi menggunjingnya.

Rana masuk ke dalam ruangan Mika. Mika sedang duduk di balik mejanya.

"Maaf aku terlambat. Ada sedikit masalah." Kata Rana sambil menutup pintu.

"Nggak masalah. Aku juga baru selesai ketemu klien." Jawab Mika tanpa mengalihkan pandangan dari kertas-kertas di hadapannya. "Apa menu siang ini, Rana? Aku sudah lapar sekali." Mika menutup map yang sedari tadi menjadi pusat perhatiannya lalu berdiri menuju meja lain di ruangan itu yang biasa digunakannya untuk makan siang sejak ia menikah.

"Ikan gurame, tahu-tempe goreng, sayur asem pedas dan sambal." Rana menyebutkan makanan-makanan yang dibawanya sambil mengeluarkannya satu per satu.

"Wow... perutku semakin lapar." Mika menatap makanan yang disiapkan Rana. "Kamu masih belum bosen kan memasak makan siang untukku?"

Rana tersenyum. "Nggak akan pernah bosen, kulkas es batu." Ujarnya sambil terkekeh. "Makanlah. Aku juga bawa puding mangga pesananmu."

Mika makan dengan sangat lahap. Menikmati suap demi suap makanan yang masuk ke dalam mulutnya. Sementara Rana melamun, teringat ucapan para pegawai Mika yang sesaat lalu tak sengaja didengarnya.

Ia tak habis pikir, bagaimana mereka bisa berpikir bahwa Rana menggunakan cara-cara yang aneh untuk mendapatkan Mika. Namun ia sadar, wajar jika mereka berpikir seperti itu, karena memang pada kenyataannya, Rana hanya perempuan biasa dengan penampilan biasa, pendidikan rendah bahkan hanya bekerja sebagai pengasuh Oma di rumah keluarga kaya yang baik hati sampai kemudian Mika 'memungutnya' dan menjadikannya istri.

ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang