A Training

51 5 0
                                    


Daniel P.O.V

Hari ini cukup baik setelah kemarin Aelita mengajakku dan Nikki ke asrama rahasia. Karena keadaan semakin parah, jadi beberapa siswa dipulangkan kerumah orangtuannya dengan diantar para guru secara langsung. Namun bagi mereka yang sudah tidak memiliki keluarga diperbolehkan tinggal di asrama.

Hanya ada beberapa orang yang menetap di asrama. Hanya ada aku, Nikki, Aelita, dan beberapa siswa yang hanya berjumlah sekitar 60 orang.

"Baiklah, Karena beberapa dari kita dipulangkan karena kejadian ini. Maka sisanya dibebaskan dari semua tugas. Dan untuk sementara sekolah akan di tutup". Jelas Mrs. Evelyn. Ia hanya menunduk dengan wajah sedihnya, mengingat bukan hanya kehilangan bangunan dan siswa saja. Tetapi juga kehilangan beberapa guru yang mengajar disekolah ini dan mati karena melindungi yang lain.

   "Tapi miss bukannya disaat seperti ini seharusnya kita berlatih agar bisa mempertahankan diri kita?". Tanya salah satu siswa berambut putih. Ya itulah dia si Ice Prince.

   "Tapi kita kehilangan beberapa guru, jadi kita tidak bisa melakukan latihan". Lirih Mrs. Evelyn. Aku yakin ia masih trauma.

    " Tapi miss, bukankah tidak semua guru mati. Masih ada beberapa yang masih hidup. Lagipula aku tetap ingin belajar mengendalikan elemen anginku" .Protes Aelita. Entah sejak kapan ia ikut berargumen.

   "Tapi ibu takut. Ibu takut akan kehilangan lagi. Sudah cukup kehilangan beberapa temanku yang mati. Dan aku tidak mau kehilangan kalian juga" .Jawabnya dengan nada yang terisak. Air matanya sudah tak tertahankan. Ia menangis. Menangisi kepergian teman-temannya.

   Suasana pun berubah seketika. Aku pun begitu. Aku hanya menunduk dan meratapi nasib kami. Karena aku juga kehilangan seseorang. Nikki hanya diam seribu bahasa. Tatapannya kosong. Mungkin ia sedang teringat suatu kenangan indahnya. Sedangkan Aelita, Ia sudah menangis dengan keras. Seisi ruangan aula rahasia ini berubah menjadi danau air mata.

   "Tapi apa kita hanya akan diam dan mati sia-sia ?".Tanyaku pada bu Evelyn.

   "Kita mungkin hanya beberapa orang yang hidup berkat pengorbanan orang lain. Tapi apa kita menyia-nyiakan apa yang telah mereka lindungi ?". Lanjutku.

   "Mungkin kita semua lemah miss Evelyn. Tapi apa kita akan membiarkan kelemahan kita terus menerus menempel pada diri kita  hingga kita mati sia-sia!!. Kita semua kehilangan orang yang kita cintai. Dan apa kita hanya akan diam saja melihat para musuh kita menang dan menguasai negeri ini, Negeri yang yang mereka lindungi, dan negeri yang mereka pertahankan sampai ajal menjemput mereka!!". Tanyaku dengan nada protes. Amarahku meledak. Aku tak tau apa yang terjadi padaku. Semua terdiam. Termasuk Miss Evelyn.

   "Itu benar. Kita harus bangkit dari kesedihan kita. Kita tidak mungkin menangisi mereka terus menerus hingga kita mati!!, Aku setuju dengan Daniel". Protes Aelita setelah bangkit dari posisi tangisnya.

   "Aku juga setuju dengannya".Bela Ice Prince. Aku bahkan tidak menyangka ia aku berpihak padaku.

   Semua pun setuju denganku. Mereka semua. Termasuk para guru. Miss Evelyn hanya terdiam. Diam melihat perkembangan mental siswanya.

   "Tapi bagaimana kita berlatih. Tempat ini sempit dan berada dibawah tanah. Jika kita berlatih diluar kita akan ketahuan". Jawab miss Evelyn dengan nada cemas. Aku yakin ia berpihak pada kami.

    "Mungkin aku tau dimana tempat yang aman untuk berlatih". Jawab Nikki dengan polos. Semua mata pun tertuju padanya. "Di ruang waktu". Lanjutnya dengan nada yang tidak jauh beda dengan yang tadi. Aku tidak tau bahwa Nikki bisa sepolos Nikko. Atau mungkin...

Constelation KnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang