Unforgetable Memories

66 8 0
                                    

Daniel P.O.V

"Daniel, jaga adikmu". ucapnya lirih ayahku.
"Tidak ayah, jangan pergi!!!".Teriakku sekencang mungkin.
"Tidak ayah!!!!.....".
"Ayah?".
   Ternyata aku bermimpi. Saat aku bangun, aku bingung dimana aku.
Aku pun menengok kesana kemari.
Saat itu pula aku menyadari bahwa aku berada di rumah sakit.
  Tanganku diberi infus yang mungkin lamanya sama seperti aku berada disini. Tak lama kemudian muncul seseorang dari balik pintu yang menggunakan jas berwarna hijau muda.

  "Syukurlah kau sudah siuman, bagaimana perasaanmu ?". Tanya seorang dokter dengan rambut berwarna kuning pirang yang dipadukan dengan jas ala dokter berwarna hijau.
  "Aku baik-baik saja, Owh iya aku dimana?, dan bagaimana dengan yang lain?".Tanyaku dengan sedikit cemas.
  "Ehmm..., ya kau merupakan salah satu dari beberapa orang yang selamat dari penyerangan itu". jawabnya dengan agak sedikit kaget dengan pertanyaan ku.
  "Apa ?? 'Beberapa' ". Tanyaku dalam hati.
  "Bagaimana dengan temanku yang bernama Jeremy ?, ia masih hidup kan ?". Tanyaku dengan takut, takut akan kehilangan sahabat ku.
  " Maaf kami sudah melakukan yang terbaik tapi...".
   "Tapi apa dok, katakanlah..".Aku mulai takut. jantungku berdetak semakin cepat.
  " Tapi ia sudah tiada". Jawabnya dengan nada yang terdengar seperti putus asa.
  "Apa!!, Jer.. remy..". Dugaan ku benar, ia tiada. Aku pun tak sanggup menahan air mataku.
  "Jeremy!!!...".Aku menjerit, takut, sedih, amarah, menyesal bersatu menjadi satu yang disebut Duka. Aku menangis sekencang-kencangnya sambil memanggil manggil namanya.
  "Kenapa.. kenapaaaa!!!". "Kenapa kau pergi meninggalkan ku Jeremy..".
Aku tak tau harus apa. Aku merasa seperti kosong. Aku merasa hampa, semua warna dalam hidupku memudar, lenyap tak tersisa.
  Dokter itu pun keluar dari kamarku sambil menundukan kepalanya.Aku yakin dia tau bahwa aku ingin sendiri. Sendiri mengenang masa-masa indah kami. Masa indah kami yang singkat yang aku sebut sebagai Kenangan.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

  Tiga hari pun berlalu. Keadaan aku pun membaik. Dokter menyarankanku untuk bersembunyi dari musuh, karena penyerangan kemarin. Aku pun memutuskan untuk pergi dari rumah sakit itu dan kembali ke sekolah Elementary Academy. Walaupun dokter itu sempat melarangmu pergi kesana, namun aku tetap memutuskan untuk pergi. Entah mengapa aku merasa seperti  ada yang tertinggal. Walau Jeremy sudah tiada, aku merasa seperti ia masih hidup. Aku yakin di suatu tempat dia mencari ku.
Aku pun pergi ke tempat peristirahatannya. Aku menangis sampai air mataku yang terakhir. Aku membawa beberapa bunga saja untuk ditaburkan. Karena sepanjang jalan aku melihat kerusakan dan kehancuran dimana-mana.
  "Beristirahatlah dengan tenang Jer..".
aku pun berdoa dan walaupun ada sedikit perasaan ikatan batin yang aneh dan seperti mengatakan 'aku belum pergi Daniel, aku di sini'. Aku pun mengabaikannya dan mencoba mengahadapi kenyataan bahwa Jeremy sudah tenang disana. Aku pun pergi meninggalkan makam Jeremy yang hanya dihias bunga yang kudapat.
  "Kemana aku harus pergi?, Jer kau pergi terlalu cepat. Aku tak tau aku harus kemana". Aku gundah, bingung. Lalu ada seseorang yang menghampiriku. Ia menggunakan jubah ungu dan hitam yang panjang sampai menutupi wajah dan kakinya. Mungkin ia sebaya dengan ku.
   "Hai.. maaf soal sahabatmu, aku turut berduka". Sapa nya dengan tulus, setulus kasih sayang seorang ibu.
  "Terima kasih.., ngomong-ngomong apa aku mengenalmu". Tanyaku penasaran.
    Ia pun membuka penutup kepalanya dan aku terkejut akan hal itu.
   "Nikk..".
   "Bukan aku bukan Nikko, memang banyak yang bilang kami mirip. Tapi sebenarnya aku bukan saudaranya. Perkenalkan, namaku Nikki".Selanya dengan santai. Entah kenapa ia bisa sesantai itu. Dan kenapa wajah dan namanya begitu mirip. Dan entah kenapa aku jadi teringat dengannya.Apa ia selamat ?.
   "Owh maaf, aku Daniel". Balasku dengan malu. Aku kira ia memang Nikko bahkan suaranya juga hampir sama.
  " Iya aku tau, kau Guardian Pisces kan ?".Jawabnya dengan santai. Sangat santai seperti mengerjakan tes tertulis yang sangat mudah.
   Aku pun mundur dan melakukan kuda-kuda. "Siapa sebenarnya kau, dan mengapa kau bisa tau itu dengan mudah". Tanyaku dengan sedikit nada mengancam. Aku mencurigainya bahwa ia adalah musuh.
   "Wow... tenang aku bukan musuh". balasnya dengan santai.
   "Owh iya kau pikir aku percaya, rasakan ini Aqua Cannon".
Aku memusatkan tenagaku pada satu titik ditangan ku hingga membentuk bola air yang besar. Setelah cukup besar aku pun menembakannya ke arahnya. Namun ia bisa menghindar dengan mudah.
   "Hei tenanglah aku bersungguh sungguh, aku bukan musuhmu" kali ini nadanya mulai terdengar sedikit ketakutan.
   "Aku tidak percaya rasakan ini lagi".
Bentakku sambil menyerangnya terus menerus. Namun ia bisa tetap terus menghindar dengan mudah. Aku yakin elemennya bayangan.Dan bukankan biasanya yang berelemen bayangan itu jahat ?.
   " Aku berani sumpah aku bukan musuhmu, aku tau bahwa kau Guardian karena aura mu. Karena aku sama sepertimu aku ini juga Guardian". Jelas nya sambil menghindari serangan ku.
   "Apa buktinya bahwa kau seorang Guardian ?". Bentakku dengan marah.Entah mengapa aku merasa sedikit tempramen akhir-akhir ini.
   "Dengan ini". Ia pun menyobek jubah nya di bagian dada. Dan aku bisa lihat ada lambang Gemini disana.
   Aku terkejut, karena aku tidak merasakan aura nya. Aku pun mencoba menenangkan diriku.
   "Aneh, jika kau Guardian mengapa aku tidak bisa mendeteksi aura mu ?". Tanyaku dengan nada interogasi.
   "Iya itu karena kelebihan Guardian Gemini, aku bisa mendeteksi aura seseorang dengan mudah. Dan sebaliknya seseorang tidak bisa mendeteksi aura ku dengan mudah".Jelasnya sambil menarik nafas. Ya mungkin aku agak keterlaluan tadi.
    "Hmm.. Baiklah aku percaya, tapi aku akan tetap waspada terhadapmu". Ancamku dengan tegas.
    "Baiklah terserah kau saja".Balasnya dengan santai.
    "Kau mau kemana Daniel ?".
    "Aku ingin ke sekolah ". Jawabku dengan santai.
   "Apa kau gila, sekolah itu sudah hancur dan hanya tersisa puing puing. Dan bahkan mungkin masih ada musuh disana".Cegahnya dengan sangat.
   "Lalu apa kau takut".Jawab aku dengan santai. Nikki terkejut dengan perkataan ku.
   "Kau pikir hanya karena musuh aku takut untuk mengambil barang berharga milikku".Balasku dengan nada membentak.
   "Memang apa lagi yang kau punya, Ayahmu sudah meninggal didepan matamu dan mataku saat ada penyerangan karena aku yang membawamu ke rumah sakit Daniel. Dan sahabatmu sudah tiada, apa lagi yang kau punya ?". Ucapnya dengan amarah. Suasana berubah menjadi hening. Hanya ada hembusan angin yang lewat.
   "Benarkan itu ayah".Untuk kedua kalinya aku meneteskan air mata. Aku tak tau harus apa lagi. Aku seperti tersesat. Aku pun menangis dalam diam.
   "Jawab aku Daniel Hopper, apa yang kau punya".Bentaknya dengan amarah.
   "Kenangan".
   ....
   ....
  
   "Aku akan mengambil kenangan dan harapan ku yang tersisa disana".Balasku sambil membulatkan tekad dan mencoba untuk menguatkan hatiku.
   Suasana semakin hening, mungkin hanya terdengar gesekan ranting.
   "Karena bagiku kenangan ku lebih berharga dibanding nyawaku, dan kenangan ku penuh dengan harapan. Harapan untuk dunia ini ". Lanjutku sambil melangkahkan kakiku.
   Nikki hanya diam ditempatnya. Ia diam bagai seribu kata. Tak berbunyi,
dan tak bergerak. Tak lama kemudian ia berkata.
   "Aku ikut". kata-kata itu membuatku menghentikan langakahku.
   "Kenapa ?, bukannya kau takut ?". balasku dengan nada sinis.
   "Karena kita saudara". balasnya dengan santai. Ya dia mengatakan itu dengan santai. Saudara.
   "Bukankan seorang saudara harus saling membantu. Dan bukankah seorang saudara harus saling bekerja sama. Mungkin aku takut untuk mati, tapi aku lebih takut kehilangan saudaraku untuk kedua kalinya".Lanjutnya dengan santai. kata-kata itu membuat aku diam. Ya kata-kata itu berhasil membalikan keadaan.

   ...
   ...
   ...

   "Baiklah kau boleh ikut". Ucapku sambil tersenyum kearahnya.
   "Ayo ikut saudaraku".lanjutku dengan senyumanku yang masih basah akan air mata. Ia pun pun tersenyum ke arah ku dan berjalan ke arahku.
   "Mulai saat ini anggap aku saudaramu ya".Pintanya dengan santai. Senyumku merekah. Bagai mentari yang terbit dari gelapnya dunia. Aku merasa seperti Jeremy dan ayahku ada disini di samping ku. Mengikutiku ke arah takdir menuntunku. Lalu aku teringat pesan terakhir dari ayahku.
   "Baiklah Nikki".

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

To be Continue

Constelation KnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang