A. L. I # 1

14.6K 1.1K 38
                                    

KRIETT...

Suara pintu terbuka membuat suasana di appartment gelap itu semakin mencekam.

Drap.. drap.. drap

Langkah kaki mengendap-endap di atas lantai kayu dari sepatu seorang pria memenuhi ruangan kecil di lantai 200 tersebut.

Clear.." sebuah suara tegas terdengar jelas sebelum langkah kaki lainnya memasuki appartment kosong tersebut.

TARRR..

"Argghhh..."
"AGEN BRONZEEE..."

Suasana berubah mencekam saat tembakan mengenai pria yang menjadi kapten tim. Dan dalam hitungan detik, beberapa orang dari regunya bergerak mengejar penembak yang berada di seberang gedung.

Pria itu tersungkur ke lantai sambil memegangi bagian dadanya, nafasnya sedikit berat karena peluru tersebut tepat mengenai dada kiri dekat jantungnya.

"Agen Bronze, apa anda baik-baik saja?"
"YAYAYA.. akhhh... aku baik-baik saja, hanya kaget, untung kau memaksaku memakai rompi ini, terimakasih, Kevin. "

"Dia lari, maaf, saya tidak sempat melihat wajahnya"
"Gapapa, aku juga tadi terlalu lengah."

"Jadi, apa misi kita kali ini gagal?" Kevin membantu  sang kapten berdiri.

"Misi belum selesai, ini baru awal, harus aku akui, mereka membuat pancingan yang bagus" sahut pria itu sambil menyalakan cigarett dan menghisapnya dalam.

"Agen Bronze, kami menemukan ini di bawah jendela, mungkin mereka baru saja keluar dari ruangan ini sebelum kita datang" ucap seorang dari sisa regunya.

"Kabel telepon? besar juga nyalinya" sahut pria yang selalu menggunakan setelan kemeja berwarna hitam itu lagi lalu beranjak keluar dari situ.

***

Sebuah tempat tersembunyi  dalam gedung tua yang sudah lama tidak dipakai di pusat kota Jakarta  menjadi tempat persembunyian sekaligus kediaman pria berusia 29 tahun bernama Ali, keberuntungan yang selalu di pihaknya menjadikan dia seorang agen khusus di kesatuan keamanan negara yang sangat rahasia, dengan nama samaran Ali Jetro Bronze.

Track recordnya sebagai agen "sinting" termuda yang paling disegani membuatnya memiliki  banyak musuh, namun karena perawakannya  yang rupawan  dan menggoda, memberikannya gelar Don Juan.

Bukan tanpa alasan, hampir setiap malam ia selalu membawa wanita cantik ke dalam kamarnya.
Seperti malam ini , seorang wanita cantik dengan rambut panjang tergerai terduduk manis di atas tubuhnya dengan gaun yang sangat seksi.

"Kamu cantik juga ternyata" ucap Ali menggodanya sambil mengusap  paha mulus wanita itu.
"Kamu baru tau ya? wajar sih, kerjamu kan hanya bersenang-senang dengan wanita cantik,  makanya kamu ga pernah melirik aku yang hanya seorang sekretaris" balas gadis itu mendekatkan wajahnya ke Ali, sesekali ia mencium dada bidang Ali setelah ia berhasil melepaskan kemejanya.

Ali memejamkan matanya menikmati sensasi yang ditimbulkan saat wanita itu menyentuhnya.

"Kalau begitu aku harus menebus kesalahanku malam ini" ucapnya dengan nada menggoda.

Dengan kuat ia merobek gaun merah yang digunakan wanita itu lalu memutar kedudukan menjadi di atas tubuhnya. Ali menahan kedua tangan wanita bernama Sheila tersebut di atas kepalanya. Dua gundukan cantik menjadi sebuah makanan yang dirasa Ali lebih nikmat dibanding sebuah anggur termahal.

Sebagai pria yang sudah biasa menangani wanita, tentu saja bukan hal sulit bagi Ali menaklukan Sheila malam ini. Ia mencium wanita itu dengan liar penuh penekanan, tangannya tak tinggal diam menggerayangi seluruh senti tubuh Sheila yang putih mulus.

Another Love Incident (A.L.I)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang