A.L.I#13

6.7K 662 68
                                    

Zayn masih asyik menghisap cerutu berisikan tembakau dan campuran ganja yang ia racik sendiri sebagai salah satu anggota Black Eagle dan menyandang sebagai Cucu sulung dari seorang Grandpa Ronald ia dituntut untuk bisa meracik, membedakan keaslian bahkan mengetahui rasa masing-masing barang haram tersebut.
Malam ini Zayn hanya sendiri termenung duduk di ruangan tempat ia beristirahat sekedar meluruskan otot dan sendi-sendi nya yang kaku, matanya terpejam memikirkan sesuatu yang menurutnya aneh dan tabu, ia ingat dimana ada beberapa anggota ICIS yang hampir menangkap dan memusnahkan Black Eagle, rasanya ada yang aneh selama ini transaksi berjalan lancar tanpa hambatan dan campur tangan ICIS.
Dia menerawang jauh pikirannya melintasi ruang dan waktu, kemudian sebuah senyum palsu terukir di wajah tampannya. Selama ini pemikirannya memang tidak pernah salah apalagi menilik kejadian sebelumnya.

“Ya gue gak salah, dan gue akan buktiin kebenaran itu lihat saja berani bermain api maka siap siap lo terbakar KEPARAT!!!!!!” ujarnya seraya mematikan cerutunya.

***
“Hahaha sialan lo, tapi makasih lo udah ngajak gue makan ya sekalipun makan di pinggir jalan setidaknya bikin perut gue gak kelaparan,” Prilly tersenyum seraya mengelus perutnya yang telah terisi bakso di kaki lima.

“Ya... yang penting gue tetep romantiskan?” goda Ali sambil merengkuh bahu Prilly. Berjalan beriringan memasuki gedung Black Eagle.

“Darimana kalian?” Suara bariton milik Zayn membuat Ali dan Prilly terkesiap, Ali menurunkan tangannya dari bahu Prilly.

“Nyari makan,, kenapa ada problem lagi sama penyelusup ICIS yang lo bilang?” Zayn menggeleng.

“Si, besok lo ada transaksi besar tamu dari Singapore minta barang yang berkualitas, lo sama Digo yang datang wakilin gue, gue ada urusan lain di luar, gue yakin Digo bisakan jagain lo?” Zayn menepuk bahu Digo kemudian pergi meninggalkan mereka.

***
Sedari tadi Prilly hanya melamun memutar benda kesayangannya di meja. Sebuah pistol USP heckler & koch asal Jerman yang dikenal sebagai self pistol loading universal, yaitu pistol semi otomatis yang mekanis sunsang terkunci dan menggunakan modus mundur pendek, operasi menembakkan cartridge 9x19 mm parabellum. Perasaannya ada yang aneh ada sesuatu yang akan terjadi, instingnya berkata demikian tapi ia mencoba menepis kemungkinan terburuknya.

“Kasian kali pistolnya lo puter-puter puyeng dia.” Ali menghampiri Prilly yang duduk di ujung sofa dengan santai. Ali kini duduk di samping Prilly merapatkan tubuhnya sambil membawa segelas vodka kesukaannya serta sekantong kacang di tangan kirinya.

“Lo ngapain sih deket-deket kagak liat tuh kursi kosong!” Prilly menepuk paha Ali yang terbungkus jeans abu-abu robek.

“Yailah bu galak bener lagi PMS ya? Gapapa kali mumpung lagi berdua gimana kalo kita ehemz ehemz.” Ali meremas jemari Prilly yang masih bertengger di pahanya, Prilly menengok menaikkan satu alisnya sambil memicingkan mata menatap Ali.

“Lo cinta sama gue dan gue pun cinta sama lo, tapi bukan berarti lo seenaknya bisa masukin tombak tumpul lo di kandang gue.”

“Baiklah nona Sisi.... tapi asal lo tau gue cinta sama lo bukan Cuma karena napsu tapi gue cinta sama lo tulus ya walau lo tau gue itu ga sebanding dengan lo sih.” Ali meregangkan jarak duduk nya.

“Maksud lo apaan sebanding dengan gue? Emang gue pernh minta lo untuk sederajat dengan gue? Nggak kan? Justru karena lo dan gue berbeda kita bisa ngisi kekosongan itu.”

Ali tersenyum menatap gadis bermata indah, gadis dengan mata coklat bening seperti air telaga tenang tapi menenggelamkan, gadis dengan kulit mulus putih bersih seperti ras asiatik mongoloid dengan perpaduan hidung kaukasoid mancung dan runcing sungguh sempurna di matanya, tubuhnya yang mungil padat dan berisi menambah nilai plus di mata kaum pria, tapi bukan karena itu saja Ali mencintainya karena hatinya tergerak dengan sikap dan sifat seorang Sisi yang sesungguhnya Sisi yang ceria, Sisi dengan pribadi yang hangat dan Sisi yang bisa membuatnya merasa nyaman. Bahkan Ali sedikit melupakan visi misi awal ia datang ke sarang Black Eagle. Visi itu sedikit tersingkir dengan hadirnya cinta yang tanpa permisi hadir di tengah mereka. Sekali lagi Ali sebagai Digo menatap dalam wanita yang kini ikut menatapnya, rasanya ia ingin bernegosiasi dengan Tuhan untuk bisa menghentikan waktu saat ini atau mengembalikan mereka pada kodrat manusia biasa, manusia yang hidup normal bukan seorang mata-mata atau seorang anggota jaringan gelap narkoba yang jelas-jelas dilarang.
Perlahan Ali memajukan wajahnya sedikit memiringkan ke sisi kanan wajah Prilly mendekat hingga ia merasakan kelembutan bibir tipis yang manis milik Prilly, kedua bibir itu saling menempel dan Ali memulai dengan mengecup nya pelan megalir seperti air kemudian memagutnya lembut bergantian antara bibir bawah dan atas Prilly seolah mendayung, mengayuh sampan dengan kayu kecil, perlahan tapi pasti hingga sampai di tepian, sapuan hangat nafas Ali menyembur menyeruakkan harum mint yang khas dengan alkohol yang tersisa di mulutnya. Prilly sedikit membuka mulutnya membiarkan Ali menjelajahi setiap sudut nya, mencicipi keindahan yang Tuhan titipkan pada dirinya, pagutan itu makin memanas tapi tetap beriringan seolah melodi yang memiliki intonasi serta ritme nada yang menyusunnya menjadi simphoni. Sesekali perang lidah itu terjadi saling membelit mengecup bahkan gigitan gigitan kecil itu mereka rasakan saling tukar menukar saliva.

“Gue cinta sama lo, seandainya gue nggak seperti yang lo harapin Si, apa lo masih mau mencintai gue yang hina ini?” Saat Ali melepas ciuman manisnya menghirup oksigen sebanyak-banyaknya menempelkan keningnya pada kening Prilly hingga hidung mereka bersentuhan.

“Gue nggak ngerti apa maksud lo?” Jawab Prilly dengan mata terpejam dan napas yang saling berkejaran.

“Gapapa yang penting lo harus tau Si, cinta gue itu 100% asli dan nggak ada kata palsu di dalamnya.”
Ali kembali mengecup bibir Prilly hingga sebuah tepuk tangan menyadarkan mereka.

“Ow ow luar biasa ciuman panas di senja hari.... Bukannya gue bilang ada tugas hari ini hemz?” Zayn ikut duduk memisahkan jarak antara Ali dan Prilly.

“Lo udah siapin barangnya?” tanya Prilly mengalihkan perkataan Zayn supaya tidak semakin menjadi-jadi. Zayn mengangguk menunjuk sebuah tas hitam yang berisikan barang haram semua di dalamnya.

“Sebaiknya lo siap-siap Si!!” Prilly hanya mengangguk pergi ke kamar sementara Zayn dan Ali masih duduk di sana. Zayn tersenyum miring sambil menatap Ali yang menunduk.

“Tahan napsu lo! Gue nggak mau adik gue lo coblos sebelum waktunya dan satu lagi jaga dia saat transaksi, kali ini bukan orang biasa pelanggan kita dan titip KEPALA LO!”

Zayn bangkit dan meninggalkan Ali yang masih mencerna ucapan Zayn. Tidak biasanya Zayn mengatakan hal ambigu seperti itu. Ali tidak mau ambil pusing, dia tidak takut sama sekali dengan ancaman Zayn.
Ali merogoh ponselnya mencoba mencari kontak Laura.

“Nanti malam jam 12.00 transaksi di hotel JW Marriot.”

“........................”

“Lo dengerin aba-aba dan instruksi gue. Gue mau mereka tetap selamat inget jangan ngelakuin hal bodoh sebelum gue kasih intrupsi karena gua nggak mau perjuangin gue disini sia-sia karena kecerobohan lo!”

“.......................”

“Baiklah... kalau berhasil 3 ronde untuk lo.” Ali segera memutuskan sambungan telponnya dan memasukkan ke dalam saku celana. Sementara di balik dinding seseorang berhasil merekam pembicaraannya tadi dengan Laura. Dia tersenyum miring sambil menimang-nimang Handphone di tangannya. Mungkin rencananya kali ini akan berhasil karena dia yakin, tidak akan menimbulkan kecurigaan.

“Benar dugaan gue, tertawa lah sepuas lo selagi lo bisa sebelum isi kepala lo hancur terhunus timah panas milik gue.” Zayn tersenyum memasukkan Hand phone nya.

“Sudah siap nona?? Anda cantik sekali dengan gaun ini?” Ali merangkul pinggang Prilly saat memasuki sebuah hotel JW Marriot di kawasan Kuningan Jakarta Selatan. Mereka melakukan di sana karena untuk mengelabui anggota ICIS.

“Gue susah bergerak dengan baju sialan ini dan gue rasa mata lo dapat bonus banyak hari ini, jaga mata lo atau gue colok pakek garpu!!” Prilly mengangkat garpu yang ia pegang ke arah Ali membuat Ali tertawa.

Tiba-tiba seorang pria kurus berpenampilan high class menghampiri mereka.

“Nona Sisi ?” tanyanya
“Ya saya?” pria itu kini ikut duduk bergabung dengan mereka.
“Bos Andrew siap di tempat dengan uang cash untuk anda.” Prilly tersenyum licik sambil menganggukkan kepalanya.
“15 menit dari sekarang jangan sampai ICIS keparat itu mencium keberadaan kita.
“Silahkan.” Prilly mempersilahkan dengan tangannya untuk menyuruh pria kurus itu meninggalkannya lebih dulu. Pria itu mengangguk berjalan terlebih dahulu meninggalkan resto, kini giliran Ali dan Prilly yang pergi setelah membayar minum mereka bergegas menuju lokasi yang ditentukan.

***
Seorang pengedar Singapura Colombia Andrew Jonathan nampak beberapa pria berbadan tegap berdiri di sebelah kiri dan kanan pintu yang menjadi ruang transaksinya. Cukup mewah, sebuah kamar presidential room hanya untuk transaksi. Namun Prilly sudah sering menemukan hal demikan rupa. Sejenak Ali dan Prilly berpandangan lalu sama-sama mengangguk.

“Selamat datang Nona Sisi. Wah rupanya dewa menganugrahiku malam ini karena bisa melihat langsung dirimu yang.. emzz cantik dan seksi.” Pria tampan dengan mata sipit dan kulit putih itu tersenyum menyalami Ali dan Prilly bergantian mata sipitnya seolah meronta keluar melihat kemolekan tubuh Prilly dengan gaun yang melekat pas di tubuh Prilly, serta belahan depan bentuk V yang rendah menampakkan keindahan yang tersembunyi sedikit mengintip keluar.
“Baiklah tuan Andrew, disini kita bisnis barang yang berkualitas bukan menilai saya yang berkualitas. Ini barang yang anda pesan Kristal Blue Sky 500 Gram dan Heroin Peru 500 gram bisa anda cek!” Ali yang duduk di samping Prilly menyodorkan tas hitam kecil berisikan barang pesanan Andrew memeriksa barang pesanannya, sebuah senyuman terukir di wajah pria Chinese itu.
“Ok saya ambil, saya selalu puas dengan barang yang kalian berikan. Well... itu uangnya, silahkan kalian cek total dan keasliannya.” Tunjuk Andrew memberikan sekoper uang pada Prilly dan dengan cepat Ali membuka koper itu, lalu membisikkan sesuatu pada Prilly. “Oke tuan Andrew kami ambil uangnya senang bekerja sama dengan anda.” Prilly berdiri diikuti Ali lalu bergantian menyalami Andrew.
“Ya saya sangat suka dengan barang yang anda berikan nona, sampai berjumpa lagi sayang” bisik Andrew hampir mencium pelipis Prilly.
Hampir saja Ali melayangkan pukulan pada pria hidung belang di depannya. Hatinya seakan tidak rela ada lelaki lain menyentuh Prilly. Andaikan saja dia sedang tidak menyamar, mungkin Ali sudah melayangkan tinjunya di wajah Andrew.

***

Kurang ajar berani-beraninya dia ngambil kesempatan.” Gerutu Ali saat mulai keluar dari hotel menuju basement.
“Lo kenapa sih Digo? Dari tadi ngomel mulu kayak emak-emak kos aja!”
“Lo nanya gue kenapa Si? Lo nggak peka banget sih apa perlu gue perjelas? Lo itu hampir dicium sama si Andrew sialan itu dan jelaslah gue.... Arrrgghhh tau deh!” ucap Ali penuh penekanan dan mengacak rambutnya frustasi, lalu berjalan dengan cepat meninggalkan Prilly yang kesusahan dengan gaun panjangnya. Prilly hanya tersenyum melihat tingkah Ali yang terlihat cemburu walaupun tidak diakuinya.
Tiba-tiba sebuah suara terdengar keras di speaker membuat Ali yang berjalan di depan menghentikan langkahnya dan berbalik badan menatap Prilly yang juga mengehentikan langkahnya.
“JANGAN BERGERAK!!!!KALIAN SUDAH TERKEPUNG”
“Shiiit!!” Gumam Ali
Batinnya menggerutu mengingat dia belum memberi instruksi pada Laura dan Kevin, tapi ternyata mereka mendahului dari Titah Ali. Ali pastikan untuk menghukum mereka berdua karena dengan berani melanggar titahnya.

Dengan sigap Ali berbalik berniat menghampiri Prilly sambil mengeluarkan pistol andalannya, berlari berbalik menghampiri Prilly yang tertinggal jauh di belakang, tapi sayang ternyata di balik mobil-mobil itu telah banyak orang yang mengepung mereka dan salah satu dari mereka berhasil membekap Prilly.
Seorang pria berbadan besar membekap Prilly dari belakang, kedua tangan Prilly ditarik ke belakang dicengkram kuat oleh tangan kasar milik pria itu di lehernya sebuah belati tajam bertengger, yang kapan saja siap menghunus leher mulus miliknya.
“Lepaskan senjata anda Tuan, atau nona manis itu kehabisan darah tergorok  belati.” Ancam pria lain yang berdiri di belakang Ali. Prilly memelototkan matanya seolah memberi instruksi pada Ali untuk menendang pria di belakangnya.
Bugh......Bugh......
Dengan cepat kilat Ali menendang pria yang berada di belakangnya, lalu menodongkan pistol tepat di kepala pria itu.

“Sekarang lepasin cewek itu atau kepala temen lo hancur mengeluarkan isi otak bodohnya.” Gertak Ali mengancam pria yang membekap Prilly tapi pria itu tidak mengindahkan ucapan Ali.
“Buka kaki lo!” Perintah Ali membuat semua orang yang mengepungnya bingung.
“BUKA KAKI LO!!” Teriaknya lagi. Sementara Prilly bergumam tak jelas seolah bertanya dengan tatapan matanya. Namun Ali memberi kode untuk Prilly mengikuti perintahnya. Prilly mengikuti arah pandang Ali, dia tersenyum seolah mengerti apa yang akan Ali lakukan Prilly melebarkan gaunnya dengan cepat.
1
2
3
DOOOOORRRRRR
Tarikan pelatuk dan suara tembakan dari pistol Ali menembus gaun yang Prilly pakai tepat di bawah selangkangannya dan peluru itu menembus paha pria yang membekap Prilly sehingga membuat pria itu mengerang kesakitan sampai terjungkal ke belakang. Prilly memejamkan matanya berkomat kamit berharap rencana Ali berhasil.
DOOOORRRR
Ali menembakkan pistolnya pada pria di belakangnya lalu berlari ke arah Prilly. Dengan sigap, Ali membopong tubuh Prilly yang masih mematung untuk membawanya ke dalam mobil. Ali langsung menancapkan gas tak peduli suara tembakan terdengar bersahutan.
“Si lo gapapa kan?” tanya Ali saat mulai melajukan mobil melihat Prilly yang masih melamun Ali menyentuh tangan Prilly hingga Prilly terkesiap.
“Lo kenapa?” tanya Ali lagi.
“Gila lo Digo, hampir aja milik gue hangus.” Rancau Prilly membuat Ali tertawa keras memukul stir mengingat tampang lucu Prilly saat ketakutan. Bahkan Prilly tak berkutik saat Ali membopongnya.
“Tenang Si, gue nggak bakal biarin masa depan gue hangus. Berabe kali tombak gue kalo nggak diasah,” ucap Ali disela tawanya menggoda Prilly.
“Sialan lo!” Sungut Prilly tak terima.

***
Ali melajukan mobilnya ke arah gedung terbengkalai sesuai permintaan Zayn. Prilly memberitahukan bahkan mereka disuruh kesana karena ada transaksi. Ali hanya diam dan menuruti saja perintah dari Zayn yang disampaikan melalui Prilly.
“Lo lihat kan keahlian gue menembak dan gue pastiin nanti malam lo yang bakal gue tembak.” Goda Ali saat turun dari mobil melenggang masuk menuju gudang terbengkalai yang di depannya sudah ada tiga mobil milik Zayn dan Grandpa Ronald.
“Ya..ya... gue akuin lo hebat Digo,” Prilly tersenyum merasakan pelukan posesif pada pinggangnya. Ali melingkarkan tangannya pada pinggang Prilly.
Krieeeet
Suara decitan pintu yang bergesekan dengan lantai. Prilly dan Ali masuk ke dalam ruangan yang masih gelap itu. Tidak biasanya ruangan itu masih gelap atau mungkin Prilly salah ruangan? Tapi biasanya, kakaknya selalu melakukan transaksi di ruangan yang sama.
“Loh kok gelap?Tumben banget.” Ujar Prilly
Saat itu Ali sedang merengkuh bahu Prilly, dia terdiam merasakan pelipisnya ditekan sebuah benda dingin. Prilly yang merasakan tubuh Ali menegang, seolah mencari wajah Ali di kegelapan.
“Penyamaranmu sudah berakhir keparat!!”
DEEEPP
Lampu menyala
Seiring dengan suara yang terdengar dekat telinganya.
Prilly berdiri dengan jantung yang hampir melorot ke perutnya ketika melihat Zayn menodongkan pistolnya di kepala Ali.

*********
By : sh95
Jakarta, 24 Oktober 2015

Diketik ulang oleh dinissi
Bandar Lampung, 16 Maret 2019    

Dipublish ulang Banjarmasin, 17 Maret 2019                                                                                                                                      

Another Love Incident (A.L.I)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang