Prilly menyeka mulutnya dengan sapu tangan. Sedari pagi, dia mual-mual saja tidak seperti biasanya. Prilly bingung karena baru kali ini dia mengalami mual berkepanjangan. Biasanya dia hanya memakan permen atau minum air gula sudah selesai, tapi saat ini tidak. Prilly sendiri heran, jika morning sickness biasanya tidak sampai berkepanjangan.
Prilly berjalan perlahan menuju dapur untuk mengambil airputih. Saat dia keluar kamar, ternyata Beben sudah membuka kios bunganya. Prilly melanjutkan tujuannya untuk mengambil air putih. Badannya terasa lemas dan tidak bertenaga, mungkin karena dia terlalu banyak mengeluarkan cairan. Prilly menuangkan air dalam gelas, namun tiba-tiba pandangannya menggelap.
PPYYAARRR
Gelas yang dipegang Prilly terjatuh, hingga membuat Beben yang sedang menata bunga terkejut dan langsung menuju sumber suara.
"Kak Lily!!" Pekik Beben dan dengan sigap menangkap tubuh Prilly yang pingsan dan akan terjatuh.
"Kak bangun kak! Aduuhhh Kak Lily jangan buat saya panik." keluh Beben smbil menepuk pipi Prilly.
"PRILLY!!" teriak Ali yang baru saja datang.
Ali berlari menghampiri Beben yang menyangga tubuh Prilly. Ali langsung saja membopong tubuh Prilly tanpa banyak bicara. Dia membawa Prilly keluar diikuti Beben masuk dibagian depan. Ali panik setengah mati karena dia takut terjadi apa-apa dengan Prilly dan calon anak mereka.
"Ke Bidan aja, Om!" Kata Beben.
"Eeh? Bidan? Disini nggak ada rumah sakit?" Tanya Ali.
"Ini desa om, mana ada rumah sakit. Kak Lily biasanya ke Bidan." Jawab Beben.
Ali langsung saja menuju bidan yang ditunjukkan oleh Beben. Dalam hati Ali berdoa meminta pada Tuhan untuk menjaga Prilly dan anak dalam kandungannya. Tidak ada yang penting bagi Ali kecuali keselamatan Prilly dan calon anak mereka.
Tak sampai setengah jam, mereka tiba disebuah rumah bidan tempat Prilly biasanya periksa bersama Beben. Ali langsung saja membopong Prilly masuk kerumah bidan tersebut.
"Lily?" Pekik sang bidan saat melihat Prilly dibopong oleh Ali. "Bawa kedalam!" perintah bidan itu dan langsung dituruti oleh Ali.
Ali menidurkan Prilly di brankar pasien. Bidan yang melihat keadaan Prilly, langsung memeriksanya. Sedangkan Ali menggenggam salah satu tangan Prilly sambil memanjatkan doa dalam hati. Dia benar-benar tidak ingin terjadi apa-apa pada wanita yang begitu ia cintai.
Bidan yang memeriksa Prilly menghembuskan napas sambil menganggukkan kepala. Ali tidak mengerti dengan tingkah sang bidan karena dia memang tidak pernah mengantarkan wnita hamil periksa.
"Bagaimana, bu bidan?" Tanya Ali dengan nada khawatir.
"Tidak kenapa-kenapa, tuan. Lily hanya kekurangan cairan, mungkin dia mual dan kurang minum. Tapi saya sudah memberikan suntikan vitamin." Jelas sang bida kepada Ali.
"Anaknya bagaimana?" Tanya Ali lagi memastikan.
"Anak dalam kandungan Lily baik, sehat dan tidak kenapa-kenapa." Ali bernapas lega mendengar penjelasan bidan.
Setelah memberikan obat dan membayarnya, Ali membawa Prilly pulang. Ali ingin Prilly istirahat total, bahkan Ali menyuruh Beben untuk menutup kios terlebih dahulu sampai Prilly benar-benar sehat kembali.
Dengan setia Ali menunggu Prily disampingnya sambil memegang tangan Prilly dan dibawanya kepipi kanan Ali. Tangan Ali yang bebas, mengelus perut buncit Prilly. Rasa bahagia menyelimuti hati Ali.
'Nggak nyangka gue bakal jadi ayah. Yang sehat ya nak, maafin ayah yang buat bunda susah. Ayah sayang sama kamu dan bunda.' sesal Ali dalam hati.
Prilly mengerjapkan matanya perlahan sambil memegang kepalanya yang terasa pusing. Pemandangan yang pertama kali dia lihat adalah wajah Ali. Prilly melihat sekitarnya, ternyata dia ada dikamarnya. Dia merasakan elusan lembut diperutnya yang ternyata Ali mengelus perutnya. Entah mengapa, rasa mual yang tadi pagi dia rasakan tidak muncul lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Love Incident (A.L.I)
Fiksi Penggemar17++ Sebuah tempat tersembunyi dalam gedung tua yang sudah lama tidak dipakai di pusat kota Jakarta menjadi tempat persembunyian sekaligus kediaman pria berusia 29 tahun bernama Ali, keberuntungan yang selalu di pihaknya menjadikan dia seorang age...