A.L.I#8

6.6K 696 13
                                    

But if you like causing trouble up in hotel rooms
And if you like having secret little rendezvous
If you like to do the things you know that we shouldn’t do
Baby, I’m perfect
Baby, I’m perfect for you

(PERFECT – ONE DIRECTION)

***
Tak butuh lama akhirnya Prilly dan Ali tiba di kediaman grandpa Ronald, tempat Prilly dan Ali tinggal. Rumah mewah dan luas itu memiliki puluhan kamar di rumahnya. Maka tak heran jika banyak anggota Black Eagle yang juga tinggal di sini, selain untuk melindungi kegiatan mereka dari mata-mata juga menjaga cucu-cucu Ronald yang sudah tidak memiliki ayah dan ibu. Ronald sebenarnya memiliki dua cucu yaitu kakak dari Prilly bernama Zayn Ryan. Zayn sangat jarang berada di Indonesia karena kesibukannya untuk mengurus bisnis Black Eagle di daratan Eropa, Amerika, Afrika. Sedangkan Ronald dibantu oleh Prilly mengurusi bisnis mereka di Asia dan Australia.

Prilly memarkirkan mobil tepat di depan lobby rumah kemudian mematikan mesin. Prilly begitu cemas akan keadaan Digo yang tak sadarkan diri dan darah yang menetes deras dari lengannya yang terkena tembakan.

“Digo..Digo?” Prilly menggoyangkan dagu namun tak ada jawaban.

“Stanley, Tommy, Pedro dan yang lainnya buruan bantu gue!” Prilly berteriak memanggil orang-orang kepercayaannya agar lekas membantunya mengangkat tubuh Digo, sebab sangat tidak mungkin tubuh mungilnya mengangkat seseorang yang badannya 2 kali lipat dari postur tubuhnya.

“Iya siap  nona.” Seluruh orang kepercayaan Prilly di Black Eagle segera menuju mobil.

“Ini buruan lo angkat dia ke kamarnya, dan lo Stanley siapin peralatan P3K dan obat-obatan. Gue mau ganti baju dulu.” Perintah Prilly kemudian berjalan menuju kamarnya sedangkan Digo dibopong oleh anggota BE.

Lima menit kemudian Prilly telah mengganti dress nya dengan pakaian kasual agar tidak ribet saat mengpbati Digo. Prilly segera berjalan menuju kamar Digo. Anggota BE kepercayaan Prilly telah menyiapkan semua yang Prilly minta. Prilly menatap anak buahnya satu-satu. “Ngapain lo semua masih di sini? Udah sana keluar biar gue yang urus dia!”

“Biar kami saja yang urus Nona, karena Tuan besar dan tuan muda akan marah jika tahu..” ucapan Stanley dipotong Prilly yang segera mengambil pisau kecil di meja Digo.

“Udah mending lo semua keluar atau gue sayat leher lo semua!” bentak Prilly seraya menodongkan pisau ke leher Stanley.

“Oke nona permisi.” Seluruh anggota BE segera menuruti perintah Prilly dan keluar dari kamar Digo.

Prilly menatap tubuh Digo yang terbaring di atas ranjang tak berdaya dengan darah yang bercucuran dari lengannya.
“Lo sih pakai sok kejagoan mau melindungi gue! Jadi gini kan!” Perasaan Prilly tak menentu entah apa yang ia rasakan saat melihat Digo tak berdaya, baru kali ini dia mengobati anggotanya yang sakit atau terluka, biasanya dia memanggil dokter pribadi Black Eagle atau jika sudah kritis jasadnya akan dibuang di hutan agar dimakan binatang buas, ini semua semata karena ingin identitas Black Eagle terbongkar.

Prilly mengambil baskom yang telah diisi air hangat dan memasukkan waslap untuk dibasahi. Dibersihkannya luka pada bahu Ali dengan lembut dan telaten. Setelah bersih Prilly mangambil alkohol dan meneteskannya di kapas agar tidak terjadi infeksi pada luka Ali. Diambilnya sebuah pisau lipat yang terselip di kaus kakinya. Memberi pisau lipat itu alkohol dan cairan infus untuk mensterilkannya. Lalu perlahan, disayatnya lubang tembakan di bahu Ali, berusaha dengan sangat hati-hati mengeluarkan peluru yang menancap di dalamnya, kemudian menjahitnya dengan rapi setelah peluru berhasil ia tarik keluar. Sentuhan akhir, Prilly memberikan obat merah pada lengan Ali itu, memasang selang infus di pergelangan tangannya.

“Aww..” Ali merintih namun masih dalam keadaan setengah sadar.

“Digo lo udah bangun?” tanya Prilly terkejut. Cepat-cepat Prilly mengambil perban yang belum sempat ia pasang.

Another Love Incident (A.L.I)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang