jisung: daylight blindness

2.3K 468 48
                                    

"The sun stole my surroundings

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"The sun stole my surroundings. You brought them back."

//

Cuaca yang agak mendung tidak menghentikan Guru Choi menggiring puluhan siswa kelas 3-1 ke lapangan untuk mengikuti pelajaran olahraga. Sebagai yang dikecualikan, Han Jisung berdiri di dekat jendela kelas, kedua tangan di saku celana, mata memicing berusaha menangkap pemandangan di lapangan. Sepertinya mereka sedang main sepak bola, entahlah, hanya garis-garis hitam tak bermakna bergerak ke sana ke mari dan putih terang membutakan yang ditangkap oleh retina.

Jisung menjauh dari jendela, memejamkan matanya sejenak. Ia mengerjap, sedikit demi sedikit dunianya kembali berbentuk. Ruang kelas, papan tulis, kursi-kursi, loker. Semuanya masih agak buram karena lampu kelas yang menyala, belum lagi Jisung sedang tidak pakai kaca mata. Melangkah hati-hati menyeberangi kelas dengan lengan terentang meraba-raba, Jisung mencari saklar lampu. Dimatikannya lampu kelas, suram dan remang mengalahkan langit kelabu di luar.

Beginilah Jisung bisa melihat lebih jelas. Garis-garis tampak tegas, benda-benda dan detailnya agak lebih tajam dari biasa. Tak lupa, Jisung menutup tirai untuk menghalau cahaya dari luar. Ruang kelas itu sekarang lebih mirip gua, tapi sangat nyaman bagi Jisung dan kedua matanya.

Suasana hatinya sedang tidak mendukung untuk menggambar. Daripada pensil-pensilnya patah bergelimpangan dan lembaran sketchbook-nya penuh coretan kusut, lebih baik ia jauhi dulu aktivitas itu. Tadi pagi ia lagi-lagi melakukan kesalahan bodoh. Mungkin ada gunanya benda-benda di rumah diberi label, nyatanya ia memang sebegitu tak berdaya. Jisung benci merasa seperti itu, merasa tak berguna dan tak mampu mengurus diri sendiri.

Hebat juga, ia pikir, bahwa warna ternyata merupakan hal yang cukup krusial dalam kehidupan. Kebanyakan orang tidak sadar kemampuan persepsi warna adalah sesuatu yang pantas disyukuri.

Lihat hal sesederhana warna botol minum. Dengan melihat perbedaan warna saja, walau bentuknya sama, kau dengan mudah bisa membedakan botol milikmu di antara milik orang lain. Tidak akan terjadi salah minum atau pertukaran virus yang tidak perlu terjadi. Kau bisa melihat warna-warna alam yang memukau. Kesannya tidak penting, tapi coba bayangkan dunia yang kelabu. Siapa mau hidup di dunia kelabu.

Betapa tidak adilnya, orang lain bisa membayangkan dunia kelabu, di sisi lain Jisung tidak bisa membayangkan dunia penuh warna.

Sisa periode itu Jisung habiskan dengan duduk bersandar di bangkunya, membuat argumen-argumen di kepala, mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan ganjil yang berenang-renang di pikiran, berdebat dengan dirinya sendiri mencari konklusi. Lalu muncul lagi tanpa diminta, deskripsi Park Yejin tentang warna merah, dalam huruf-huruf tebal terpatri di memorinya.

Sungguh, lebih dari kalimat mana pun yang pernah ia dengar atau temukan di buku, ia suka sekali kalimat Yejin. Sangat suka, sampai ingin ia pajang di dinding kamar. Apa Yejin bisa mendeskripsikan semua warna untuknya? Ia akan sangat senang berkenalan dengan biru atau ungu.

PAINTING THE UNIVERSE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang