yejin: stardust kisses

1.2K 298 64
                                    

"Did you and Jupiter conspire to get me? I think you and the moon and Neptune got it right

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Did you and Jupiter conspire to get me? I think you and the moon and Neptune got it right."
—Echosmith (Bright)

//

Malam itu, Nayeon menghabiskan waktu di kamar Yejin. Merupakan sebuah kesempatan langka bagi Yejin, melihat Nayeon berbaring di sebelahnya, merasakan gerakan tubuh sang kakak yang menekan tempat tidur, dan mendengar suaranya dari jarak begitu dekat. Ia sendiri sedang sibuk mengerjakan revisi tugas kimia — atau setidaknya berusaha sibuk dan fokus.

Pikirannya bercabang-cabang, satu cabang pada Han Jisung, satu cabang lain pada ibunya, satu cabang kecil pada revisi tugas kimia, dan satu lagi pada Nayeon. Yejin masih bingung bagaimana harus memulai percakapan dengan Nayeon, itu pun jika sang kakak ingin bicara padanya. Mungkin ia cuma mau menumpang berbaring sambil mengecek ponsel.

Selang beberapa saat, Nayeon mengubah posisinya menjadi tengkurap, menyimpan ponselnya dan mengintip pekerjaan Yejin. "Kimia, ya? Mau aku bantu?"

"Hm. Enggak perlu," tolak Yejin, matanya tidak sedetik pun meninggalkan lembaran kertas tugas dan buku kimia.

Sudah cukup rasa percaya dirinya anjlok karena besok ada kuis kimia dan ia baru merevisi semalam sebelumnya, sudah cukup perasaan gagal-sebelum-mencoba itu mengganggunya tanpa ampun, sudah cukup kepalanya pusing gara-gara tabel periodik.

Yejin tidak butuh Nayeon menambah nyeri di kepalanya dengan menunjukkan kesalahan yang ia perbuat dan memamerkan betapa lebih pintarnya dia. Terlihat bodoh di depan Nayeon adalah hal terakhir yang Yejin inginkan sebelum menghadapi kuis kimia.

Astaga, iya, dia pun tahu niatan Nayeon pasti tidak begitu. Namun Yejin tak bisa memungkiri bahwa ia tetap merasa inferior di depan Nayeon yang bagai bintang keemasan, pusat tata surya keluarga mereka. Apalah nilai-nilai B+ yang ia peroleh bila dibandingkan dengan sederetan nilai A yang terpampang di rapor SMA kakaknya dulu? Meski hubungan mereka kini sedikit demi sedikit membaik dan kembali ke asal mula sebelum segala keruwetan sekolah dan universitas menyerang, Yejin tetap meredup dalam presensi Nayeon.

"Udah coba bicara sama eomma?" Nayeon membuka topik baru.

Satu lagi yang tidak Yejin inginkan sebelum menghadapi kuis kimia esok hari: membahas soal perang dinginnya dengan sang ibu. Di antara semua topik yang ada, mengapa pula Nayeon harus memilih yang satu ini? Tidak bisakah ia bertanya apa Yejin sudah punya pacar, atau apa pun pertanyaan lainnya?

Yejin menghela napas, meletakkan pena di atas buku. "Aku pikir eomma nggak bisa diajak diskusi. She won't listen."

"Kamu kan belum coba," Nayeon membujuk, menyelipkan helai-helai rambut Yejin di balik telinga. Tindakan kecil itu mungkin tampak tak berarti, tapi ketahuilah Yejin sangat menyukainya, entah mengapa.

"Tapi aku tahu. Eomma keras kepala. Sekali dia menetapkan apa yang terbaik untuk aku dia akan berpegang teguh pada pilihannya. Biar pun aku bilang aku bisa jadi jutawan dari melukis, dia enggak akan bisa dibujuk." Yejin tidak yakin melukis akan menjadikannya jutawan. Inti argumennya adalah, ibunya tak akan mengubah pendirian tak peduli berapa banyak hal positif tentang melukis dan seni yang Yejin bisa sebutkan.

PAINTING THE UNIVERSE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang