jisung: meteor shower

1K 269 17
                                    

"You found me in a constellation

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"You found me in a constellation."
—Francesca Zappia (Eliza and Her Monsters)

//

Untuk sesaat, Han Jisung berharap langit-langit kamarnya yang gelap adalah langit malam bertabur bintang. Biar meteor menghujaninya bagai bola-bola cahaya yang membutakan. Mungkin sekalian saja ia mengharapkan batuan meteorit berjatuhan di dalam kamarnya dan meninggalkan sisa tubuh fisiknya tak bernyawa.

Bertolak belakang dengan pemikiran selintas itu, justru Han Jisung berniat untuk hidup lebih lama, mungkin sampai usia 80 tahunan. Masih banyak yang ingin ia lakukan di dunia; menjadi ilustrator, salah satunya. Menonton hujan meteor bersama Park Yejin, melukis bersama Park Yejin, making love with Park Yejin? Mungkin yang terakhir agak terlalu muluk, tapi siapa yang tahu. Apa ia terdengar seperti seorang romantik yang putus asa karena mengaitkan segala keinginannya dengan Park Yejin?

Cukup banyak keinginan yang ia miliki untuk dirinya sendiri. Mereka ada di pikirannya setiap saat, mengingatkannya akan setiap tarikan napas yang ia ambil di dunia kelabu ini. Mereka adalah motivasi baginya untuk tetap memijak tanah dan melangkah maju, meski terkadang ia enggan.

Ada sebuah kotak istimewa di dalam kepalanya, di mana ia menyimpan memori tentang orang-orang kesayangannya: ibu, ayah, Younghyun, Chowon dan Yejin. Kotak itu adalah tempatnya berlindung; mereka, orang-orang kesayangannya, selalu ada untuk membuatnya merasa berharga, mengusir lubang hitam dari semestanya.

Sekarang ia bahkan tak mampu bangkit dan keluar dari kamarnya untuk menunjukkan bahwa ia baik-baik saja, demi sang ibu. Ia bahkan tak mampu mengucap sepatah kata pun pada Yejin yang ada di ujung sambungan telepon. Ia hanya bisa mendengarkan suara si gadis memanggil namanya, seraya hujan meteor memenuhi pikiran.

Mengapa dunia begitu hitam dan putih? Mungkin ia tidak buta warna, mungkin dunia memang hitam putih.

Ya ampun, mengapa ia sangat tak berguna?

Mengapa pikirannya tak hentinya berlari ke sana ke mari? Tidak kah ia lelah? Han Jisung yang berbaring seharian saja merasa lelah.

Mungkin, lubang hitam telah berhasil mengisapnya ke dalam kegelapan.

***

Sejujurnya, Han Jisung tidak merasa baik-baik saja. Jika boleh memilih, ia akan mengurung diri lebih lama lagi, mungkin menangis lebih keras ke bantalnya jika ia bisa mengeluarkan setetes saja air mata. Namun ia tidak akan menyerah pada tarikan sang lubang hitam, ia yakin ia cukup kuat untuk bangkit. Ia yakin ia mampu mengejar waktu yang telah terbang melampauinya.

Jisung membuka pintu kamar, lalu melangkah lemas menuju dapur. Pertama-tama perutnya harus diisi. Selama dua minggu terakhir hanya sesuap dua suap makanan yang menjadi sumber energi, tubuhnya jelas meminta bahan bakar yang lebih pantas.

PAINTING THE UNIVERSE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang