jisung: the brightest shade of grey

1.1K 294 32
                                    

"In this black and white world, you're the brightest shade of grey

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"In this black and white world, you're the brightest shade of grey."


//

Musim semi hampir melewati pertengahan, namun malam itu rintik hujan masih setia menemani Han Jisung yang tengah mengobrol dengan Park Yejin melalui panggilan suara.

Kamarnya temaram seperti biasa, dengan satu lampu tidur kecil berbentuk rumah burung sebagai sumber penerangan. Jisung duduk di kursi belajar, di atas meja belajar terdapat laptop miliknya yang sudah dilapisi semacam film supaya layarnya tidak terlalu terang.

"Kamu bisa kan tolong isi formulir pendaftaran di website pamerannya?" Ucap Yejin dari seberang sana. Suaranya terdengar begitu pelan dan hati-hati. Mereka sedang membahas pameran lukisan tempo lalu. Apa pun bahasannya, Jisung senang menerima telepon dari gadis ini, hatinya melompat kecil seperti pemandu sorak.

"Mmm, oke. Kenapa nggak kamu aja yang isi?" Sadar responnya agak kurang tepat, Jisung cepat-cepat melanjutkan, "maksudku- maaf."

"Nggak apa-apa. Eomma sekarang selalu ngecek laptop-ku, aku..." Yejin menghela napas. "Aku takut ketahuan."

Jisung membuka laman penyelenggara pameran yang Yejin beritahu padanya, masuk ke bagian registrasi lalu mengamati formulir online itu dengan seksama. "Satu formulir untuk berdua?" Tanya Jisung. Yejin mengiyakan.

"Aku harus isi apa di kolom 'riwayat partisipasi'?" Jisung berhenti pada kolom kosong tersebut, kembali bertanya setelah mengisi data-data yang umum seperti nama dan usia.

"Ah, isi pameran-pameran yang pernah aku ikuti dulu aja. Summer 2015 Painting Exhibition, Town's Hall Public Exhibition 2016, Autumn Artistry 2017, dan Young Painters Gallery 2017."

Aneh bagaimana Park Yejin seolah bisa menjadi dua orang yang berbeda. Jisung menyimak bagaimana gadis itu bicara sambil mengetikkan nama-nama pameran tadi di kolom yang kosong. Kadang Yejin begitu redup, di lain waktu kepercayaandirinya memancar terang, seperti ketika dia menyebutkan nama pameran-pameran tadi dengan sedikit kebanggaan di dalam suaranya. Ia pikir Park Yejin seperti matahari yang bersembunyi di balik awan, seakan tak sadar bahwa dirinya bercahaya.

Jisung melanjutkan ke kolom berikutnya, memicingkan mata untuk membaca tulisan berfont kecil-kecil di bawah kolom kosong. Maksimal 50 kata. Ia beralih pada tulisan di samping kolom yang bercetak tebal, rupanya mereka memintanya memasukkan nama lukisan yang akan diikutkan ke pameran.

"Nama lukisan kita apa?"

"Ya ampun aku lupa soal itu. Ada ide?" Yejin malah balas bertanya.

"The Blue Sky? Itu kan ide awalnya. It's a great misnomer*," usul Jisung. Ia mendengarkan Yejin ber-hm panjang sembari bersandar santai pada sandaran kursinya yang empuk. Sungguh, Yejin bisa melakukan itu sepanjang malam dan ia akan tetap mendengarkan.

PAINTING THE UNIVERSE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang