yejin: snow in april

1.3K 312 8
                                    

" Snow in April is abominable

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" Snow in April is abominable. Like a slap in the face when you expected a kiss."
—L.M. Montgomery (Anne of Ingleside)

//

"Yejin, kamu pucat gitu. Nggak apa-apa?"

Tidak apa-apa, cuma kurang tidur dan gelisah berkepanjangan. Tentu saja bukan itu jawaban yang Choi Jisu dapatkan dari Park Yejin, alih-alih jujur, gadis itu cuma mengangguk ambigu. Apa yang dia iyakan, fakta bahwa rona wajahnya terkuras atau bahwa ia baik-baik saja?

Keduanya berjalan beriringan menyusuri koridor pada jam istirahat makan siang, menuju halaman belakang sekolah di mana gudang kreativitas mereka terletak. Di belakang mereka berdua, mengekor Hwang Hyunjin, Lee Chaeyeon dan Han Jisung. Akhir-akhir ini mereka kesulitan mencari waktu untuk benar-benar berkumpul seperti klub ekstrakurikuler sungguhan. Lika-liku murid senior. Maka jam istirahat sekarang mereka manfaatkan.

Benar adanya bagi tiga temannya, tapi Yejin tahu dan Jisung juga tahu, mereka berdua nyatanya mengunjungi ruang klub seni paling tidak dua kali seminggu selepas periode terakhir untuk menyelesaikan lukisan langit biru itu. Oh tidak, Yejin tidak melupakan janjinya pada sang ibu. Kuas dan cat tetap di tangan, tapi malam-malamnya juga diisi setumpuk buku melainkan bantal dan mimpi indah.

Sebagai pemegang kunci ruangan, Yejin mendahului teman-temannya masuk ke dalam. Ia mematikan lampu, meminimalisir sebisa mungkin cahaya yang masuk dari jendela dengan tirai biru kusam yang besarnya tidak sesuai dengan jendela.

Sudah tahulah untuk siapa ia melakukan itu. Tiga temannya belum tahu apa-apa soal pengelihatan Jisung, jika laki-laki itu terus memicingkan mata karena silau pasti mereka akan bertanya. Yejin hanya ingin Jisung merasa nyaman.

Yejin banyak membaca tentang achromatopsia setelah mengenal Jisung. Menambah pengetahuan sekaligus mencoba mengerti dunia teman sebangkunya itu. Banyak achromat yang enggan mengakui kondisi pengelihatannya pada orang yang belum dikenal dekat. Yejin tidak yakin apa Jisung merasa begitu, walau mengingat pertemuan pertama mereka di kelas Jisung langsung memberitahunya setelah berkenalan beberapa menit.  Bagaimana pun juga kala itu ia terdesak butuh bantuan, mana tahu sekarang dalam konteks obrolan biasa.

Ruangan yang remang-remang pun menimbulkan tanda tanya serupa. Sekarang Yejin yang bingung memutar otak mencari alasan untuk menjawab kuriositas Hyunjin, anak itu langsung berkomentar begitu menginjakkan kaki di dalam ruangan klub seni.

"Sekolah belum bayar listrik apa gimana?"

"Iya, ini biar hemat." Yejin asal menjawab. Hyunjin untungnya tidak memperpanjang konversasi itu, beralih menarik-narik kuncir ekor kuda Chaeyeon, membuat si gadis mendecak.

Berlima mereka duduk melingkar di lantai, mengisi ruang yang seadanya itu. Yejin melayangkan sekilas pandang pada Jisung yang duduk di samping Jisu, lelaki itu tersenyum padanya, mungkin berterima kasih atau mungkin sekadar ingin senyum saja. Maka si gadis membalas senyumnya sebelum berpaling.

PAINTING THE UNIVERSE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang