*Kata orang jarak antara benci dan cinta Itu beda tipis ?
Tapi sepertinya itu hanya mitos belaka. Karena sekarang, esok dan seterusnya...
Kamu adalah alasan
terbesar emosi ini mencuat kepermukaan****
"Tok...tok...tok..."
Sudah lelah dengan ketukan normal, Elena mengetuk pintu kamar putrinya dengan tenaga ekstra menggunakan seluruh telapak tangannya. Namun sang putri masih saja belum menjawab panggilannya untuk bangun yang entah sudah keberapa kali. Meski lelah Elena mencoba berteriak sekali lagi.
"ARAAAAA...BANGUNNNNNNNN !! Mau tidur sampai kapan ? Ini udh jm 6 lo !" kembali Elena mengetuk atau tidak lebih tepatnya memukul pintu Ara, seolah-olah kekuatannya itu bisa merobohkan kamar putrinya.
Setelah teriakan nyaring itu Ara memaksa tubuhnya untuk bangun dan menjawab teriakan bundanya, sebelum sang bunda semakin menggila ? 'Percuma gue matiin alarm hp gue bolak-balik, suara bunda udah kayak toak masjid aja.' gerutunya dengan mata masih setengah tertutup.
"Iya... ni bangun kok." jawabnya malas dengan suara serak khas orang baru bangun tidur.
Demi Tuhan, pagi ini Ara terlalu malas untuk bangun, kantuk belum juga mereda karena semalam ia habis bermain game hingga azan subuh berkumandang. Memang kebiasan buruk yang sudah melekat dalam diri remaja 16 tahun ini.
Ketika banyak remaja perempuan lain yang sibuk belajar make up, masak, atau hal-hal yang berbau wanita lainnya. Azura Candrea Asyakina atau yang kerap disapa Ara justru lebih senang bermain game dan menonton anime, yang mayoritas merupakan hobi remaja laki-laki.
Karena itulah abangnya sering meperoloknya sebagai wanita jadi-jadian ? YA, Arsen selalu mengatakan bahwa Ara adalah seorang laki-laki yang terjebak dalam tubuh perempuan. Bukan hanya hobinya saja yang tidak ada feminin-femininnya, namun kepribadian Ara sendiri sudah tidak tampak seperti gadis normal, Ara tergolong dalam jajaran orang malas tingkat akut dan cuek terhadap penampilannya. Bagi Ara pendapat orang lain bukanlah hal yang harus dia ambil pusing.
Namun selain hobi nya tadi, Ara juga senang menulis, ya, dia bercita-cita menjadi seorang penulis naskah profesional kelak, "Mari kita doakan saja."
"Yaudah cepet, udah ditunggu ayah sama bang Arsen buat sarapan bareng, kalau kamu lama, biar aja, ntar jatah kamu bunda kasih ke Bang Arsen semua !"
Tak lagi membuang waktu, Ara menyingkap selimutnya dan bangkit dari posisi tidur. Bukan karena takut jatahnya benar-benar sang bunda berikan ke abangnya, tapi karena takut bundanya benar-benar mendobrak dan mengahancurkan pintu kamar.
Selain itu Ara sudah malas mendengarkan teriakan bundanya yang sudah seperti kaset rusak. Bisa-bisa telinga Ara nanti jadi soak, karena Ara belum berniat untuk mereparasi telinganya.
"Iya bunda, ni otw kamar mandi !" dengusnya. Setelah itu Ara benar-benar menuju kamar mandi, walau hanya sekedar formalitas atau benar-benar mandi ?
***
"Pagi Ayah, pagi bunda ! Pagi kakak jelek !" sapa Ara pada seluruh anggota keluarga lalu menjulurkan lidahnya ke arah Arsen sebelum mendaratkan bokongnya untuk ikut duduk dikursi meja makan.
Arsen, sang abang yang kala itu tengah meneguk susu, hampir tersedak mendengar sapaan mengejek dari adiknya. Tak terima dengan panggilan kakak jelek dari sang adik, Arsen melotot dan mendengus kearahnya. Sembari menatap Ara, Arsen mengatakan sesuatu yang membuat Ara akhirnya meruntuki mulutnya yang memang susah ia kontrol.
KAMU SEDANG MEMBACA
HS 1 : Monokrom
Teen Fiction"Mau dilahirkan berapa kalipun kedunia, Gue gak akan pernah mau sama orang itu !!! Dasar manusia jadi-jadian, Alien, cowok astral !! " "Gue bukan cemburu ! Gue cuma gak suka ngeliat lo sama dia, gue gak suka lo bahagia, titik" Ara dan Ravel, dua man...