"Waktunya makan siang. Ayo, kita ke kantin!" ajak Hanbin ceria kepada Jinhwan sesaat setelah jam istirahat berbunyi.
Jinhwan mengerutkan kening. Apa-apaan perubahan ekspresi yang bisa sedrastis itu? Sesaat yang lalu Hanbin begitu serius bolak-balik menghadap papan tulis dan buku catatannya tanpa menoleh pada Jinhwan sama sekali, sesaat kemudian wajahnya sudah sumringah begitu mengajak Jinhwan ke kantin seolah kawan lama. Teman sebangkunya ini tidak sungguhan bipolar, kan?
"Hei?" tegur Hanbin, melambai-lambaikan telapak tangan di depan wajah Jinhwan yang melamun.
Jinhwan mengerjap-ngerjapkan mata cepat. "Eh? Oh... euhm." Mengiyakan saja ajakan Hanbin dengan anggukan kecil. Dirinya juga kan belum mengetahui letak kantin, jadi tidak ada salahnya menerima ajakan pemuda itu.
Keduanya berjalan beriringan menuju kantin. Saat jam istirahat, kantin menjadi tempat dengan pengunjung paling banyak dan paling sesak, tetapi untungnya tidak rusuh. Paling tidak, para siswa di sekolah ini cukup patuh untuk mengantri dengan rapih demi mendapatkan jatah makan siang.
Jinhwan buru-buru mengambil posisi di belakang Hanbin, sesaat setelah teman sebangkunya itu masuk ke dalam antrian. Menundukkan kepalanya dalam, Jinhwan mengalihkan pandangannya ke atap, ke lantai, ke panci kari, pokoknya kemana pun asal bukan kepada tatapan-tatapan penasaran akan dirinya di kantin saat itu.
Jinhwan tahu, menjadi anak baru resikonya adalah menjadi pusat perhatian. Tetapi Jinhwan tidak tahu bila efeknya akan menjadi seheboh ini.
"Nih."
Jinhwan kembali fokus ketika Hanbin menyodorkannya sebuah nampan kosong. Melangkah melewati bibi kantin satu-satu, nampannya pun penuh terisi oleh makanan. Lengkap dengan sekotak susu dan sepotong apel yang menyempurnakan menu lima sehat enam sempurna untuk makan siangnya kali ini. Pemuda mungil itu tersenyum berterima kasih kepada para bibi kantin yang menyajikan makanan.
"Kita duduk dimana, ya?" Hanbin mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kantin yang sudah penuh. Begini memang akibatnya bila tidak cepat-cepat datang, sulit untuk menemukan tempat yang masih kosong. "Ah! Disana saja!" seru Hanbin setelah menemukan dua kursi kosong di dekat jendela.
Jinhwan mengikuti Hanbin tanpa memperhatikan apapun di sekitarnya, kecuali punggung lebar lelaki itu yang berjalan di depan. Semua baik-baik saja. Ia berjalan dengan sangat baik mengikuti kemana pun arah yang dipandu oleh Hanbin, berusaha sebisa mungkin tidak melakukan kontak mata pada siapapun yang memandanganya penasaran.
Sampai kaki pemuda mungil itu tiba-tiba terjegal oleh sesuatu, membuatnya jatuh tersungkur dan menumpahkan seluruh makanan di nampannya.
Brukk!
Prang!!
Seluruh siswa di kantin serentak histeris. Pria manis yang awalnya berjalan dengan sangat anggun, secara mengejutkan sudah dipenuhi kuah kari dalam posisi tertelungkup. Hanbin serta-merta melebarkan bola mata saat menyadari kekacauan tersebut ternyata berasal dari teman sebangkunya sendiri. Ia lantas berlari menghampiri pria mungil itu.
Baru saja dirinya hendak membungkuk, sepasang tangan tak dikenal tibat-tiba telah membawa Jinhwan untuk berdiri. Hanbin buru-buru mendongak. Wajahnya berubah keruh mendapati siapa orang yang telah membantu Jinhwan.
Casanova paling terkenal di YG High School, Song Minho.
"Are you okay?" tanya Minho. Memegangi kedua lengan Jinhwan, memastikan bahwa pemuda manis di hadapannya itu baik-baik saja.
Hanbin mencibir tingkah Minho yang sangat sok Inggris. Sementara Jinhwan, tanpa suara justru menoleh pada meja di sebelah kirinya yang diduduki oleh beberapa siswa jangkung.

KAMU SEDANG MEMBACA
LOST.
FanfictionAda hal dari masa lalunya yang harus Jinhwan kubur dalam-dalam. Namun, siapa yang mengira bila tempat pelariannya yang baru justru menjadi tempat paling tepat untuk mengingat kembali masa-masa kelamnya yang lalu? •7 Agustus 2018