Minho hanya sedang memainkan ponselnya waktu itu. Berjalan santai di koridor, dirinya berencana untuk tidak mengikuti mata pelajaran terakhir dan memilih kabur saja. Pasalnya, pelajaran terakhir adalah Sejarah. Minho lebih suka berhitung ketimbang menghapal. Jadi, murid bengal itu tidak terlalu suka pelajaran Sejarah yang membosankan.
Sepatu kets hitam bergambar tengkoraknya bergantian mengambil langkah menuju tembok belakang sekolah yang biasa dijadikan akses untuk bolos. Tak berapa lama, tiga murid laki-laki berlari melewatinya dengan agak tergesa. Sepertinya adik kelas. Kalau tidak salah, ia beberapa kali melihat orang-orang itu bersama Jinhwan dan Hanbin.
Karena tidak kenal juga, Minho pun memilih tidak ambil pusing. Namun, percakapan panik mereka yang ditangkap oleh indera pendengarannya kemudian, membuatnya secara otomatis menghentikan langkah.
“Di mana kita harus mencari Jinhwan?”
“Mana kutahu! Hanbin hanya bilang Jinhwan sedang dalam bahaya dan kita harus mencarinya!”
“Di sekolah seluas ini?”
“Hei!” Minho memanggil dalam nada tinggi. Suaranya yang menggelegar berhasil menghentikan percakapan hingga langkah kaki ketiga murid itu seketika.
Ketiganya refleks membalikkan badan. Ketika mendapati seorang senior sedang berjalan mendekat dengan aura dingin, mereka pikir mungkin senior itu marah karena tadi dilewati begitu saja tanpa disapa.
Alhasil, tiga junior itu agak membungkukkan badan memberi hormat.“Kalian membicarakan sesuatu tentang Jinhwan?” Minho bertanya.
Junior dengan nama Lee Donghyuk di dada kiri yang pertama kali mengangkat kepala. Sepertinya agak terkejut. Ia menjawab dengan sedikit terbata, “I-iya, Sunbae. Kami sedang mencari Jinhwan.”
“Jinhwan kenapa?”
“Kami tidak tahu, t-tapi tadi Hanbin menelepon dan bilang Jinhwan sedang dalam bahaya. Jadi, kami disuruh untuk mencarinya.”
Rahang Minho mengeras. Pertama, karena mendengar Jinhwannya sedang dalam bahaya. Kedua, tentu saja karena ada nama Hanbin di sana yang membuatnya mendadak darah tinggi.
“Kita berpencar. Cari tempat yang berkemungkinan sepi dan jauh dari jangkauan orang-orang.” Minho tiba-tiba memberikan intruksi.
Ketiganya yang kebingungan, akhirnya menurut saja dan berlari ke arah yang berlawanan, sementara Minho kembali menuju belakang sekolah.
Sial, ia tidak tahu apa yang sedang terjadi.
Terlepas dari kabar itu benar atau tidak, tetapi mendengar bahwa Jinhwan sedang dalam bahaya membuat panik menjalari seluruh tubuhnya. Baru kemarin ia begitu bahagia, melepaskan rindunya, menyadari bahwa hal-hal buruk yang lalu sudah tertinggal jauh di Jeju.
Ia tak ingin Jinanie-nya dalam bahaya lagi. Ia tak ingin Jinanie-nya ketakutan lagi.
Minho akhirnya sampai di belakang sekolah, bersama Donghyuk yang ternyata memikirkan tempat yang sama. Ia pun melirik kanan-kiri di sekitar halaman yang sepi. Biasanya, bagian sekolah ini hanya dijadikan tempat untuk meletakkan perangkat sekolah yang telah rusak. Hanya ada satu ruangan dan itu adalah gudang penyimpanan.
Mungkinkah? Minho membatin.
Selagi Donghyuk mencari di sekitar tumpukan meja dan kursi, Minho berbelok untuk memeriksa gudang penyimpanan. Ia memutar kenopnya dan ternyata terkunci. Ruangan itu tidak pernah dikunci sebelumnya. Minho tahu, sebab ia beberapa kali bersembunyi di sana bila ketahuan membolos oleh guru piket.
Tidak ada pilihan lain, akhirnya pemuda tinggi itu mendobrak pintu dengan tubuhnya yang bongsor. Beberapa kali menabrakkan diri, engsel pintu pun terlepas dan daunnya membuka. Ia segera menyerbu ke dalam.

KAMU SEDANG MEMBACA
LOST.
FanficAda hal dari masa lalunya yang harus Jinhwan kubur dalam-dalam. Namun, siapa yang mengira bila tempat pelariannya yang baru justru menjadi tempat paling tepat untuk mengingat kembali masa-masa kelamnya yang lalu? •7 Agustus 2018