13| TERLAMBAT

525 113 35
                                    

Pada saat bel istirahat berbunyi, Jinhwan lebih memilih berdiam diri di bangkunya daripada pergi ke kantin seperti teman-temannya yang lain. Matanya melirik ke arah bangku sebelah yang kosong, sebelum mendarat kepada ponsel pipih di atas mejanya. Menghela napas berat, pemuda itu menyalakan layar ponsel hanya demi mengecek pesan yang masih menggantung pada notifikasi akibat belum dibuka.

Sebuah pesan dari Hanbin kemarin malam.

Perlahan, ia menggerakkan jari untuk menyentuh notifikasi tersebut.

Hanbin:
Besok aku tampil pukul 1 siang.


Daripada membalas, Jinhwan justru kembali memberikan respon yang sama. Sebuah dengusan jengkel. Tetapi, matanya tetap beralih kepada angka yang menunjukkan waktu di sudut layar ponselnya.

Pukul 12.03.

Apa masih sempat jika menyusul ke sana?

"Jinhwan, iku kita bolos, yuk?" tegur Donghyuk. Bobby dan Chanwoo mengekori pemuda itu yang sudah berdiri di depan meja Jinhwan.

Jinhwan mengangkat sebelah alis bingung. Semalas-malasnya tiga murid itu belajar, rasa-rasanya mereka tidak pernah memilih bolos. Paling kalau bosan di kelas hanya tidur seperti Bobby, atau diam-diam main game seperti Chanwoo, atau pura-pura ke toilet seperti Donghyuk yang padahal tujuannya adalah ke kantin untuk membeli cemilan.

"Bolos?" ulang Jinhwan.

"Iya! Hari ini kan Hanbin ikut kompetisi menari. Ayo, kita datang dan mendukungnya!" Donghyuk mengajak penuh semangat. Bobby dan Chanwoo di belakangnya ikut mengangguk saja.

Ingin, sih. Tapi...

"Tidak, ah. Kalian saja." akhirnya Jinhwan menyahut. Berdiri dari duduknya, pemuda mungil itu beranjak pergi membawa serta ponselnya tanpa basa-basi.

Donghyuk, Bobby dan Chanwoo hanya bisa melongo ketika mereka dilewati begitu saja.

Keluar dari kelas, Jinhwan sibuk menepuk-nepuk bibirnya sendiri. Pemuda itu kesal. Bagaimana ia bisa lebih menuruti egonya daripada hatinya yang jelas-jelas ingin sekali melihat penampilan Hanbin. Padahal, sebelum mereka perang dingin, Hanbin selalu membicarakan kompetisi menari itu. Selalu mengingatkan Jinhwan hari tampilnya. Bahkan, semalam pun masih diingatkan.

Jinhwan kembali memandangi pesan Hanbin di layar ponselnya, selagi kaki-kaki pendeknya membawa langkah entah ke mana.

Dilihat lama-lama jadi semakin ingin pergi.

"Hahh...." Jinhwan mendesah frustasi.

Ia mengacak rambut dan menghentak-hentakkan kaki tidak karuan demi melampiaskan rasa jengkel. Mau pergi jaim, tidak pergi galau.

Sulit memang menjadi remaja labil.

Tak berapa lama, Jinhwan jadi tersentak. Dirinya sudah berjalan sejauh mana sebetulnya? Saat tiba-tiba suasana di sekitarnya menjadi asing dan sepi, pemuda mungil itu pikir mungkin dirinya sudah terdampar sampai ke dekat gudang penyimpanan.

Karena takut tersesat (bagaimanapun Jinhwan masih berstatus sebagai anak baru dan YG High School memang cukup luas), ia pun berbalik cepat ingin kembali kelas.

Tetapi, seseorang tiba-tiba membekapnya dari belakang.

"Hmp!"

Jinhwan meronta saat kedua lengan kekar itu menyeret dirinya secara paksa. Kepalanya menoleh, mencoba untuk mencari tahu wajah pelaku, tetapi sayangnya tak bisa terlihat jelas. Yang pasti, seseorang itu berbadan tinggi dan mengenakan seragam yang sama dengannya.

LOST.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang