"Yeoboseyo?"
"Dokter Kwon, ini Min Hyorin."
"Ah... Hyorin-ah. Sudah lama sekali rasanya sejak terakhir kali kita bertemu di Jeju."
"Jangan berlebihan. Itu kan baru beberapa bulan yang lalu."
"Hahaha.... Mungkin aku hanya terlalu rindu. Jadi, bagaimana kabar kalian? Apa Seoul jauh lebih baik."
"Ya, semua lebih baik disini, Dokter Kwon. Kupikir.... Jinhwan benar telah melupakan semuanya."
"Bukankah itu adalah kabar yang baik?"
"Eum. Kau benar."
.
.
Hanbin melotot. Bola matanya membesar hampir keluar, ketika sunbae yang paling tidak ingin ia lihat datang menghampiri kelasnya sesaat setelah bel pulang berbunyi. Dan, semakin melotot tatkala Jinhwan justru menyambut kakak kelas itu seakan sudah biasa.
"Sunbae, kau tidak perlu repot-repot menjemputku kemari." Jinhwan berujar, berdiri dari bangkunya sembari menyampirkan ransel meghadap Minho.
Minho tersenyum. "Kelasmu lebih dekat ke perpustakaan daripada kelasku, jadi aku memutuskan untuk menjemputmu saja sekalian."
Merasa kesal karena diacuhkan, Hanbin pun mengambil posisi di antara keduanya. Kembali menyembunyikan tubuh mungil Jinhwan di belakang punggungnya yang lebar dengan sikap protektif.
"Apa-apaan ini? Kenapa sunbae genit ini yang menjemputmu?" protes Hanbin. Bertanya pada Jinhwan, tetapi matanya menatap lurus pada manik legam milik Minho.
"Oh!" Minho pura-pura memasang ekspresi terkejut. "Kau belum memberitahunya ya, Jinanie?"
Karena Jinhwan diam cukup lama, Hanbin pun sedikit melirik ke belakang. Pemuda mungil itu terlihat menghela napas sembari menunduk.
"Mulai hari ini, Minho sunbae akan mengajariku matematika setiap pulang sekolah." katanya. Perlahan mengangkat kepala untuk bertemu dengan wajah Hanbin yang kembali menegang akibat emosi.
"Kenapa harus dengannya, sih? Kau tidak ingat tadi-"
"Iya, iya, aku mengerti." potong Jinhwan cepat sebelum Hanbin sempat membeberkan tentang Jinwoo dan kawan-kawannya. Kan tidak enak bila Minho sampai tahu.
Buru-buru ia melirik Minho yang hanya mengangkat sebelah alis bingung, sebelum kembali beralih kepada Hanbin. Sebisa mungkin mengubah volume suaranya menjadi mode bisik.
"Nilai Matematika-ku nol, jadi Yunho sonsaengnim meminta Minho sunbae untuk membantuku dalam belajar. Aku tidak mungkin menolak perintah Wali Kelas kita, kan?"
"Apa setiap hari?"
Jinhwan mengangguk pelan. "Setiap hari sepulang sekolah."
Otomatis, jawaban tersebut membuat Hanbin membelalak. Menatap Minho dengan begitu horror seakan pelaku penculikan anak di bawah umur.
"Kalau begitu aku ikut belajar juga! Nilai Matematika-ku kan tidak bagus-bagus amat." kata Hanbin. Menyunggingkan senyum miring kepada Minho. "Bolehkan, Sunbae?"
Minho hanya memutar mata jengah, lantas berbalik dan mulai berjalan menuju pintu kelas sembari berujar, "Ya, ya, terserah kau saja."
Di belakang punggungnya, Hanbin tersenyum sumringah kepada Jinhwan dan mengajak pemuda mungil itu ber-high five ria.
Ketiganya berjalan santai menyusuri koridor-koridor lenggang. Setelah bel pulang sekolah berbunyi, koridor memang terasa lebih sepi. Kebanyakan siswa akan langsung meninggalkan sekolah, kecuali bagi mereka yang ingin belajar tambahan atau memiliki ekskul.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST.
Fiksi PenggemarAda hal dari masa lalunya yang harus Jinhwan kubur dalam-dalam. Namun, siapa yang mengira bila tempat pelariannya yang baru justru menjadi tempat paling tepat untuk mengingat kembali masa-masa kelamnya yang lalu? •7 Agustus 2018