2 jam menegangkan

110 9 0
                                    

Rara berjalan menghampiri rama bara dan reiyhan yang sedang membantu untuk menyenderkan tubuh rama di sofa ruang tamu, tiba tiba seorang wanita paruh baya keluar dari dapur dengan ekspresi kebingungan.

"Ehh non ini den rama kenapa" ucapnya panik.

Setahu rara wanita itu bukan mamanya rama rara langsung menyimpulkan bahwa wanita tersebut adalah bibi nya rama.

"Saya gak bisa ceritaain sekarang bi, bibi bisa tolong bantu saya ambilkan handuk dan sedikit air hangat?"

"Oh iya non tunggu sebentar" ucapnya seraya berjalan.

"Ehh kalian ke depan aja ya main sama farel kayaknya sih adiknya kak rama gue gak mau farel tau tentang keadaan kak rama biar kak rama jadi urusan gue" suruh rara memohon.

Bara dan reiyhan pun mengangguk paham  dengan yang diucapkan rara tinggalah rara dan rama berdua di sebuah ruang tamu yang cukup mewah dan besar dengan baju seragam yang masih menempel di tubuh mereka. Seketika bibi datang dengan langkah yang tergopoh gopoh membawakan handuk dan air hangat.

"Makasih bi"

"Iya non bibi ke dapur dulu mau buatin teh hangat" ucap bibi.

"Sekali lagi makasih ya bi" senyum ramah rara.

Tanpa pikir panjang rara segera mengambil handuk yang dibawakan bibi dan merendamnya sekejap di air hangat untuk membersihkan  luka di wajah rama.

Rara terkesima melihat wajah rama yang begitu gagah dan tampan walaupun dipenuhi luka di wajahnya perlahan rara mengusap lembut sudut bibir rama dengan handuk yang sudah direndam ke air hangat.

Seulas senyum bahagia terukir di bibir mungil rara ia bahagia bisa kenal dan bertemu dengan rama ia bukan lagi malaikat penolong tapi ia seperti bayangan diri rara yang slalu akan bersamanya walaupun belum bisa rara menggapainya.

Setelah selesai membersihkan luka darah segar di wajah rama, rara menaroh kembali handuk diatas baskom dan kembali memandangi wajah rama penuh intimidasi. Rara benar benar jatuh akan pandanganya hingga tak sadar rama sudah membuka mata gagahnya membuat rara harus sedikit mengubah raut wajahnya agar tidak kepergok oleh rama.

"Aww" pekik rama seraya bangkit dari tidurnya.

Rara pun membenahi poisisi duduk nya dan berlagak sedang memandangi sekeliling rumah rama, rara lakukan agar tak ada kecurigaan yang timbul di pikiran rama.

"Udah deh diterusin aja ngliatinnya gue gak bakal keganggu kok" celetuk rama.

"Hi-shh apaan sih kak" jawab rara gugup benar benar gugup.

Bibi pun datang membawa nampan yang berisi dua gelas teh hangat dan peralatan peralatan P3K.

Tanpa basa basi rara mengambil segelas teh hangat dan segera membantu rama untuk meminum teh tersebut. Jelas sekali terlihat dari raut muka rara yang sangat sangat gugup dan canggung.

Bibi memberikan obat merah dan hansaplast kepada rara untuk di tempelkan di wajah rama yang terluka agar lukanya tidak dibiarkan terus menganga. Perlahan rara membasahi kapas dengan obat merah dan mulai melumas sedikit demi sedikit ke luka di wajah rama. Rama terus memekik menahan kesakitan, setelah dibersihkan dengan obat merah rara pun merekatkan hansaplast ke sudut bibir dan di pelipis kanan rama.

"Non bibi kebelakang dulu ya masih banyak pekerjaan" ucap bibi.

"Iya silahkan bi" jawab rara tersenyum ramah.

"Kenapa lo mau obatin gue" tanya rama memegangi luka yang sudah tertutup hansaplast di sudut bibir dan pelipisnya.

"Oh jadi gak mau ya kak diobatin sama adkel?" balas rara tajam.

Rara Rama Dan Sebuah PengununganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang