Part 6 : A breakfast with Maria

858 69 4
                                    

Tyson

      Matahari menembus celah-celah jendela kamar hotel. Membuatku menggelengkan kepala karena silau. Aku bangkit dari tidurku dan berjalan menuju kamar mandi. Oh, wajahku sudah terlihat seperti semula, sudah bermata satu lagi.

      Setelah mencuci muka dan menyikat gigi, aku memakai parfum mist untuk mengembalikan penampilan normalku. Saat selesai, aku keluar dari kamar mandi.

      Maria terbangun sambil menyentuh kepalanya. "Hmmm", gumamnya yang masih memejamkan mata. Seluruh penghuni kamar masih tertidur, hanya aku dan dia yang baru bangun. "Morning", ucapku sambil mendekatinya.
"Huh ? oh, morning Tyson", balasnya sambil tersenyum. Dia sudah sadar.
"How are you ?", tanyaku sambil duduk di atas karpet.
"Gosh, My head is killing me", ringisnya. Aku menyentuh keningnya, sedikit hangat.
"Ayo, kita ke cafetaria. Have some breakfast before we go", ajakku yang kemudian disambut anggukan kecil dari Maria. Kemudian dia berjalan gontai menuju kamar mandi. Aku senang melihat sosoknya yang sekarang. Semalam gadis itu kelihatan begitu rapuh.

      Hingga akhirnya Maria sudah berganti baju. Kaos lengan pendek berwarna merah dan celana yoga, rambutnya dibiarkan tegerai di punggungnya. Sangat anggun dia pagi ini. Lalu kami melangkah ke cafetaria.
"Kau mau pesan apa ?", tanyaku saat kita mengantri di counter. Maria bergumam sambil melihat menu, "Bacon, sosis, dan... milkshake", jawabnya kemudian, aku mengangguk, "Oke".

      Setelah memesan, kami duduk di dekat jendela yang menghadap ke kolam renang. Maria merenggangkan otot-otot tubuhnya dan memijat-mijat lehernya.
"What happen to me?", tanya Maria sambil memijat keningnya.
"You drunk", jawabku. Maria menatapku kaget, "Really ?", aku mengangguk meyakinkan.
"W-What happen ?", tanya Maria lagi, kurasa dia benar-benar lupa ingatan.

      Aku memutuskan untuk tidak membahasnya lagi dan mulai membicarakan hal lain.
"So, Maria, kau mengajar hangar ?", tanyaku sambil menyuap telur mata sapiku, Maria mengangguk, "Ya, gaji mengajar hangar sangat lumayan untuk mencukupi kehidupanku yang, sendirian", ucapnya sambil memutar mata dan terkekeh.
"Kau benar-benar sendirian?", tanyaku sedikit prihatin, tapi Maria mengangguk tanpa beban.
"Ya, sendiri. Sejak ibu meninggal dan ayahku seorang dewa, tidak banyak yang suka dekat-dekat denganku. Kecuali ibu tirimu", jawabnya. Oh, ibunya Percy.
"Bagaimana denganmu ? ibumu masih hidup ?", tanya Maria, sejujurnya aku merasa tersinggung dengan pertanyaannya, tapi, kurasa aku bisa mengerti perasaan Maria dan alasan mengapa ia bertanya demikian.
"Ehm, ibuku merawatku sampai aku berumur 5 tahun, dan kemudian dia pergi. Entah kemana, entah masih hidup atau tidak. You know Cyclops, mereka liar", jawabku, membuat Maria tertegun, kemudian menatapku dengan mata birunya, "But you're not", bisiknya kemudian. Membuatku tersenyum, "Maybe because I am a Demigod", balasku, merasa lebih baik, kemudian Maria terkekeh. "Touche", ucapnya sambil menyuap bacon.

      Sarapan kami sedikit terhenti ketika melihat Anna, Thalia, Percy, dan Grover datang menghampiri meja kami.
"Morning guys!", sapa Maria yang nampaknya sudah sembuh.
"Hei, morning", balas Grover. Entah hanya perasaanku saja atau apa, sepertinya ada yang aneh pada wajah Annabeth.
"You feel better ?", tanya Percy, Maria mengangguk, "I was awful did I ?", ucap Maria sambil mengernyit, Percy mengangguk sambil terkekeh.
"Come on Percy, let's get our meal", ajak Anna yang melemparkan senyum pada Maria.

       Setelah sarapan, kami menyiapkan diri untuk check out dari hotel dan memulai perjalanan kami ke California. Today is gonna be great.

***

Well, how is it ? you like it or not ? ._.

Jangan lupa leave vote and comment ya kawan, every single vote and comment are soooo much worth for me :')

DemigodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang