Part 4 : Something about jealousy

1K 72 3
                                    

Percy

Washington DC.

      Here we are. Washington DC, tempat Hermes menjalankan usaha pengiriman barangnya. Kami langsung memasuki kantornya untuk menemui Hermes. Dan ini dia, dewa perpaketan, Mr. Hermes. "Excuse me sir", ucap Anna pada Hermes yang sedang sibuk dengan komputernya.
"Well hello there. Maaf, kalau anda ingin mengirim barang datanglah kembali besok pagi. Kita sudah tutup", balas Hermes yang kemudian diam ketika melihat Anna dan aku.
"Kalian pasti mencari anakku kan ?", tanya Hermes yang disambut anggukan oleh kami. Ia berjalan ke dalam kantornya, meninggalkan kami di counter pengiriman. Sesaat kemudian ia kembali membawa tongkat yang dihuni dua ekor ular tukang berdebat.
"Tolong cari anakku", perintah Hermes.
"Bukankah dia sudah mati ? ya kan ?", celoteh dua ekor ular itu. Hermes menggeleng, "Tidak, belum. Aku bisa merasakannya", ucap Hermes. Kedua ular itu mulai sibuk mengetik-ngetik komputer. Entah Hermes menyusupkan alat pendeteksi pada Luke atau apa.
"Dia berada di California", ucap salah satu ular.
"Anakmu pasti ingin bekerja sama dengan Hades", ucap yang satunya lagi. Hades pernah menculik ibuku. Jelas saja, dia jahat!
"Thank you Mr
. Hermes", ucap Tyson. Hermes mengangguk,
"Oh ya, Percy, bisakah kali ini, kau menghentikannya ?", pinta Hermes. Aku tertegun sebentar sambil menatapnya, lalu mengangguk, "Doakan kami pak", ucapku.

       Hari mulai gelap. Anna bilang kita harus menginap dulu malam ini sebelum melanjutkan pencarian esok hari. Baiklah, kukira Luke tidak akan kemana-mana selama di CA.

       Kami menyewa sebuah kamar berukuran besar untuk menginap semalaman. Ini mengingatkanku saat pertama kali aku menjalani pencarian. Saat staff penginapan memergoki Grover sedang memegang kepala Medusa, dan setelah itu kami langsung pergi dari penginapan. Kuharap tidak terjadi sesuatu yang aneh di sini.

       Aku berganti baju untuk berenang sejenak, dengan Annabeth menemaniku. Grover sedang asyik menonton tv dengan Tyson dan Maria. Kurasa mereka bertiga akrab. Sedangkan Thalia memilih makan sendirian di cafetaria hotel. Thalia sepertinya masih belum bisa menerima keberadaan Maria sebagai adiknya.
"Wait here, for 7 minutes", ucapku pada Anna ketika sampai di kolam renang. Anna membalas dengan senyun dan berkata, "Okay". Tubuhku mulai terendam di dalam air dan menyelam hingga dasar kolam. Satu-satunya tempat yang membuatku mudah berpikir. Aku hendak memikirkan apa yang akan kulakukan pada Luke saat bertemu dengannya nanti. Haruskah aku membunuhnya ? atau mengubah hatinya ? bukan hal mudah jika aku melakukan salah satu di antaranya.

      Lalu bagaimana dengan Kronos ? jasadnya masih berada di dalam peti itu. Mesti kubakar? tidak, Kronos terbuat dari api.....
     That's it!
Aku anak dewa Posseidon, kenapa tidak mengalahkannya dengan air ? lagipula, aku memiliki pedang terkutuk itu, Curse sword shall rep, begitu kata si peramal. Tapi sebenarnya, tugas siapa untuk mengalahkan Kronos ? aku atau Thalia ?

      Kuputuskan untuk memikirkan siapa itu nanti saja. Setidaknya ada hal yang bisa dicoba untuk mengalahkan Kronos dan Luke. Tubuhku berenang menuju permukaan. Menemui Annabeth yang sedang duduk dengan kakinya yang berendam di kolam.

"That was fast", ucap Anna. Aku tersenyum sambil mengambil handuk yang ia sodorkan.
"Yup, thinking of our quest", balasku, Anna bergumam sambil tersenyum.
"You know Percy, I always believe in you", ucap Annabeth kemudian, membuatku menatapnya, Annabeth membalas tatapanku dengan mata kehijauannya. Tidak, ini bukan tatapan biasa, ada yang lain dari tatapan Annabeth malam ini.
"I think I'm already know about my strong feelings to you", lanjutnya.
"And what is that ? bad or good ?", tanyaku sambil mengeringkan rambut dengan handuk.
"It's a good feelings", jawabnya. Kedua mata kami bertatapan beberapa saat, kemudian wajah Anna mendekat ke wajahku seiring aku mendekati wajahnya, seperti magnet. Hingga hidung kami bersentuhan, saling bertukar napas yang memburu, lalu bibir kami berciuman. Sekali, dua kali, dan ketika lidahku menyesap bibir bawah Anna yang membuka mulut perlahan, kami berhenti.

       "Ehm", deham Anna, aku yakin sekarang wajahku bersemu merah karena malu. Aku menengadah, menatap langit. Gosh, I kissed the daughter of Athena.

***

Maria

       Ponselku berbunyi saat sedang menonton film dengan Tyson dan Grover. Aku memutuskan untuk keluar kamar dan menjawab telepon itu.
"Ya ?", ucapku.
"Maria ? ini aku Lisa", sahut suara di seberang sana. Oh Tuhan, Lisa, aku lupa aku mengajar hangar dan judo untuk anak-anak.
"Oh, ya, hai", ucapku sambil menepuk dahiku pelan.
"Kau sudah 2 hari tidak masuk, kemana saja kau ?", tanya Lisa dengan nada khawatir.
"Umm, Lisa, aku minta maaf sebelumnya tidak memberitahumu. Tapi, keadaanku saat ini sangat sempit, aku memiliki urusan penting", jawabku.
"Urusan apa ? kapan kau akan kembali ?" cecar Lisa. Aku menghela napas.
"Lisa, aku mohon padamu, urusan ini sangat penting dan aku tidak bisa memberitahumu. Aku juga tidak tahu kapan aku kembali. Aku usahakan secepatnya, setelah urusan ini selesai aku segera mengajar lagi", jelasku, kuharap Lisa mau mengerti.
"Oke, baik. Tapi siapa yang akan menggantikanmu mengajar ? mereka sudah bertanya tentangmu sejak kemarin, mereka merindukanmu Maria", aku pun rindu mereka Lisa.
"Bisa kau minta Jake untuk menggantikanku ? minta tolonglah padanya, aku yang suruh, oke ? hubungi aku jika sudah bicara dengan Jake", ujarku.
"Baiklah Maria. Cepat selesaikan urusanmu dan kembali!", ucapnya yang kemudian memutus jaringan sebelum sembat aku membalas ucapannya.

       Aku baru sadar, aku telah melangkah jauh dari rumah. Dua hari yang lalu semuanya terasa baik-baik saja dan aku merasa tidak ada yang aneh, lalu lihat aku sekarang, seorang manusia setengah dewa yang mempunyai kakak dan sekarang aku ada di Washington. What a day.

      Aku sedang bertengger di teras hotel di depan kamar kami, menghadap langsung ke kolam renang. Tunggu, is that Percy and Annabeth ?

     Pandanganku memperhatikan mereka berdua yang duduk berdampingan memunggungiku. Kepala mereka saling berdekatan, are they, kissing ? Gosh.

     Aku memalingkan badan. Merasa ada sesuatu yang membakar hatiku. They kiss, bisikku pada diriku sendiri. Apa ini ? kenapa aku merasa seperti ini ? tidak, tidak boleh begini.

Aku tidak boleh menyukai Percy.

***

DemigodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang