Part 8 : Thalia's dead. what about kronos ?

852 72 0
                                    

Percy

       Pemakaman Thalia telah selesai. Kini kami sedang berdiri di hadapan pusaranya yang berada di hutan California, maybe this is a good place for rest.

      Maria dan Anna masih diam di dekat batu nisan Thalia. Maria yang mengukir nama kakaknya di sana dan Annabeth yang mencari bunga-bunga untuk diletakkan dekat batu nisannya.
"Come on Maria", ajak Anna. Maria menghela napas dan berdiri. "Come on", balasnya pelan. Maria sudah melewati banyak hal yang berat dalam hidupnya. Bahkan ketika bertemu dengan sang kakak. Ironis memang, pada akhirnya Thalia harus mati dengan membuktikan cinta pada adiknya. Mengingatkanku pada Tyson.

     Hari sudah gelap dan kami memutuskan untuk mencari motel terdekat yang ada di bawah bukit Hollywood. Kami menemukan satu, satu-satunya motel yang ada di jalan panjang California.

     Maria termenung sambil duduk di kursi. Menatap keluar jendela. Aku mendekatinya dengan menarik sebuah kursi untuk duduk di sebelahnya.
"Hei", sapaku, menjaga nada bicaraku agar tidak menyinggung perasaannya yang sedang sedih.
"Hmmm", gumamnya sambil tersenyum kecut.
"Feel better ?", tanyaku, Maria menoleh. Menatapku dengan mata biru cerahnya yang terlihat sangat menyedihkan, "Not really", jawabnya kemudian.

       Aku menggenggam sebelah tangannya. Mencoba memberinya kekuatan lewat sentuhanku. Maria menatap tangan kami yang bertautan.
"Apa yang kukatakan ketika aku mabuk Percy ?", tanya Maria. Aku menatapnya.
"Kau bertanya padaku apa kau benar-benar memiliki seorang kakak", jawabku.
"Oh ya ? kau bersamaku saat aku mabuk ?", aku mengangguk.
"Apalagi yang kukatakan ?", tanya Maria yang menatap keluar jendela.
"Hmm, you said, you were falling in love with someone. But the person that you fall for didn't loves you", jawabku. Maria menoleh dengan mata terbelalak, "I did ?", aku mengangguk.
"Orang yang kau maksud itu, Luke ?", tanyaku. Maria menatapku dalam-dalam, lalu terkekeh sambil mengangguk, "Ya".

      Seisi kamar sedang pergi mencari makan malam saat ini. Aku heran apa Maria tidak lapar."Kau tidak lapar Maria ?", tanyaku, Maria menggeleng.
"Tidak, aku lebih ingin mabuk daripada makan", jawabnya, aku terkekeh.
"Ingat kata kakakmu, kau tidak boleh mabuk", ucapku memperingatkan.
"Aku tidak bilang ya saat dia bilang begitu", balasnya. Sepertinya ia sudah baikan.
"Baiklah, aku mau makan malam. Kau ikut atau tidak ?", ajakku sambil berdiri. Maria menatapku sejenak, seperti mempertimbangkan ajakanku, kemudian ia mengangguk.

***

Notes, jadi ceritanya Maria bohongin perasaan sendiri /Yehaaaa baper/

Ditunggu vote and commentnya ya :) thank you~

DemigodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang