Satu

30.4K 1.2K 39
                                    

Wajah Naura terlihat masam, dari tadi bibirnya terus mengerucut persis seperti pantat bebek. Rencananya yang akan bersenang-senang dengan bebas, pergi ke club malam atau semacamnya harus batal, karena ia akan dititipkan dengan Mike sahabat Ayahnya.

Padahal sebelum keberangkatan orang tuanya keluar negeri Naura sudah mengkhayal sedemikian indah, tentang betapa menyenangkan hidupnya tanpa orang tuanya. Mimpi itu kini pupus, saat orang tuanya dengan sepihak mengatakan ia harus tinggal bersama Mike selama orang tuanya berada diluar negeri.

"Sayang, jangan merepotkan Mike ya selama kami tidak ada jadilah anak yang manis." Pesan Mommy Naura, mengusap-usap kepala anak kesayangannya.

"Mike tolong jagalah putri kami."

"Tentu saja Josh aku akan menjaga gadis kecil kalian dengan baik," ucap Mike.

Naura dengan wajah cemberut, membiarkan Mommy dan Daddynya mencium wajahnya bergantian. Tinggalah ia sekarang dengan si tua bangka Mike. Bujang lapuk yang sampai saat ini belum bertemu dengan jodohnya.

"Kau sudah besar sekarang. Waktu bayi aku sering menggendongmu," ucap Mike. Naura mendengus kesal, waktu ia kecil si tua bangka Mike memang sering main ke rumahnya, serta membelikan ia banyak mainan.

"Dimana kamar gue?" Naura bertanya ketus. Mike terkekeh pelan melihat wajah cemberut Naura, ia mengacak-acak rambut abg itu.

"Ikutlah denganku," ucap Mike. Naura dengan malas menarik kopernya mengikuti langkah Mike yang membawanya ke sebuah kamar.

"Kau bisa letakkan bajumu dalam lemari itu. Disebelahnya itu lemari bajuku." Naura mengernyit.

"Baju lo kok ada disini juga?" tajya Naura, memandang Mike dengan heran.

"Disini kamarku." Sahut Mike dengan tampang tanpa dosa.

"Maksud lo kita satu kamar!" Pekik Naura histeris dengan mata melotot hampir keluar dari tempatnya.

"Di apartemenku hanya ada dua kamar. Satunya dipakai untuk ruang kerja, dan satunya lagi ya ruangan ini."

"Idih gila! gue enggak mau satu kamar sama lo. Nanti gue digrepein lagi sama lo!" Mike terkekeh geli, menatap Naura dengan remeh.

"Aku tidak bernafsu dengan bocah kurus kering sepertimu." Mike berbisik di telinga Naura.

"Anjir, dasar bujang lapuk kagak laku!" Umpat Naura dengan kesal membanting kopernya, melihat Mike yang kini melenggang dengan santai meninggalkan ia sendirian di kamar.

*****

Naura keluar kamar sambil mengusap-usap perutnya yang keroncongan, teriakan cacing kelaparan begitu mengganggu telinganya.

"Om gue lapar," ucap Naura menghampiri Mike yang berada di ruang kerjanya.

"Ingin makan apa? biar delivery." Naura memutar bola matanya.

"Dikulkas lo ada apa? Gue pengen makan masakan rumah," ucapnya.

"Memang bocah sepertimu bisa masak?" ujar Mike, ia tak yakin abg di depannya ini bisa memasak dari penampilannya sungguh tidak menyakinkan.

"Jangan ngeremehin gue, gini-gini gue bisa masak. Lo mau gue bikinin apa? tenang. Gue bisa masak apapun yang lo mau, asal bahan-bahannya lengkap," ucap Naura dengan rasa percaya diri yang tinggi.

"Kalau begitu masakan kari ayam untuk menu makan malam kita," ucap Mike sembarangan, ia ingin menguji gadis ini.

"Oke." Sahut Naura, membalik tubuhnya dengan gaya sok elegan, serta mengibaskan rambut panjangnya yang kusut masai. Mike hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan abg itu. Ia memang sudah mendengar cerita dari Josh, Ayah Naura kalau bocah itu sangat nakal.

*****

"Makan malam sudah siap!" Teriak Naura menggema, gadis itu melongokan kepalanya di ruangan Mike.

Mike menatap Naura dengan heran. Belum ada sepuluh menit gadis itu pergi dia sudah datang kembali dengan mengatakan makan malam sudah siap. Ada yang tidak beres, pikir Mike.

"Om, ayo kita makan malam bareng. Kari ayamnya sudah siap lo harus nyobain masakan gue. Dijamin bikin lo ketagihan." Naura menghampiri Mike, menarik tangan pria itu agar mengikutinya.

"Tadaaa....!" Naura membuka tudung saji dengan gembira memperlihatkan hasil masakannya pada Mike yang kini melotot ngeri melihat apa yang disajikan Naura.

"Jangan menilai buku dari covernya, begitupun dengan masakanku. Jangan menilai dari bentuknya, tapi nilailah dari rasanya nanti," ucap Naura dengan senyum culas tersungging di bibirnya.

"Aku memintamu untuk memasak kari ayam, bukan mie instan," kata Mike, menatap mie instan yang dipenuhi oleh banyak potongan cabe rawit sebagai campurannya.

"Kari ayam dalam bentuk mie instan! cobalah kau akan ketagihan dengan masakanku," ucap Naura.

"No, yang ada aku akan mati karena mie instanmu yang banyak cabainya itu." Naura memegangi dadanya dengan gaya alay. Gadis itu ambil acang-acang akan menangis dan pecahlah tangisan buayanya.

"Hikss.... lo kok jahat banget sih om, lo enggak ngehargain gue udah cape-cape masak, sampai tangan gue merah kaya gini kena air panas." Naura menujukkan tangannya yang memerah, tadi ia memang sempat terkena air panas. Tapi itu sebenarnya tidak sakit, dasarnya Naura yang jahil ia sangat ingin mengerjai Mike.

"Eh, jangan menangis," ucap Mike dengan panik. Naura dengan gencar melancarkan akting recehnya.

"Kalo lo enggak mau makan masakan gue, gue bakal nangis sampai pagi!" Teriaknya.

"Baik, aku akan menghabiskan masakanmu tapi berhentilah menangis."

"Beneran enggak tuh?"

"Iya, jangan menangis Naura anak manis," kata Mike. Naura tersenyum lebar melihat Mike menyantap mie buatannya. Saat ini Naura tengah berusaha menahan tawanya, melihat ekspresi tersiksa Mike menyantap mie pedas itu.

"Mampus, siapa suruh ngatain kurus kering tadi." Batinnya, Naura tersenyum mesem-mesem saat Mike menatapnya.




Naura dan Mike Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang