PART 9. 2 - RECONCILIATION

49.2K 2.6K 136
                                    

WARNING: 21+
Written by. CH-Zone

Ini kan yang kalian mau? 🙃

"Aku memberimu waktu untuk melampiaskan kemarahanmu padaku," balas Noel sambil menatap Vanessha penuh arti dengan ekspresi memuja. "Aku merindukanmu, Cantik."

Noel mengadu kesakitan saat Vanessha membalasnya dengan menekan keras kepalanya karena gemas. Terlihat tidak menyukai bagaimana Noel masih bisa bersikap santai padanya.

"Aku tidak peduli dan lebih baik kita keluar dari sini untuk mencari pengobatan karena... hmmmphhhh."

Noel tidak ingin membuang waktu untuk mendengar ocehan wanita itu karena kerinduannya sudah meluap begitu besar hingga tidak tahan untuk menciumnya dalam, keras, dan kasar. Begitu manis dan hangat, itulah bibir yang dirindukannya. Dalam hatinya tersenyum karena Vanessha membalasnya.

Selama beberapa saat, mereka berciuman dan saling memberi balasan lewat hisapan, gigitan, liukan lidah yang seolah mengais kehangatan dan kenikmatan yang tertahan selama ini. Hingga akhirnya, Vanessha menghentikan ciuman itu dengan mendorong bahu Noel sambil bernapas kasar.

"Hentikan, Noel," ucap Vanessha.

"Tidak, aku tidak akan berhenti dimulai dari sekarang. Kau milikku dan selamanya akan seperti itu," tegas Noel.

"Jangan membuatku membencimu," balas Vanessha serius.

Wanita itu seperti kedinginan dan Noel segera beranjak untuk mengambil jubah mandi lalu memakaikannya. Dia juga mengambil handuk kecil yang lain untuk mengeringkan rambut Vanessha.

"Jangan mengatakan sesuatu yang tidak keluar dari hatimu, Sayang. Aku tahu jika kau merindukanku karena aku sangat merindukanmu," ujar Noel riang.

"Aku bukan wanita polos yang bisa kau bodohi seperti waktu itu, Noel," desis Vanessha sambil merebut handuk kecil yang ada dikepalanya dan bergantian memakai handuk itu untuk menekan ke sisi kepala Noel yang masih berdarah.

Senyuman Noel mengembang melihat sikap manis yang ditampilkan Vanessha padanya. Meski marah tapi dia masih begitu perhatian dan penuh kasih.

"Kau itu wanita yang cerdas dan kuat, aku tidak pernah menganggapmu bodoh. Sebaliknya, aku selalu mengagumi dan menginginkanmu saja," balas Noel hangat dan langsung meringis karena Vanessha kembali menekan kepalanya dengan keras.

"Aku tidak suka dengan omong kosongmu. Kita harus segera mengobati luka ini," ucap Vanessha tegas sambil menarik Noel keluar dari area powder room menuju ruang tidur sambil menghindari pecahan kaca yang masih berserakan di lantai.

Vanessha menyuruhnya duduk dan segera mengambil satu kotak putih yang ada di sudut kamar yang berisikan obat-obatan untuk pertolongan pertama. Dengan telaten, dia memberikan pengobatan umum di sisi kepala Noel yang terluka.

Sebenarnya, luka yang didapati Noel tidaklah parah. Luka itu tidak berarti apa-apa dibandingkan dengan luka tembak, lebam akibat benturan hebat, dan cedera yang didapatinya saat pelatihan. Tapi melihat bagaimana Vanessha merawatnya dengan sorot mata cemas membuat perasaannya menghangat karena perhatian wanita itu.

Dengan rasa rindu yang sudah tak tertahankan, Noel sengaja menarik tali jubah handuk yang dikenakan Vanessha dan menampilkan tubuh telanjangnya yang menyenangkan penglihatan, lalu kemudian satu tangan terarah untuk meremas payudara begitu saja. Vanessha berseru kaget karena kejadian yang begitu cepat dan bergerak menjauh dengan dua tangan yang masih memegang obat luka dan kain kasa.

"Apa yang kau lakukan?" seru Vanessha geram.

Menyeringai sambil beranjak, Noel tidak ingin membuang waktu untuk bermain-main lagi. Sudah saatnya menuntaaskan apa yang tertahan dari dalam diri selama ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UNSTOPPABLE PLAYER (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang