Hari yang menyebalkan

62 13 11
                                    

Seorang gadis berseragam putih abu-abu sedang berlari kearah lapangan, sesekali ia menabrak orang yang sedang lewat dan hanya meminta maaf lalu melanjutkan lagi larinya.

"Aduh aku capek nih lari-lari dari gerbang kesini, tau taunya belum ada orang" ucap gadis itu yang masih mengatur nafasnya.

"Tau gitu aku nggak usah lari tadi, mending kekelas dulu huhh" katanya sambil mengeluarkan handphone untuk mencari kelas X IPA 1, yah dia mendapat kelas unggulan.

Ketika ia berjalan dengan masih memegang hp, tiba-tiba seseorang menabraknya dari depan sehingga membuat hp yang Sabira pegang terjatuh.

"Aduh kalo jalan nggak usah nabrak dong, kan jadinya hp aku jatuh" gerutunya sambil menatap sengit kearah pria yang tadi menabraknya.

"Maaf, tadi gue buru-buru" kata pria itu mengembalikan hp sabira yang sempat jatuh.

"Iya aku maafin, tapi lain kali nggak boleh gitu lagi yah. Kan kasian hp aku jatuh gimana kalau hp kamu yang jatuh terus rusak? Pasti kamu marah kan" omel Sabira, lalu mengambil dengan kasar hpnya dari pria itu.

"Iya bawel" ucap pria itu dengan pelan lalu pergi meninggalkan Sabira yang masih memasang wajah kesalnya karena pria itu.

"Udah salah, malah marah-marah lagi. Dasar cowok nyebelin" batin Sabira.

...

X IPA 1 ruangan biru yang berada disudut kanan, Sabira sudah berada didepan kelasnya tapi dia enggan untuk masuk entah apa yang membuatnya tidak mau masuk.

Sabira menghela nafas lalu masuk kedalam kelas.
"Assalamu'alaikum" seketika kelas yang tadinya ribut mendadak hening dengan kehadiran Sabira.

"Sabiraaaaa" teriakan itu membuat Sabira mencari dimana asal suara tersebut, ternyata dia teman sekelas Sabira waktu SMP, namanya Agita Safitri.

"Sabira yaampun, ternyata lo juga masuk disekolah ini"

"Iya, duh jangan peluk gini dong malu diliatin orang" Sabira melepaskan pelukan Agita.

"Abisnya gue kaget ngeliat lo masuk disini juga hehe"

"Sebenernya aku nggak daftar sekolah disini sih" kata Sabira yang membuat Agita kaget sampai matanya terbelalak lebar.

"Hah? Maksud lo apa?"

"Iya, aku disini letjen" Kata Sabira dengan berbisik kearah Agita

"Hah? Letjen itu apa?" tanya Agita penasaran yang membuat Sabira gemas sendiri dengan teman smpnya itu.

"Letjen itu lewat jendela Agita"

"Lo masuk kesekolah ini lewat jendela? Nggak ketahuan guru lo? Ya ampun Bira, kok ngeri yah"

Sabira yang sudah gemas dengan tingkah Agita lantas memukul jidatnya seakan-akan ia lelah menghadapi sikap polos Agita.

"Udah ah yang jelas aku masuk sekolah ini" kata Sabira berjalan meninggalkan Agita yang masih tidak mengerti dengan yang dimaksud Sabira.

"Ohiya, bangku kamu dimana Git?"

Agita yang tersadar langsung menunjuk bangku dibarisan ketiga, saat hendak berjalan kearah bangku yang ditunjukkan oleh Agita, Sabira terkejut melihat pria yang tadi menabraknya sedang duduk dibangku barisan sebelah Sabira tengah duduk.

"Kamu?"
"Lo?" Ucap mereka bersamaan saling menunjuk satu sama lain.

"Eh kalian udah saling kenal yah?" tanya Agita menatap kedua orang tersebut.

"Enggak" ucap mereka bersamaan lagi, lagi dan lagi mereka hanya saling tatap seakan-akan tatapan mereka adalah tanda kalau mereka sedang berperang.

"Loh kenapa kalian jawabnya kompakan?" Agita bingung kenapa Ahza dan Sabira bisa saling mengenal?

"Eh kalian emang udah saling kenal yah?" tanya Agita lagi.

"Ini nih cowok nyebelin yang tadi nabrak aku dilapangan, terus hp aku juga jatuh gara-gara dia"

"Lah kan gue tadi udah minta maaf, kenapa lo malah ngungkit lagi. Kalau nggak ikhlas maafin bilang dong"

"Tadikan aku bilang udah maafin kamu"

"Terus kenapa lo malah sensian gitu pake tunjuk-tunjuk gue segala lagi" kata Ahza sambil memutar bola matanya kesal karena sikap labil perempuan disebelahnya itu.

"Eh udah dong, kok malah berantem. Sekarang kalian baikan terus kenalan deh" kata Agita lalu menarik tangan Sabira dan Ahza agar mau bersalaman.

Sabira langsung menarik tangannya yang dipegang oleh Agita
"Maaf bukan mukhrim, nama aku Sabira Aqila Putri"

"Siapa juga yang mau pegang tangan lo, nama gue Ahza Danish"

"Nah gitu dong, kalau udah kenalan kan enak. Kalau ada apa-apa tinggal manggil aja kan udah saling kenal hehe" Sabira yang melihat Agita cengengesan merasa tambah kesal, Sabira seakan dikerjai oleh temannya itu.

"Sabar Sabira sabar, orang sabar disayang Allah" Batin Sabira.

Teet.. Teett..
Perhatian, diharapkan kepada seluruh murid kelas X agar kiranya dapat berkumpul dilapangan sekarang juga, terima kasih.

"Yuk Sab, itu udah ada pengumuman kita disuruh kelapangan sekarang. Bawa topi nggak yah?" tanya Agita.

"Bawa ajalah, siapa tau upacara kan. Ohiya Git, kamu belum mau pake jilbab yah?" tanya Sabira hati-hati, takut menyinggung Agita

"Hm, gue sih mau Sab tapi gue nggak tau cara pakenya. Lo tau kan gue udah lama nggak pernah pake jilbab lagi"

Jawaban Agita membuat Sabira menghela napas lega, ia kira perkataanya membuat Agita tersinggung nyatanya tidak sama sekali.

"Yaudah ntar aku ajarin kamu, gimana? Tapi kamu kerumah aku yah?"

"Oke cantik"

Mereka pun keluar dari kelas menuju kelapangan, ternyata mereka cukup lama didalam kelas karena dilapangan sudah banyak anak kelas X dan tentu ketua osis dan juga antek-anteknya.

Bersambung
...

Untuk part 1 nya sampai sini dulu yah, aku mau liat nih cerita ini banyak yang suka atau nggak? Semoga aja kalian pada suka yah :)

Kalau kalian suka, aku harap jangan jadi pembaca gelap dong. Aku mau kalian vote dan komen cerita ini.
Biar aku tambah semangat nulisnya heheh

Antara Harapan Dan KenyataanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang