Ternyata Dia

16 1 0
                                    

Budayakan vote sebelum membaca, kalau lupa bisa setelah membaca juga kok. Yang jelas kalian ngevote hehe

...

Setelah ujian semester dan libur panjang, Sabira kembali bersekolah sebagai murid kelas 2 SMA tidak ada yang berubah dari sekolahnya hanya saja kini ia berada dikelas yang berbeda bahkan teman-teman kelasnya masih mereka yang sebagian sangat menyebalkan bagi Sabira.

"Assalamu'alaikum." dengan berjalan pelan menuju meja kedua dari dekat pintu, yah ia dan Agita memang sudah membooking tempat duduk.

"Wa'alaikumsalam eh Ra gimana liburannya? Lo liburan kemana?" Sabira yang baru saja duduk dikejutkan oleh suara dibelakangnya.

"Eh aku kira nggak ada orang dibelakang, nggak liburan kemana-mana kok."

"Ah masa sih nggak liburan kemana-mana." Sabira sedikit kesal dengan temannya itu selalu saja tidak percaya dengan apa yang dia ucapkan.

"Assalamu'alaikum." Sabira menoleh kearah depan yang baru saja dilewati oleh Ahza.

"Wa'alaikumsalam ngapa tuh muka? Udah kayak baju yang belum disetrika, lepek amat." kata Fauzy sang ketua kelas, Ahza hanya diam terus berjalan menuju tempat duduknya.

"Ohiya guyss mumpung kalian udah pada kumpul, gue mau minta pendapat nih sama kalian." Kata Fauzy mengundang perhatian teman sekelasnya.

"Gimana kalau kita ubah posisis bangku kita menjadi bentuk U? Biar nggak ada lagi tuh yang ketutupan orang besar." Fauzan yang merasa tersindir hanya menatap tajam sang ketua kelas.

"Hehe bukannya nyinggung yah, gue cuma bicara sesuai fakta. Jadi gimana? Kalian setuju nggak?"

"Gue sih setuju-setuju aja." kata Salim acuh.

"Gue juga setuju."
"Kenapa mesti diubah sih? Males banget deh."
"Bagusan juga gini, udah nggak usah diubah-ubah deh."
"Kalau yayang Salim bilang iya, gue juga setuju hehe." Salim yang mendengarnya hanya bergidik ngeri.

"Gimana Ra? Za?" Sabira dan Ahza yang sejak tadi tidak ikut memberi suara lagi-lagi dipanggil oleh Fauzy.

"Aku sih terserah."
"Gue sih terserah" jawaban mereka yang sama membuat semua yang berada dikelas sibuk bersiul dan menggoda Sabira dan Ahza.

"Cihuyyy babang Ahza sama neng Sabira samaan mulu nih yee."
"Adek baper masss."
"Ngak kuat akutuh."
"Halalin dong halalin." Sabira yang mendengar Agita juga ikut-ikutan hanya memandang sinis kearahnya.

"Udah woii udah."
"Oke, karena semua udah setuju kita sepakat untuk merubah bangku ini menjadi bentuk U."
"Ayo berubahhhh." Teriakan Fauzy sontak membuat semuanya tertawa terpingkal-pingkal, ada juga yang memulai mengubah posisi bangku mereka.

...

Setelah kegiatan merenovasi kelasnya, Sabira dan Agita pun segera menuju kantin. Melihat kantin telah dipenuhi murid-murid dari kelas 1-3 ia pun mengurungkan niatnya untuk makan dikantin.

Namun ketika hendak berbalik Sabira dikejutkan oleh suara dan tangan yang memegang lengannya.

"Kamu Sabira kan?"

Antara Harapan Dan KenyataanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang