Kecelakaan yang tak diinginkan

20 6 1
                                    

Budayakan vote sebelum membaca, kalau lupa bisa setelah membaca juga kok. Yang jelas kalian ngevote hehe

....

Pagi-pagi begini Sabira sudah disibukkan dengan mencari topi, dasi dan kaos kakinya yang tiba-tiba hilang secara bersamaan

"Kak, kak Hana liat topi, dasi, sama kaos kaki Sabira nggak?" Teriak Sabira dengan kencang

Teriakan Sabira membuat nenek, kakek dan Kak Hana segera menghampiri kamar Sabira

"Ya Allah ndok kamu lagi cari apasih? Kok kamarnya kayak kapal pecah begini" Sabira menoleh sekilas lalu melanjutkan pencariannya yang sempat tertunda

"Nenek liat topi, dasi sama kaos kaki Sabira nggak nek?"

"Bukannya kamu cuci yah? Itu dibelakang masih ada dijemuran"

Sabira berlari ke halaman belakang mencari keperluan upacaranya, akhirnya ia bisa bernafas lega ketika melihat topi, dasi dan kaos kakinya tergantung dengan indah dijemuran

"Kamu itu buat aku takut tau nggak, takut kamu pergi ninggalin aku saat lagi sayang-sayangnya" Sabira merasa geli sendiri mendengar ucapannya barusan.

"gimana ndok udah dapat?" tanya nenek Mar dan diangguki Sabira dan tersenyum manis.

"Makanya kalau taruh sesuatu itu diinget-inget dulu yang baru panik kayak tadi."

"Iya kek, yaudah Sabira berangkat sekolah dulu yah. Ayo kak"

Hana yang melihat kelakuan aneh adiknya hanya geleng-geleng kepala, aneh kenapa adiknya sangat senang pagi ini.

"Kak bentar aku sama Agita mau kepasar tradisional yang dekat Mall, mau beli kudung langsung. Sekarang kan Sabira udah masuk rohis" Hana yang mendengar cerita Sabira hanya tersenyum, ia senang kalau adiknya bahagia.

"Iya, ini kakak tambahin uangnya. Jangan beli yang aneh-aneh yah dek, kakak pergi dulu. Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam warahmatullah, dadah kakakku yang cantik."

Setelah dirasa Hana telah jauh, Sabira melangkah dengan hati yang senang juga tidak seperti biasanya ketika ada yang menyapa kali ini Sabira menanggapi dengan senyuman manisnya.

"Assalamu'alaikum teman-temanku yang berbahagia" seisi kelas yang mendengar sapaan Sabira hanya bisa melongo saking terkejutnya.

"Tumben lo nyapa sambil senyum gitu, biasanya juga salam terus duduk aja dibangku lo. Kesurupan yah lo?"

"Hehe aneh ya Ta? Padahal aku coba untuk keliatan friendly loh" kata Sabira dengan bibir yang mengerucut lucu.

"Gapapa Ra, justru bagus kalau lo mau nyapa kita semua" kata Fauzy.

"Mm Ra boleh bicara berdua nggak?" Sabira menoleh kearah Ahza dengan alis mengerut bingung.

"Boleh, ayo"

"Eh ngapain ngajak kesini?" Sabira heran kenapa Ahza mengajaknya kehalaman belakang kelas.

"Ra, kamu suka kan sama aku?"

"Loh kok nanya gitu?" Ahza mengusap wajahnya kasar.

"Aku bener-bener cinta sama kamu Ra, tapi kenapa seolah-olah ini semua salah? Aku nggak mungkin kan harus lamar kamu sekarang juga? Kalo kamu mau, aku bisa aja lamar kamu sekarang juga. Tapi pasti orang tua kamu yang nggak mau" jelas Ahza sedikit frustrasi, Sabira bahkan tidak mengerti kenapa Ahza seperti itu.

"Kamu ngomong apasih Za? Iyalah orang tua aku nggak mau, aku aja nggak mau, kita masih kelas 1 SMA Za. Kamu kenapa sih?"

"Nggak papa, aku duluan" Ahza meninggalkan Sabira sendiri yang masih mencoba memahami situasi yang terjadi .

Antara Harapan Dan KenyataanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang