"APA!? Beneran??" aku terkejut mendengar perkataan Toni.
"Memangnya Lisa tidak pernah datang ke pesta besar seperti ini?" tanya Andrew.
"Di rumah sakit tidak mungkin merayakan pesta seperti ini. Mau merayakan apa? Kematian pasien?" jawab Toni sambil tertawa lebar.
"E... Aku tidak menyangka akan diadakan pesta besar seperti ini apalagi mengundang orang-orang penting. Bagaimana kalau aku melakukan kesalahan nanti?" aku kebingungan. Selera makanku yang menggebu-gebu dari tadi siang langsung lenyap begitu saja.
"Makanya aku mengajak kalian berdua makan siang bersama untuk membicarakannya. Konsepnya bagaimana dan siapa saja yang harus diundang." jelas Toni.
"Kenapa itu tidak dibicarakan saat rapat dengan karyawan lainnya?" tanyaku.
"Karena pesta tahun lalu berantakan gara-gara semua karyawan mengundang orang-orang yang memiliki jabatan tinggi, tetapi memiliki kepribadian yang buruk. Seperti kepala HRD perusahaan barang ekspor-impor, dia menghancurkan segalanya saat ditegur karena terlalu banyak minum." Andrew bergidik ngeri saat menceritakannya.
"Karena itulah aku tidak mau sembarangan mengundang orang. Tidak apa-apa mengundang sedikit tamu, tetapi bisa menarik klien penting untuk bergabung dengan perusahaan kita." Toni meminum cappucinonya.
"Aku punya kenalan beberapa direktur rumah sakit swasta. Apa itu bisa membantu?" tanyaku memastikan agar aku tidak salah orang.
"Bisa-bisa! Itu sangat bagus, Lisa. Aku harus mencatatnya." Andrew mengambil note kecil dan pulpennya dari dalam kantong bajunya.
"Kamu tampaknya lebih semangat sekarang. Ada apa, Andrew?" tanya Toni.
"Ah... Hmm.. Tidak apa-apa, Pak." wajah Andrew memerah. Dia langsung menunduk terpaku dengan note.
Sepertinya tidak tepat membicarakan hal seperti ini saat jam makan siang. Biarpun Toni mengajak kami di sebuah restauran mewah yang hanya ada kami di sana, tetap saja kami tidak bisa menikmati waktu istirahat kami dan makanan kami. Dasar direktur kejam!
Oiya, sebelumnya Andrew diangkat Toni sebagai sekretaris kedua yang ditugaskan untuk menghadiri beberapa rapat dan aku hanya bertemu dengan klien dan mengurusi jadwal Toni. Sekarang Toni lebih sibuk dari biasanya, apalagi setelah beberapa kantor cabang di luar kota mengalami kekacauan. Mau tidak mau Toni harus turun tangan untuk mengecek langsung.
Selama aku bekerja di sini, aku baru tahu kebiasaan Toni saat ada jadwal kosong dia suka memanfaatkannya untuk membentuk tubuhnya di tempat gym, bahkan saat tengah malam dia menyempatkan diri untuk melatih tubuhnya. Aku pernah sekali menemaninya dan di sana aku terus-terusan di goda oleh beberapa pria berotot. Setelah itu Toni tidak lagi mengajakku, bahkan melarangku datang ke tempat seperti itu. Sesekali dia mengirimiku foto saat dia sedang latihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Bad Guy
HorrorSemenjak orangtuanya meninggal, Lisa kembali ke kotanya dan hidup bersama sang adik, Toni pria yang mapan, kaya, dan banyak disukai wanita. Tapi entah kenapa orang yang pernah dekat dengan Lisa harus berakhir mengenaskan. Apakah ini disengaja atau h...