Story #5

131 12 3
                                    

Sudah 5 hari Alvan menghilang. hal ini jadi perbincangan hangat para penghuni apartemen lain. Dari yang mengatakan bahwa Alvan kabur dari rumah karena Pak Riko terlalu keras terhadap Alvan  sampai ada yang mengatakan bahwa Alvan kabur dengan wanita yang baru dikenalnya. Aku hanya terdiam mendengar gosip itu dan lebih mengkhawatirkan perasaan Pak Riko apabila sampai mendengar gosip seperti ini. Pasti beliau sangat terpukul.

Toni menelponku memberitahu bahwa Alvan sudah di temukan dan sekarang sedang dirawat di rumah sakit milik Ayahnya. Aku langsung bersiap-siap dan menuju ke rumah sakit. Toni akan menyusulku setelah selesai dengan rapatnya hari ini. Dalam pikiranku hanya terbayang sosok Alvan, apakah dia baik-baik saja? Dari mana saja dia selama ini?

Aku berlari menyusuri koridor rumah sakit dan melihat satu persatu nomor setiap pintu ruangan yang kulewati. Aku berhenti di depan pintu ruangan dimana Alvan berada. Aku mendengar beberapa orang sedang bercakap-cakap di dalam. Pelan-pelan aku mengetok pintu dan masuk ke dalam ruangan. Kulihat Pak Riko yang mengelap mata sembabnya dan seorang pria yang berpakaian polisi dan di sebelah mereka ada Alvan yang sedang tertidur dengan luka-luka di wajahnya, perban tebal menyelimuti kaki kanannya dan gips yang membungkus tangan kirinya.

"Nak Lisa, Alvan sudah kembali, Nak." tangis Pak Riko pecah. Dia tertunduk di depan Lisa.

"Alvan ditemukan di dalam gubuk tua d tengah hutan, Nak. Dia sudah bersimbah darah. Alvan sekarat." lanjutnya.

"Mungkin anda harus istirahat di ruangan lain terlebih dahulu, Pak. Jika anda sudah meredakan emosi anda, anda bisa kembali lagi ke ruangan ini." pria ini membujuk Pak Riko meninggalkan ruangan ini.

"Tolong jagakan Alvan ya, Nak. Kalau dia sudah sadar tolong panggil saya." Pak Riko tersenyum kepadaku dan meninggalkan ruangan.

Aku duduk di sebelah ranjang Alvan. Kulihat wajahnya yang penuh luka dari dekat. Luka sayatan memebuhi wajah manisnya. Aku mengelus pipinya dengan pelan. Berharap dia cepat sadar dan menceritakan semua. Aku menggenggam tangan Alvan. Kuraba punggung tangannya dan kurasakan jarum infus yang menancap di tangannya. Tak terasa airmataku mengalir pelan.

"Lisa! Ayo bangun!" Kurasakan seseorang mengelus kepalaku dengan lembut.

Aku terbangun dan menyesuaikan penglihatanku dengan cahaya ruangan. Alvan tersenyum di depanku. Aku langsung memeluknya dengan erat.

"Argh! Kamu menekan tangan kiriku!" Alvan menahan kesakitan.

"Maaf, aku terlalu semangat. Tunggu sebentar, aku akan memanggilkan Ayahmu di ruangan sebelah." Lisa langsung berlari untuk menemui Pak Riko. Sesampai di sana Pak Riko masih tertidur dengan pulas. Tidak ingin mengganggu, Lisa mencari perawat memberitahu bahwa Alvan sudah sadar.

Seorang perawat langsung masuk ke dalam ruangan Alvan. Memeriksa Alvan dan sesekali berbincang sebentar. Tak lama kemudian, perawat itu pergi dan dia mengatakan akan memberitahu Pak Riko saat dia sudah bangun nanti.

"Bagaimana keadaanmu sekarang?" tanyaku sambil duduk disebelah Alvan.

"Luar biasa, ini lebih baik dari seminggu yang lalu. Apalagi akhirnya aku bisa bertemu denganmu." Alvan berusaha duduk. Lisa langsung membantunya.

"Dari mana saja kamu? Apa yang kamu lakukan?" tanyaku

"Kamu tahu kan sebelum aku menghilang, kamu tertidur di pundakku. Tidak lama kamu tetidur, aku juga tertidur. Begitu aku terbangun aku sudah berada di dalam gubuk tua antah berantah yang kurasakan saat itu sakit yang luar biasa dari tangan kiriku dan kaki kananku." Alvan melihat ke arah tangan kirinya.

"Aku langsung menghentikan pendarahan di kakiku dengan bajuku sebelum aku kehabisan darah. Aku tidak bisa kemana-mana, kamu tahu tulang yang berada di tulang kering dimana dia tersambung ke bagian lututmu. Bagian itu yang patahkan lebih tepatnya dikeluarkan dengan paksa. Jadi aku hanya bisa berdo'a dan tinggal di dalam gubuk itu." lanjutnya.

The Perfect Bad GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang