Untuk kesekian kalinya aku mendengar suara langkah kaki di lantai satu rumahku. Suara langkah kaki itu berkeliling di koridor lantai satu sepanjang malam dan menghilang saat matahari mulai terbit. Aku menjadi terbiasa dengan suara-suara aneh seperti itu, semenjak aku hidup sendiri di rumah ini setelah orangtuaku menghilang setahun yang lalu. Tidak ada yang tahu dimana keberadaan orangtuaku sampai saat ini. Bahkan polisi pun sudah tak peduli lagi dengan kasus hilangnya orangtuaku.
Di umur 26 tahun, aku sudah tidak khawatir dengan hidupku sendiri sama sekali karena aku mendapatkannya dari harta warisan orangtuaku dan Paman Ed dan Bibi Ellen tak sungkan memberikanku bantuan kecil. Aku bisa hidup sendirian dengan tenang, apalagi kini aku bekerja sebagai Direktur di sebuah perusahaan asuransi terkemuka dan clientku rata-rata orang yang memiliki jabatan tinggi. Sejak awal, Paman Ed dan Bibi Ellen mengajakku hidup bersama dengan mereka dan menjual rumahku, tapi aku menolaknya. Aku yakin tidak akan ada yang mau membeli rumah itu dan menempatinya dalam waktu lama. Lagipula, aku tidak suka ada yang terlalu ikut campur dengan urusanku ataupun mengekang akitvitasku seperti kedua orangtuaku.
Dulunya aku tinggal bersama dengan orangtuaku dan Lisa. Lisa adalah kakakku, tetapi aku lebih sering memanggilnya Liz. Dia begitu cantik dan cerdas. Umurnya 3 tahun lebih tua dariku. Memiliki bentuk wajah yang sangat sempurna dengan rambut coklat bergelombang dan matanya berwarna coklat persis seperti wajah boneka. Semua orang sangat menyukainya, begitu pula denganku. Tetapi sekarang dia sedang sibuk bekerja di luar kota dan sesekali kemari mengunjungiku. Sedangkan orangtuaku? Mengingat mereka saja sudah membuatku muak.
Seperti biasa hari ini di kantorku sering mengadakan pesta kecil-kecilan entah itu pesta perpisahan dengan karyawan terbaik kami, merayakan kemenanganku dalam pertandingan golf, atau merayakan ulangtahun salah satu karyawan kami dan ini memaksa para karyawan pulang larut malam. Aku sampai di rumah pada jam 23.38. Aku langsung menuju kamarku yang terletak di lantai 2 tanpa memerdulikan ruangan-ruangan yang ada di lantai satu dan membanting tubuhku ke kasur. Aku langsung tertidur tanpa sempat mengganti pakaian.
"PRANG!"
Aku langsung terbangun dan melirik ke arah jam dinding.
"Hmmm... jam 01. 45. Pasti itu pencuri." pikirku sambil mengumpulkan tenaga untuk bangun. Terlalu banyak minum membuat kepalaku sedikit pusing.
Aku mengambil tongkat golf hadiah dari clientku pada uangtahunku yang ke 25 tahun di dalam lemari. aku berjalan pelan menuruni anak tangga, berharap pencuri tersebut tidak mengetahui keberadaanku. Kuikuti suara gaduh tadi dan ternyata berasal dari dapur. Sudah lama sekali aku tidak berada di lantai satu, aku hanya pergi melewatinya saja bahkan ke dapur pun aku tidak pernah lagi. Hanya pembantuku yang datang seminggu sekali untuk membersihkan seluruh rumahku.
"PRANG!! PYAR!"
Aku mendengar suara keributan lagi, seperti suara peralatan dapur dan piring berjatuhan ke lantai. Aku mulai mendekati pintu dapur dan membukanya secara perlahan sambil mengangkat tongkat golfku. Aku tidak melihat apapun selain peralatan dapur yang berserakan dimana-mana dan piring-piring yang pecah. Aku tidak melihat seorang pun di dapur. Aku menurunkan tongkat golfku dan mulai menelusuri penjuru dapur memeriksa setiap jendela dan pintu yang menghubungkan ke kebun belakang.
Saat aku melirik ke arah pintu belakang, aku melihat sesosok bayangan manusia. Dari postur tubuhnya sepertinya seorang laki-laki, aku tidak bisa melihatnya dengan jelas karena kebun belakang tidak ada penerangan sama sekali dan sinar bulan mulai redup. Aku memerhatikannya sambil menggenggam erat tongkat golfku. Sesosok itu menoleh ke arahku dan kemudian menghilang. Aku membelalakkan mataku dan bulu kudukku mulai merinding. Masih tidak percaya dengan apa yang telah kulihat tadi.
"Kamu terlalu banyak minum, Toni. Sampai-sampai kamu berhalusinasi. Sudah cukup untuk hari ini."
Aku langsung membalikkan badanku dan betapa terkejutnya aku melihat sesosok hantu tanpa kepala berlari menabrakku dan kemudian menghilang. Aku pun langsung menjatuhkan diri dan nafasku mulai tersengal-sengal. Aku masih tidak mempercayai kejadian yang barusan terjadi. Baru pertama kali aku mengalami hal seperti ini, biasanya mereka menggangguku hanya dengan menjatuhkan barang-barang yang ada di lantai satu saja.
Aku langsung berlari menuju ke kamar kedua orangtuaku, dan menggeser tempat tidur orangtuaku. Keringat dingin pun mulai kurasakan mengalir di pelipisku. Aku langsung mengangkat keramik satu persatu. Nafasku mulai terengah-engah setelah selesai mengangkat keramik yang tertutupi oleh tempat tidur.
Tercium bau busuk yang sangat menyengat. Aku menatap dua kerangka tengkorak di hadapanku dengan penuh amarah, salah satu dari mereka dengan tengkorak kepala yang retak dan satunya lagi dengan kepala yang terlepas dari tubuhnya. Tubuh mereka mulai hancur dan menyatu dengan tanah. Dengan tenaga yang tersisa aku berteriak ke arah mereka.
"KENAPA SAAT KALIAN SUDAH MATI MASIH SAJA SUKA MENGGANGGU HIDUPKU! APA YANG KALIAN MAU DARIKU?!"
"Seharusnya setelah aku membunuh kalian, aku membakar tubuh kalian bukan menguburnya di kamar kalian sendiri. Aku kira dengan mengubur kalian disini, kalian bisa beristirahat seperti saat kalian tidur seperti biasa." aku membungkus kerangka-kerangka tengkorak mereka dan menyeret mereka ke kebun belakang lalu membakarnya.
"Kali ini kalian tidak bisa menggangguku lagi." Kataku sambil bergegas menuju ke kamarku. Seluruh badanku terasa lelah, masih ada waktu untuk tidur sebentar karena aku harus menyiapkan diri untuk acara ulangtahun kantor nanti.
😺😺😺
Terima kasih yang sudah membaca kerjaan ampas saya~~
Ini debut pertama di wattpad n mesti berkali kali konsul k kakakku *trus kapan konsul skripsi woi!*
Ini masih chapter awal ya gaes, dimohon kritikan dan masukkannya.
Di sini aku ngegambarkan tokoh Toni orang yg perlente tetapi memiliki sifat yang gak diduga-duga....ehmm kayak apa ya (penulisnya yang bikin karakter aja bingung, Orz)...
Entah kenapa selalu pengen masukkan karakter yang cocok banget pake suit kayak d foto awal chapter...
Klo Lisa sendiri bakal d bahas di chapter selanjutnya, masih belum menemukan gambaran yang pas buat Lisa..
Btw siapa y yang cocok?Mungkin habis maskeran otak sedikit jernih.. Ahahahahay
Sampai jumpa d chapter selanjutnya!!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Bad Guy
HorrorSemenjak orangtuanya meninggal, Lisa kembali ke kotanya dan hidup bersama sang adik, Toni pria yang mapan, kaya, dan banyak disukai wanita. Tapi entah kenapa orang yang pernah dekat dengan Lisa harus berakhir mengenaskan. Apakah ini disengaja atau h...