Terjebak Ruang Rindu

552 40 20
                                    

Untuk pertama kalinya setelah sekian lama aku kembali memikirkan Abram sebelum tidur semalam. Bukan karena aku memang sangat ingin memikirkannya tapi karena ucapan Abram sore tadi sungguh menggangguku. Abram memang tidak memintaku menjadi pacarnya tapi pernyataan cintanya itu benar-benar membuat aku tidak mampu menghilangkan bayang-bayang wajah si arab itu.

Setelah mengatakan ia mencintaiku, aku dan Abram hanya dapat diam dan saling menatap dengan wajah yang berdekatan lalu Ara dan Lina datang memisahkan kami karena menganggap kami akan berbuat sesuatu yang mengasikan. Aku mungkin harus berterima kasih pada mereka karena telah mengeluarkanku dari suasana canggung dan bingung, ya aku bingung. Perasaanku sudah jelas untuk Jono tapi saat aku bertanya pada diriku sendiri apakah aku punya perasaan lain untuk Abram aku tidak dapat menjawabnya. Jika pertanyaan itu diberikan ketika Abram menyakitiku dan Jono belum datang di hidupku maka aku akan menjawab dengan tegas bahwa aku tidak mencintainya lagi, masalahnya sekarang Abram sudah berubah menjadi Abram yang dulu pernah sangat ku sukai dan Jono tidak ada untuk menjaga hatiku.

***

Kejadian kemarin benar-benar menganggu liburanku, sekuat tenaga ku sembunyikan perasaan aneh ini di hadapan teman-temanku dan Abram yang terlihat biasa saja meski kami belum berbicara apa-apa semenjak kemarin sore. Entah apa yang Abram sedang pikirkan saat ini, yang jelas sikapnya yang terlihat biasa saja justru membuatku semakin bingung. Apakah dia baik-baik saja atau dia juga sedang menutupi perasaanya seperti ku?

"Chik lo kebagian kelompok berapa?"

"Kelompok 7"

"Yah ga sekelompok dong, gua kelompok 6, Lina kelompok 2, Mytha kelompok 4"

Saat ini orang-orang sedang berkumpul di hall hotel, panitia sudah membagi tiap orang ke dalam 7 kelompok acak dimana setiap kelompok terdiri dari orang-orang yang berbeda kelas untuk kegiatan jelajah hutan. Liburan kali ini memang sudah di atur sedemikian rupa oleh panitia supaya tidak membosankan. Pada kegiatan jelajah hutan yang terletak di belakang hotel ini kami akan diberi sebuah teka-teki yang petunjuknya tersebar di hutan, setelah semua petunjuk terkumpul kami akan kembali ke pantai dan menjawab teka-tekinya. Setiap kelompok akan ditemani satu orang panitia untuk menunjukkan jalan dimana petunjuk itu berada agar kami tidak tersesat karena setiap kelompok punya rute jalan yang berbeda. Awalnya aku sudah berniat untuk pura-pura sakit sehingga tidak perlu bergabung dalam kegiatan ini tapi mengingat ada hadiah uang yang cukup besar untuk 3 kelompok pemenang maka niat itu ku batalkan.

"Padahal gua udah bilang ke Anhar biar kalo ada kegiatan apa-apa kita sekelompok eh malah dipisah"

"lo bilangnya gak pake duit sih Lin mana dia denger"

"Ya kali kaya begini aja mesti gua sogok Ra"

"Yaudah gak apa-apa nanti juga kumpul lagi"

"Tapi Chik kayanya kelompok lo bakal apa-apa deh"

"Kenapa Myth?" Tanya ku, Ara dan Lina kompak.

Mytha kemudian menunjukan foto di ponselnya yang memperlihatkan sebuah kertas bertuliskan nama orang-orang dan kelompoknya. Benar kata Mytha kelompok memang tidak baik-baik saja karena selama beberapa saat kedepan aku akan berdekatan dengan Abram, Marsha dan bahkan Jono, baiklah mari kita sebut kelompok ini sebagai kelompok reuni akbar.

***

Panasnya cuaca siang hari ini tak terasa apa-apa bagiku yang sedang terbakar dengan aura kecanggungan karena orang-orang di sekitar. Siapapun yang membuat kelompok jelajah hutan ini sudah dipastikan tidak punya otak dan hati nurani. Sekalipun dalam khayalanku aku tidak pernah membayangkan diriku akan terjebak dalam situasi seburuk ini. Bagaimana bisa aku di kelompokkan dengan Marsha si ibu tiri yang terus memandang rendah diriku, Abram yang banyak bicara tapi tidak kepadaku, dan Jono yang hanya terdiam meski sejujurnya ada perasaan senang terselip di hatiku karena mau tidak mau Jono harus terjebak bersamaku.

Gara - Gara JonoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang