Berharap Sementara

28 2 0
                                    

Halloooo warga dunia oranye, sebelum komen apa-apa tolong jangan gebukin aku karena ilang bertahun-tahun dan mendadak update cerita Chino ya. Serius deh beberapa tahun kebelakang bener-bener semangat nulis nya ilang karena sibuk dengan kehidupan dunia nyata yang melelahkan ini hehehe. Iya tau pasti males banget ya disaat penulis angkatan aku udah punya banyak karya dan melanglang buana ke dunia yang lain aku malah baru mau lanjutin si chino ini huhu pokoknya maaf banget deh apalagi buat yang sebelumnya komen nungguin cerita ini dari jaman sekolah sampai lulus tapi akunya malah ilang >.< aduh beneran minta maap banget yaaa tapi lucu-lucu loh komennya bikin aku kembali ingin melanjutkan kisah cinta Chika-Jono yang gantung banget yekaannn. Dahlah sebelum diamuk warga silahkan membaca dan sebagai hadiah atas kembalinya aku ke watty aku persembahkan beberapa BAB sekaligus untuk mengisi kegabutan teman-teman sekalian.

SANGAT DISARANKAN UNTUK MEMBACA CERITA DARI AWAL SUPAYA TER-REFRESH KEMBALI INGATAN TENTANG GEMASNYA KISAH CINTA CHIKA & JONO YA.

Jangan lupa cek note di akhir part ini ya
Selamat membaca <3

**

Hari ini adalah salah satu hari yang tidak pernah kubayangkan setelah aku dipaksa menelan perasaanku bulat-bulat oleh Jono, laki-laki yang sekarang duduk tepat di sebelah kasurku berbaring. Kepala yang tadinya terasa berat justru semakin tidak karuan karena harus memikirkan banyak kemungkinan yang menjadi alasan Jono bisa ada di sampingku saat ini.

Ku beranikan diri untuk meliriknya yang masih tertunduk diam setelah hampir 5 menit Ara meninggalkan kami berdua. Bukan hanya ia yang terdiam, akupun sulit untuk mengucap beberapa kata sekalipun itu makian atau tangisan yang telah berusaha kuat ku pendam.

"Udah merasa baikan?" Tanya Jono pelan

"Udah"

"Luka kamu udah diobatin?"

"Udah nih"

Ku tunjukan beberapa luka dilenganku perlahan sambil mencoba menenangkan jantungku yang terus menerus berdegup kencang karena situasi saat ini. Sungguh rindu sekali berbicara dengan Jono, untung saja Ara masuk kembali dan memberi tau kalau Jono akan mengunjungiku jika tidak mungkin aku akan terkena serangan jantung karena tidak siap menghadapinya tiba-tiba. Jono beberapa kali terdengar menghela nafas dan seperti menimbang-nimbang ingin mengatakan sesuatu.

"Kenapa kamu repot-repot kesini? Kamu khawatir sama aku?" Matanya mengerjap lucu dan memandangku tidak enak

"Semua orang khawatir" jawabnya pelan

"Oh ya? Berarti sekarang di depan lagi ada antrian jengukin aku ya? Hebat juga, gak bikin macet kan? Udah nomor berapa sekarang? kalau antriannya masih panjang aku dandan dulu deh biar gak keliatan gak makan dari kemarin"

"Chika"

Aku mendengus sebal lalu terdiam, bagaimana aku tidak diam jika setelah sekian purnama akhirnya aku mendengar Jono memanggil namaku lagi. Hanya satu kata tapi efeknya membuatku perlahan gila.

"Kenapa kamu sampai gak makan dari kemarin?"

"Gak nafsu aja" Dia terdiam dan menatapku serius

"Apa Abram sepenting itu sampai kamu gak nafsu makan?" Alisku bertaut kebingungan

"Kenapa jadi Abram?" Jono menghela nafas dengan berat

"Ya karena dia kan kamu gak nafsu makan, kamu mikirin pernyataan cinta Abram. Waktu dia gendong kamu ditebing, waktu dia peluk kamu di air, waktu dia bilang dia cinta kamu sampai dia juga mau cium kamu. Benar kan Chik? Aku tau, aku lihat semuanya"

Aku refleks menutup mulutku saking terkejutnya mendengar ucapan Jono, ini adalah pertama kalinya Jono mengucapkan kalimat sepanjang itu denganku setelah kami putus atau lebih tepatnya dia yang memutuskanku. Sayangnya kalimat yang ia lontarkan adalah tentang sesuatu yang aku kira hanya aku dan Abram yang tau. Jono bilang ia ada dikapal dekat tebing saat aku berenang waktu itu, hanya ia yang ada dikapal karena yang lainnya sedang snorckling termasuk Marsha. Meski terkejut hatiku perlahan menghangat setelah melihat Jono bertingkah seperti orang yang khawatir dan terbakar api cemburu, namun aku manusia biasa yang tidak sempurna rasa egois juga mengangguku sehingga pada akhirnya aku terpancing emosi karena merasa situasi ini seperti menyudutkanku.

Gara - Gara JonoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang