Apa aku bisa?

29 2 0
                                    

Ku tatap diriku yang cantik di cermin sambil terus menarik nafas dan mengeluarkannya perlahan, aku sangat gugup jika terus mengingat Jono akan bertemu Ayah hari ini. Ya hari ini sudah hari sabtu tak terasa berhari-hari telah berlalu setelah kegiatan kami si apartment waktu itu, sedihnya karena seminggu ini terus hujan Ayah jadi menyuruhku untuk tetap dirumah memastikan bahwa jemuran kami tidak lagi kebasahan padahal aku sudah menyarankan untuk melaundry saja baju-baju kami itu tapi Ayah bilang itu akan MAHAL! melihat baju yang kami cuci mungkin bisa berkilo-kilo.

Dan karena cucian sialan ini aku jadi tidak bisa pergi dengan Jono, bahkan ia pun tidak bisa main ke rumah ku karena senin kemarin setelah pulang kerja Ayah memasang CCTV di depan rumah alasannya takut jemuran kering kami dicuri mengingat mungkin saja ada maling jemuran yang tidak punya baju kering lagi karena hujan yang terus menerus sungguh alasan yang benar-benar diluar kepala bukan? Paranoid Ayah terhadap maling jemuran tersebut pun akhirnya berdampak pada Jono yang tidak bisa mengunjungiku karena sudah pasti akan tertangkap CCTV yang terhubung langsung ke ponsel Ayah sehingga selama berhari-hari aku hanya bisa menelpon atau melakukan panggilan video dengannya, padahal aku rindu sekali sampai ingin rasanya ku hancurkan CCTV Ayah dan beralasan ada gempa tiba-tiba tapi Ayah sudah mewanti-wanti kalau sampai barang mahal nya itu rusak karena ulahku maka uang jajanku akan dibabat habis untuk menggantinya dan kalau sudah urusan uang aku yang hidup menganggur dan bergantung pada belas kasihan Ayah bisa apa.

Tiba di hari Jumat kemarin dengan penuh ketakutan aku bicara pada Ayah soal Jono, aku tidak berkata banyak hanya bilang Jono ingin menemui Ayah tentu Ayah bertanya untuk apa Jono menemuinya lagi namun aku tidak menjawab dan bilang Ayah sebaiknya menemui Jono untuk tau jawabannya sedetik kemudian aku izin untuk tidur lalu lari ke kamar dan mengunci pintu meski mendengar Ayah berteriak meminta ku kembali bicara dengannya.

Di sinilah aku sekarang, bersiap-siap sambil memastikan penampilanku sudah sopan dan tidak menyulut emosi Ayah maupun nafsu Jono. Kepalaku sontak menoleh ke jendela kamar yang kebetulan langsung menghadap ke jalan, aku tersenyum lebar saat mendengar suara motor kesukaanku dan benar saja Jono datang dengan si putih. Sepertinya ucapanku kemarin membuat ia bagai tersambar petir karena sesungguhnya kebahagiaan Chika harus diatas segala-galanya termasuk diatas Marsha walau aku tidak tau apa nanti ia tetap menggunakan si putih atau tidak yang jelas aku senang sekali melihat Jono sudah datang. Dengan cepat aku berlari ke luar kamar untuk segera menemui pangeran bervespa putih ku.

"Gak usah lari-lari, suruh dia masuk"

Aku terjengkit kaget saat keluar kamar dan melihat Ayah sedang mengintip Jono dari jendela ruang tamu kemudian ia berdehem berbalik badan lalu duduk di sofa, Ayah sudah terlihat seperti Raja yang akan menyidang rakyat nya saja.

Setelah mengangguk aku kembali berjalan namun lebih pelan, setibanya di depan aku tersenyum dan hampir menjerit ketika Jono membalas senyumku sambil memegang stang si putih.

"Hi Jono Hi putih! Ayo bawa masuk aja"

"Hi Chik, oke"

Ia mendorong si putih masuk ke garasi dan meletakkannya disamping motor Ayah. Aku senang sekali melihat penampilan Jono yang tampan karena ia tidak menggunakan pakaian suram jaman dulunya meskipun saat ini ia membawa motor rongsoknya. Jono mengenakan kaos santai yang dibalut jaket hitam dan celana berwarna khaki, serta sneakers yang aku yakin sangat mahal ditambah rambutnya yang rapih namun masih batas wajar menambah kesan fresh namun tetap sopan pada tampilannya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gara - Gara JonoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang