PROLOG

10.5K 334 7
                                    

“Allah telah mencatat takdir setiap makhluk 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.”

[HR. Muslim]

🍁🍁🍁

Jodoh adalah rahasia Allah tak berbeda dengan ajal, tiada satu orang pun yang tahu kapan datangnya. Keduanya akan datang di waktu yang tepat dan dengan cara yang tidak disangka-sangka. Setiap yang telah tertulis di lauhul mahfudz adalah ketetapan dari-Nya, maka hanya Allah pula yang mampu menghapus dan mengubah setiap takdir manusia.

Sebagaimana sabda Rasulullah, seseorang itu terhalang dari rezeki akibat dosa yang ia lakukan. Tak ada yang bisa menolak takdir kecuali doa. Dan tidak ada yang bisa menambah umur melainkan perbuatan baiknya.

Allah sang pemilik hati, Yang Maha Membolak-balikkan nya. Dulu tidak pernah terbesit dalam benakku untuk memikirkan jodoh, sebab bagiku ajal jauh lebih pasti datangnya. Maka fokusku hanya terus memperbaiki diri untuk menyambut kematian. Sampai hati ini terlalu kaku untuk menyadari sebuah rasa yang perlahan tumbuh dalam hati. Perasaan tabu bernama cinta dari Sang Maha Cinta.

Namun, ketika hati mulai menerima adanya fitrah dari-Nya, cinta menuntut ikhlas bicara. Benar ternyata, bahwa cinta kepada Allah adalah puncaknya cinta, sedang lembahnya adalah cinta cinta kepada sesama.

Aku belajar melepaskan hingga akhirnya Allah menyatukan. Aku yakin rencana-Nya adalah yang terbaik lagi terindah. Bulan melupakan namun mengikhlaskan dan berjuang disaat yang tepat. Jika memang tidak bersatu bisa dipastikan bahwa Allah telah mempersiapkan yang jauh lebih baik.

Dan setelah begitu banyak rasa sakit dan kecewa, Allah pulihkan kembali hatiku dengan cara tak terduga. Fitrah itu kembali diberikan Al-Wadud. Hati ini diketuk oleh seseorang dari masa lalu, dia yang kini menjadi imam ku. Seseorang yang menyadarkanku bahwa cinta sejati adalah cinta kepada Illahi, dia yang selalu ada namun tak pernah aku sadari arti keberadaan nya.

Kini ku pandangi wajah rupawan nan teduhnya. Dia, suamiku yang tengah fokus pada Al-Qur'an seraya melantunkannya dengan merdu. Suara yang mampu mendamaikan hatiku yang gelisah hingga tanpa sadar air mata mengalir deras. Dia menghentikan bacaannya lantas menatapku cemas menanyakan keadaanku.

Aku menarik nafas dalam-dalam lalu berucap lembut padanya, "menikahlah dengan sahabat ku,"

Ikhlas dan sabar itu pelajaran seumur hidup, tidak terucap dan tidak berujung. Jika kali ini aku harus kembali mengikhlaskan, maka aku siap dan berusaha bersabar sebab aku tau Allah memberikan ujian sesuai kemampuan ku. Senyum di wajah teduh itu tak boleh hilang meski tidak bisa lagi aku pandang.

Apalah dayaku, tak mampu menolak takdir yang datang. Rupanya rayuanku pada Allah kurang kencang hingga kini aku harus bersiap menerima salah satu takdir mubram-Nya. Siap tidak siap, aku harus siap.

Lamaran Untuk Aisyah—

TBC

Selamat membaca...

Lamaran Untuk Aisyah (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang